Breaking News:

Dituduh Amerika Curi Data Vaksin Corona, China: Justru AS yang Gelar Pencurian Siber Terbesar Dunia

Otoritas China turut menanggapi tuduhan pihak Amerika Serikat yang menyebutnya hendak mencuri data vaksin virus corona.

Penulis: Irsan Yamananda
Editor: ninda iswara
Shutterstock
ILUSTRASI 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pihak otoritas Amerika Serikat menuding China ingin mencuri data vaksin virus corona yang ada di negeri Paman Sam tersebut.

Tudingan ini dilontarkan oleh Biro Penyelidik Federal ( FBI) dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat.

Mereka memperingatkan bahwa ada hacker China yang berniat mencuri data vaksin virus corona tersebut.

Mengutip dari New York Times via Kompas.com, baik peretas maupun mata-mata China memanfaatkan wabah pandemi ini sebagai kedok sebelum beroperasi.

"China berusaha mendapatkan properti intelektual dan data kesehatan publik berkaitan vaksin, pengoabatan, dan perawatan," ulas The Times.

Sementara itu, berdasarkan laporan New York Post Senin (11/5/2020), laporan dari FBI dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS itu direncanakan dirilis beberapa hari mendatang.

Respon Donald Trump Saat Melihat Kemunculan Perdana Kim Jong Un dari Rumor Sakit hingga Meninggal

UPDATE Corona Dunia Sabtu (16/5/2020): Tercatat 4,6 Juta Kasus, AS Paling Tinggi, China Kian Pulih

Susi Pudjiastuti Buka Suara Kasus ABK Indonesia di Kapal China, Sudah Peringatkan Selama 15 Tahun!

Donald Trump
Donald Trump (Kolase TribunNewsmaker - ABC - time.com)

Dalam dokumen tersebut, disebutkan adanya upaya dari "aktor non-tradisional".

Aktor non-tradisional sendiri merupakan sebutan untuk mahasiswa atau peneliti yang mencuri informasi dari kampus maupun laboratorium swasta.

Sedangkan dalam laporan yang dipublikasi Minggu (10/5/2020), Beijing dituding mengelola tim peretasan untuk menerapkan rencana mengambil vaksin virus corona AS tersebut.

Menurut The Times, tudingan itu merupakan bagian dari strategi pertahanan yang melibatkan Komando Siber dan Badan Keamanan Nasional.

Tuduhan pencurian data ini muncul setelah Presiden Donald Trump menyebut Negeri "Panda" sudah memberikan dunia sebuah informasi yang keliru.

Informasi yang Trump maksud adalah mengenai  tingkat keparahan dari wabah virus corona yang mulai terdeteksi di Wuhan.

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa China telah menyebarkan propaganda beberapa bulan kemudian.

Sejalan dengan Trump, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa Beijing sudah melancarkan propaganda dan penyebaran informasi sesat di tengah pandemi.

Kisah ABK yang Jasadnya Dilarung ke Laut di Kapal China, Kakak Korban Ungkap Jawaban Perusahaan

MENGAPA Amerika Tuding Laboratorium Wuhan Ini Biang Pandemi Corona? Lihat Isinya, Ada Ribuan Virus!

Menurut Christopher Krebs, Direktur Keamanan Infrastruktur dan Keamanan Siber menerangkan, fokus para hacker dan mata-mata itu adalah vaksin.

"China punya sejarah panjang dalam berperilaku buruk dalam dunia maya sejauh yang didokumentasikan," kata Krebs dalam wawancara.

Karena itu, dia mengaku tidak terkejut mereka akan mengincar organisasi penting yang terlibat dalam respons penanganan Covid-19.

"Kami dan organisasi yang kami kelola akan mempertahankan kepentingan kami secara agresif," lanjut Krebs.

Menanggapi hal ini, pihak otoritas China angkat bicara.

Dalam konferesi pers seperti diwartakan AFP Kamis (14/5/2020), juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian langsung membantah tudingan tersebut.

"China menyuarakan ketidakpuasan yang amat sangat dalam dan menentang adanya penodaan ini," ujar Zhao kepada awak media di Beijing.

Ia bahkan menyebut kalau justru Amerika-lah yang pernah menggelar operasi pencurian siber terbesar.

"Merujuk kepada masa lalu, justru AS-lah yang sudah menggelar operasi pencurian siber terbesar yang terjadi di seluruh dunia," lanjutnya.

Zhao menekankan, China sudah mendapatkan hasil yang begitu signifikan dalam upaya mereka mencegah wabah virus corona.

Audrey Whitlock - Pemimpin Gerakan Anti-lockdown di Amerika Serikat yang Terjangkit Virus Corona

Jadi yang Tertinggi Terdampak Corona, Amerika Serikat Siap Beri Bantuan Ventilator untuk Indonesia

Dia mengklaim, justru Beijing yang terdepan dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Karena itu, seharusnya mereka yang takut jadi target Washington.

Zhao menuturkan pemerintahannya sudah mencegah adanya peretasan siber, dan meminta agar negara lain mengutuk adanya upaya itu di tengah pandemi.

Sang juru bicara kemudian menanggapi kicauan Presiden AS Donald Trump di Twitter yang menyebut corona sebagai "Wabah dari China".

Menurut Zhao, seharusnya Trump berhenti terus mendiskreditkan negaranya, dan fokus saja terhadap penanganan virus di negara mereka.

Seperti diketahui, virus ini pertama kali terdeteksi di Wuhan pada Desember 2019.

