Protes Anti-Pemerintah Lebanon Seusai Ledakan Dahsyat di Beirut: 28 Orang Dikabarkan Terluka
Protes anti-pemerintahan telah berlangsung di gedung parlemen di Beirut, Lebanon, pada Kamis (6/8/2020) malam.
Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Insiden ledakan besar yang terjadi di Beirut Lebanon berbuntut panjang.
Massa yang berdemonstrasi atas insiden tersebut meminta pemerintah dihukum mati.
Unjuk rasa itu terjadi pada Sabtu, 8 Agustus 2020.
Para demonstran menuding pemerintah negara sebagai biang keladi atas ledakan besar yang melanda Beirut.
"Ada kebencian dan darah antara kami dan pemerintah kami," kata Najib Farah demonstran berusia 35 tahun.
"Orang-orang ingin balas dendam," imbuhnya dikutip dari AFP.
• Beirut Lebanon Mencekam Dibanjiri Demonstran Pasca Ledakan Besar, Menuntut Pemerintah Dihukum Mati
• Istri Dubes Belanda untuk Lebanon Tewas karena Ledakan, Ada di Ruang Tamu dengan Suami saat Insiden
• Dampak Ledakan di Lebanon: Rumah Sakit Kewalahan hingga Unjuk Rasa Tuntut Pemerintah Mundur Pecah

Protes anti-pemerintah tersebut setidaknya telah membuat 28 orang luka-luka.
Puluhan orang itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Sedangkan ada lebih dari 100 orang lainnya dirawat di tempat kejadian, di Martyr's Square.
Hal itu diungkapkan oleh Palang Merah Lebanon yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (8/8/2020).
• Istri Dubes Belanda untuk Lebanon Tewas karena Ledakan, Ada di Ruang Tamu dengan Suami saat Insiden
Ribuan orang membanjiri alun-alun utama Beirut dengan menggantung tali simbolis.
Menurut mereka, para pejabat harus digantung karena ledakan Selasa kemarin.
Zeina Khodr dari Al Jazeera di tempat kejadian melaporkan kelompok masyarakat sipil telah meminta orang-orang untuk kembali ke jalan, dengan meneriakan "cukup sudah cukup".
"Ada banyak kemarahan, orang-orang menyerukan balas dendam dan keadilan."
"Mereka mengatakan hari ini ( unjuk rasa) adalah tentang keadilan bagi para korban ledakan pada Selasa itu."