Tak Disadari, Lakukan Hal Sepele Ini saat Puasa Ramadhan Bisa Hilangkan Pahala, Termasuk di Medsos

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Inilah hukum melakukan ghibah saat berpuasa. Apakah membatalkan puasa? Simak penjelasannya.

Bergunjing atau membicarakan orang lain memang kerap dilakukan oleh sejumlah masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari membicarakan orang lain.

Aktivitas bergosip ini identik dengan ibu-ibu atau para tetangga yang tengah berkumpul bersama.

Lantas bagaimana hukum ghibah saat sedang berpuasa? Berikut ulasannya.

Sebagaimana dikutip dari Tribunnews Bolehkah Melakukan Ghibah saat Berpuasa? Berikut Penjelasannya, ghibah atau membicarakan orang lain bukanlah hal yang dapat membatalkan puasa.

Tetapi ghibah dapat menghilangkan pahala puasa.

Hal itu disampaikan Dr. H. Abdul Matin bin Salman, M.Ag selaku Dosen IAIN Surakarta dalam acara Tanya Ustaz di YouTube Tribunnews.com.

Baca juga: 6 Doa Penting Dibaca di Bulan Ramadhan 1442 H: Bacaan Khusus Buka Puasa Hingga Malam Lailatul Qadar

Baca juga: HUKUM Keramas di Siang Hari saat Ramadhan, Apa Kurangi Pahala Puasa? Ini Penjelasan Dalil Hadisnya

Ia menjelaskan, puasa tidak hanya menahan lapar, dahaga dan syahwat tetapi juga menjaga lisan.

Dan menjaga diri dari ghibah merupakan cara menjaga lisan selama berpuasa.

Menurutnya di zaman sekarang, ghibah tidak hanya melalui lisan tapi bisa dilakukan melalui media sosial.

"Pada dasarnya, puasa menahan dari segala hal yang dilarang agama. Puasa bukan sekedar menahan lapar, dahaga dan syahwat, tetapi juga menjaga lisan kita."

"Saat ini dalam rangka menjaga puasa kita, apalagi di zaman saat ini ghibah atau menggunjing orang lain tidak hanya melalui lisan, tapi bisa melalui Whatsapp, Instagram, Facebook, Telegram aplikasi lain dalam rangka menyebarkan hoaks atau bahkan menyebarkan keadaan yang nyata terjadi dan hal tersebut tidak disukai oleh kelompok atau individu tertentu," ujarnya.

Ustaz Abdul Matin mengungkapkan hadist yang berisi pengertian ghibah, berikut artinya:

Ghibah adalah menyebutkan, menceritakan apa yang senyatanya terjadi kepada orang lain meski kejadian itu adalah faktual tetapi yang bersangkutan tidak suka apabila keburukannya diungkapkan kepada orang lain.