Kini, wabah tersebut sudah menyebar dengan menjangkiti lebih dari 4,4 juta orang di seluruh dunia.

Virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 tersebut juga membunuh hampir 300.000 orang.

Selain itu, wabah virus tersebut juga membuat ekonomi dunia berada dalam kelumpuhan.

Ilustrasi virus corona atau covid-19.
Ilustrasi virus corona atau covid-19. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Pakar Vaksinologi Oxford yakin vaksin siap awal September

Pandemi virus corona atau covid-19 hingga saat ini masih menjadi perhatian masyarakat dunia.

Para peneliti pun terus berjuang sekuat tenaga untuk membuat vaksin virus ini.

Teranyar, mereka mengaku siap memulai uji coba vaksin kepada manusia dalam dua minggu ke depan. 

Para peneliti pun mengatakan bahwa vaksin dapat siap pada September mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh seorang profesor dari Universitas Oxford bernama Sarah Gilbert.

Ia merupakan profesor bidang vaksinologi.

 Petugas Pemakaman Ketakutan saat Kubur Jenazah Pasien Corona Tanpa Peti, Sampai Lakukan Cara Ini

 Kondisi Terkini Budi Karya Sumadi, Stafsus Sebut Belum Ada Kepastian Menhub Sudah Negatif Corona

 Raffi Ahmad Jualan Keripik Singkong saat Pandemi Corona, Suami Nagita Slavina Raih Omzet Rp 100 M

Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan.
Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. (AFP/HECTOR RETAMAL)

Sarah mengatakan bahwa dia 80 persen yakin vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh timnya akan berhasil dan siap untuk awal September mendatang.

Timnya di Oxford adalah bagian dari upaya global untuk menemukan vaksin bagi virus corona yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia berdasarkan data Universitas Johns Hopkins.

Profesor Gilbert mengatakan bahwa uji coba vaksin pada manusia akan dilakukan dalam dua minggu ke depan. 

Dia telah bekerja tujuh hari dalam seminggu untuk mendapatkan vaksin yang tepat dengan waktu yang singkat.

 Update Virus Corona Nasional Senin 13 April 2020, Tambah 316 Kasus Baru, Total 4.557 Kasus

 Jenguk Lucinta Luna, Abash Ungkap Kondisi Kekasih Miris, Tidur Bareng 40 Napi di Tengah Wabah Corona

Dia mengatakan kepada surat kabar The Times, "Saya pikir, ada peluang besar bahwa usaha ini akan berhasil berdasarkan hal-hal lain yang telah kami lakukan dengan jenis vaksin ini.

Ini bukan hanya dugaan, kami melihat setiap minggu berlalu dan kami memiliki lebih banyak data untuk dilihat. Saya berada yakin 80 persen akan berhasil, itu pandangan pribadi saya."

Dia menambahkan bahwa memiliki vaksin ini siap pada musim gugur adalah "hampir mungkin terjadi jika semuanya berjalan dengan sempurna".

Disamping itu dia memperingatkan bahwa "tidak ada yang bisa menjanjikan itu akan berhasil".

 VIRAL Video Puluhan Bule Gelar Pesta Saat Corona Mewabah, Diduga Terjadi di Bali, Ini Kata Petugas!

 Ingat Arteria Dahlan? Dulu Viral karena Bentak Emil Salim, Kini Lakukan Ini Demi Tangani Corona

 Sidang Perceraian Ditunda Karena Darurat Corona, Arya Claproth Tanggapi Karen Pooroe yang Absen

Lockdown di Inggris dapat membuatnya lebih sulit untuk menguji vaksin, karena kontak manusia rendah, sehingga para peneliti harus melakukan uji coba di suatu tempat dengan tingkat penularan yang lebih tinggi untuk mendapatkan hasil yang lebih lebih cepat.

Awal pekan ini, para peneliti di Southampton University mengatakan mereka telah menemukan bahwa virus itu memiliki "perisai yang rendah" artinya vaksin bisa lebih mudah dikembangkan.

Inggris berada di garis depan pendanaan vaksin, dan menggelontorkan dana sebesar 210 juta Euro atau setara dengan Rp 3,6 triliun ke dalam dana internasional bulan lalu, suatu kontribusi terbesar pada saat itu untuk vaksin.

Pemerintah Inggris juga mengatakan akan bersedia membeli jutaan dosis, seandainya uji coba terbukti berhasil.

Namun, terlepas dari optimisme dari Oxford, pengembang vaksin lain mengatakan mungkin sampai satu tahun vaksin baru akan siap sampai didistribusikan.

Baca juga: 19 Petugas Medis NHS Inggris Tewas akibat Virus Corona, Matt Hancock Minta Jangan Salahkan APD

Para menteri telah ditekan untuk menjelaskan perincian strategi agar dapat keluar dari masalah ini.

Pemerintah berusaha melakukan lockdown yang sedang berlangsung saat ini. Para ilmuwan pun mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mempertimbangkan penghapusan lockdown yang tersebar luas.

Disamping itu, jumlah orang yang mati karena virus corona masih terus meningkat. Di Inggris misalnya, sejauh ini berdasarkan catatan Worldometers sebanyak 9.875 orang dinyatakan meninggal karena Covid-19. (TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "[Kabar Baik di Tengah Wabah Corona] Pakar Vaksinologi Oxford Yakin Vaksin Siap Awal September".

dan di Tribunnews.com China Jawab Tudingan Curi Data Vaksin Corona, 'Justru AS yang Gelar Pencurian Siber Terbesar Dunia'

Tags:
ChinaAmerika Serikatvaksin coronaDonald Trump
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved