Cerita Nenek 70 Tahun Rela Naik Turun Bukit demi Tugas Sekolah Cucunya, Hidup dari Bantuan Tunai
Demi mengantar tugas sekolah cucunya, Mbah Suratinem rela naik turun bukit diusianya yang sudah renta.
Editor: ninda iswara
Devi masih terkendala pembimbing belajar.
Dia kadang terpaksa meminjam handphone di rumah tetangga ketika mengerjakan tugas, atau meminta petunjuk kerabat yang lebih pintar.
Bila tidak bisa maka dia menunggu kunjungan guru sepekan ke depan.
“Anaknya pinter. Nulise banget (menulisnya cepat). Kalau tidak bisa ya usaha sendiri,” kata Surati.
Mbah Surati mengharapkan, dengan semua upaya ini maka cucunya bisa terus menjalani pendidikan yang baik semasa pandemi demi menggapai cita-citanya.
"Biar bisa jadi dokter seperti yang dia mau," kata Surati.
Penerima PKH
Devi gadis mungil berparas cantik dengan alis tebal. Ia sebenarnya bungsu tiga bersaudara.
Ia terpisah dari ayahnya dan kedua saudara kandungnya, sejak Sugiyanti, ibu kandungnya, meninggal dunia.
Ketika itu Devi masih berumur tiga bulan.
Surati menceritakan, Devi tidak lagi mendapat kasih sayang utuh kedua orangtua.
Devi dirawat Surati, sekaligus menemani hari tuanya.
Devi juga menerima perhatian tetangga yang ikut prihatin, bahkan sampai sekarang.
Banyak bantuan datang setiap saat, di tetangga yang dermawan, kelompok pengajian hingga bantuan langsung dari kepala sekolahnya.
Suratinem dan Devi hidup bersama di rumah Limasan Jawa dengan dinding anyaman bambu. Lantainya tanah.