Mengapa Ibu Hamil dan Menyusui Bukan Prioritas Vaksinasi Covid-19? Ternyata Ini Alasannya
Mengapa ibu hamil dan menyusui tidak menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 Sinovac? Simak penjelasan Dinda Derdameisya, SpOG.
Editor: Vega Dhini Lestari
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mengapa ibu hamil dan menyusui tidak menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 Sinovac? Simak penjelasan Dinda Derdameisya, SpOG, dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Brawijaya Hospital Antasari.
Selain pasien yang memiliki penyakit kronis, ibu hamil dan menyusui bukan prioritas penerima vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac.
Hal ini disebabkan karena uji klinis vaksin Sinovac terhadap subjek ibu hamil dan menyusui belum banyak.
"Berbeda dengan vaksin lain yang diproduksi Pfizer dan Moderna itu memang sudah ada studi klinis awal fase satu, dua, serta tiganya untuk ibu hamil dan menyusui."

Demikian penuturan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Brawijaya Hospital Antasari, Dinda Derdameisya, SpOG kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
"Jadi, sudah terbukti kalau vaksin Pfizer maupun Moderna sudah aman bagi ibu hamil dan menyusui. Sementara Sinovac belum," sambung dia.
Oleh karena itu, menurut Dinda, pemerintah ingin menciptakan herd immunity dengan pemberian imun terhadap orang-orang lain yang lebih sehat.
Herd immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kawanan merupakan antibodi dalam suatu populasi.
Maka, untuk menciptakan herd immunity, yang dibangun adalah sistem imun orang-orang yang masuk ke dalam subjek vaksinasi Covid-19.
"Jadi bukannya tidak boleh diberikan, tapi tidak diberikan. Diutamakan yang tidak hamil dan menyusui terlebih dahulu," terangnya.
Dengan menciptakan populasi yang memiliki antibodi yang baik, diharapkan virus tidak mendapatkan inang.
"Sama seperti penyakit cacar dan flu juga begitu. Sistem imun orang-orang di sekitarnya dibagusin supaya virus tidak punya tempat untuk hidup karena semuanya kebal terhadap virus," jelasnya.
Di samping itu, Dinda juga mengingatkan agar orang-orang yang sudah vaksinasi Covid-19 untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sebab, vaksinasi membutuhkan waktu untuk membangun sistem imun yang kuat dan mencegah transmisi penularan virus yang mematikan ini.
Baca juga: Dijadwalkan Masuk Pertengahan 2021, Komitmen Pembelian Vaksin Pfizer-Biotech Disebut Belum Final
Baca juga: Benarkah Penolak Vaksin Covid-19 Dapat Sanksi Pidana? Pengamat Hukum Sebut Terlalu Berlebihan
Perlukah Persiapan saat Akan Menerima Vaksin Covid-19?
Pemberian vaksin di Indonesia sudah dilakukan secara bertahap, sejak Presiden Joko Widodo disuntik vaksin pada Rabu 13 Januari lalu.
Kita pun menjadi penasaran dan menunggu giliran untuk divaksin. Namun, ada kekhawatiran dan keraguan pada beberapa orang mengenai keampuhan vaksin dalam membantu tubuh memerangi virus corona.
Selain itu ada juga pertanyaan apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum tubuh mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Faktanya, kita tidak memerlukan persiapan apa pun sebelum disuntik vaksin, menurut dokter spesialis penyakit paru Jafar Abunasser, MD.
Abunasser merupakan salah satu dokter yang sudah diberi suntikan vaksin Covid-19. Ia menyebut kita tidak membutuhkan persiapan, seperti meminum obat pereda nyeri.
"Beberapa orang bertanya, 'apakah kita harus minum obat sebelumnya untuk mencegah alergi atau demam?' Jawabannya adalah tidak," sebut Abunasser.
"Ini (vaksin Covid-19) tidak berbeda dengan vaksin lainnya. Anda dapat memantaunya setelah Anda divaksin."
Namun, dia menganjurkan kita untuk berkonsultasi dengan dokter tentang adanya pengaruh pada alergi yang kita punya sebelum divaksin.
"Jika dijadwalkan untuk mendapatkan vaksin, Anda tidak perlu apa pun, tetapi ada beberapa tindakan pencegahan yang harus dilakukan," tutur dia.
"Misalnya, jika menggunakan pengencer darah, Anda harus memberi tahu penyedia layanan kesehatan sehingga dapat mempersiapkan langkah untuk menghindari pendarahan berlebih dari jarum suntik."
"Jadi secara umum, cek pengobatan dan kondisi kesehatan Anda dengan dokter untuk memastikan semua itu tidak akan mengganggu proses pemberian vaksin," tambahnya.
Orang dengan alergi tertentu, kata Abunasser, juga bisa mendapat vaksin Covid-19.
Namun, jika kita belum yakin akan kemungkinan alergi dari bahan-bahan yang terkandung dalam vaksin, bicarakan dengan dokter atau pakar kesehatan lainnya.
"Alergi apa pun, seperti alergi serbuk bunga atau alergi kacang bukanlah kontraindikasi untuk mendapatkan vaksin," katanya.
"Bicarakan apa yang Anda cemaskan dengan dokter, karena dokter dapat mengetahui riwayat penyakit Anda dari catatan atau tes. Dokter akan memeriksa untuk melihat apa ada bahan vaksin yang memengaruhi kondisi Anda."
Namun, jika kita pernah mengalami reaksi anafilaksis dari vaksin di masa lalu, Abunasser menyarankan agar kita tidak mendapat suntikan vaksin Covid-19 dalam waktu dekat.
Baca juga: Beredar Info Vaksinasi Jokowi Gagal, Disebut Hanya di Kulit dan Tak Tembus Otot, IDI Beri Penjelasan
Baca juga: Moeldoko Minta Kodam Gandeng Babinsa untuk Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, Berkaca dari Vaksin Polio
Sebagai informasi, reaksi anafilaksis adalah syok yang disebabkan reaksi alergi yang berat.
Reaksi ini mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis, sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu dan muncul gejala sulit bernapas hingga berkurangnya kesadaran.
Abunasser termasuk salah satu dari banyak dokter yang mendapat vaksin segera setelah vaksin tersedia.
Dia menyebut, proses penyuntikkan vaksin memakan waktu kurang dari 30 menit.
Sebelumnya, Abunasser menerima pemberitahuan untuk membuat janji temu dan mengisi kuesioner vaksin.
"Pemberian vaksin membutuhkan waktu 20 detik. Setelah disuntik, petugas memberikan kartu yang bertuliskan tanggal dan jenis vaksin yang Anda terima," ujar Abunasser.
"Kemudian, mereka menggunakan pengatur waktu untuk memantau selama 15 menit jika Anda mengalami reaksi alergi yang jarang terjadi. Jadi, ini adalah proses yang relatif mulus."
Sekali lagi, jika kita punya riwayat reaksi alergi, kita masih tetap bisa mendapatkan vaksin. Namun, konsultasikan lebih dulu kepada dokter.
"Jika Anda pernah mengalami reaksi alergi ringan terhadap vaksin lain atau obat suntik, Anda dapat menerima vaksin secara aman dengan periode pemantauan 15 menit."
"Dengan demikian, jika Anda memiliki reaksi alergi, maka reaksi itu dapat ditangani secara cepat," sambungnya.
(Kompas.com/Ryan Sara Pratiwi/Gading Perkasa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Ibu Hamil dan Menyusui Bukan Prioritas Vaksinasi Covid-19", dan "Perlukah Persiapan saat Akan Menerima Vaksin Covid-19?"