POPULER Kisah Perawat Lawan Stigma di Tengah Pandemi Corona, dari Ditampar Hingga Jenazah Ditolak
Berjuang di garda terdepan, para perawat justru dapat perlakuan tak mengenakkan. Ini deretan kisah pilunya.
Editor: Talitha Desena
Awalnya tak ada penolakan. Namun di hari pemakaman, sekelompok warga tiba-tiba tak menerima jenazah perawat tersebut.
Penolakan berujung dipindahnya makam perawat berusia 38 tahun itu.
"Oleh keluarga kemudian dimakamkan di Bergota makam keluarga RS Kariadi Semarang, karena beliau bertugas di sana," ujar dia.
Buntut penolakan pemakaman, tiga orang tokoh masyarakat di Ungaran ditangkap.
Mereka diduga memprovokasi 10 warga dan memblokade jalan masuk menuju pemakaman.
Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto menjelaskan, tiga pelaku diduga melanggar Pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta Pasal 14 ayat 1 UU no 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah.
Menyusul kejadian ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta maaf.
Ia memastikan, jenazah pasien positif yang telah meninggal tak akan menularkan virus.
Dengan mata berkaca-kaca, Ganjar meminta agar masyarakat mengasah kepekaan dan rasa kemanusiaan.
"Para perawat, dokter dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien, kenapa kita tega menolak jenazah mereka?" ungkap Gubernur Ganjar.
2. Perawat RSUP Persahabatan terpaksa angkat kaki dari indekos

Para staf medis dan perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan memilih angkat kaki dari indekos mereka lantaran mendapat perlakuan diskriminatif.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur RSUP Persahabatan Rita Rogayah.
Kuatnya stigma tetangga indekos membuat perawat RSUP Persahabatan memilih pergi.
"Mereka tidak nyaman karena ada stigma, mereka bekerja di RSUP Persahabatan sebagai rumah sakit infeksi," kata dia.