Demonstran Banjiri Rumah Polisi yang Buat George Floyd Tewas, Seorang Warga Dapat Perlakuan Ini
Buntut kasus rasisme George Floyd, demonstran mengerumuni rumah Derek Chauvin, seorang demonstran mendapat perlakuan seperti ini
Editor: Talitha Desena
Setelah viral, sekitar 150 massa mengepung rumah Derek Chauvin, salah seorang polisi pembunuh pria kulit hitam, George Floyd, yang tewas diinjak lehernya.
Mereka mengepung rumah Chauvin hampir sepanjang hari, berhadapan dengan 95 polisi yang menjaga kediaman pria 44 tahun yang telah dipecat itu.
Chauvin sendiri belum terlihat kembali ke rumahnya sejak kasus pembunuhan ini tersebar luas.
Ia merupakan polisi yang menindih leher Floyd dengan lututnya selama 8 menit saat korban tiarap. Floyd kala itu diamankan polisi atas tuduhan melakukan transaksi dengan uang palsu.
Laporan eksklusif dari Daily Mail mengabarkan, awalnya sekitar 20 polisi berjaga mengamankan barikade di luar rumah Chauvin, yang garasinya sudah ditulisi pakai cat merah bertuliskan "Bunuh Polisi Babi".
Massa sebagian besar adalah warga sipil, dan sangat gencar memaki polisi dengan kata-kata kotor.
Setelah beberapa menit diteriaki massa, polisi lalu memanggil bala bantuan. Sekitar 75 polisi anti huru-hara kemudian datang dengan peralatan lengkap.
Mereka membentuk barisan untuk menjaga rumah Chauvin dari amuk massa.
Daily Mail melanjutkan, saat seorang demonstran mendekati polisi ia langsung ditembak peluru karet, dipukul di selangkangan hingga tersungkur ke tanah.
Selang beberapa menit kemudian Michael Kjnaas (25) mendekati barikade polisi dan yang lain menembakkan paintball (bola cat). Ia juga dipukul di pangkal paha lalu terjatuh.

Massa lainnya lalu membantunya berdiri dan menjauh dari polisi.
Kjnaas mengaku kepada Daily Mail, "Polisi itu memukulku dengan keras. Aku baru saja menginjak rumput. Aku berada 30 kaki (hampir 10 meter) jauhnya dari mereka."
"Mereka menembakku di selangkangan. Aku tid
Kemudian sekitar 10 menit kemudian seorang pria kulit putih mulai adu pendapat dengan beberapa demonstran.
Pria itu berkata ke para demonstran, ia pernah berperang dan tidak suka orang Islam. Pria itu lalu mendorong seorang wanita dan demonstran lainnya.