Penjelasan BMKG Soal Gempa Megathrust, Ancaman Kian Nyata, Waspadai Juga Sumber Gempa Sesar Aktif
Sebagian besar bangunan di Kota dan Kabupaten Malang, Jawa Timur rusak akibat gempa dengan magnitudo 6,1 beberapa waktu lalu.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Gempa Megathrust kerap menjadi peringatan sebelum terjadinya tsunami seperti di Aceh (tahun 2004) atau Chile (tahun 2010).
BMKG Minta Masyarakat Tak Panik
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat tak panik dengan hasil penelitian tentang gempa.
Hasil penelitian menyebutkan di selatan Lombok terdapat potensi gempa dengan kekuatan 9 magnitude menyita perhatian banyak orang, khususnya warga Lombok.
Menurut banyak media, hasil penelitian tersebut disampaikan Prof Ron Harris dalam seminar yang diadakan di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat, Kamis (4/7/2019).
Dikutip dari Kompas "Gara-gara Seminar soal Gempa, Warga NTB Resah Seharian, BMKG Angkat Bicara", Prof Ron Harris, pakar Geologi dan Kegempaan dari Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat.
Menyikapi hal itu, Kepala BMKG Mataram Agus Riyanto mengimbau masyarakat tidak perlu resah dengan hasil riset yang disampaikan Prof Ron Harris.
Namun ia mengimbau masyarakat tetap waspada.
"Ini yang menjadi perhatian masyarakat NTB seharian ini, dari pagi akibat adanya seminar Profesor Ron Harris.
"Jadi masyarakat NTB jangan panik, yang penting kita harus waspada dan kita harus pandai bagaimana cara mitigasi bencana."
Demikian Agus saat jumpa pers di Roemah Langko, Mataram, Kamis (4/7/2019).
Ia menerangkan, potensi gempa megathrust atau gempa besar di selatan Lombok memang benar adanya.
Hal ini dilihat dari zona penunjaman atau subduksi yang terjadi antara lempeng Australia dan lempeng Eurasia.
"Di Pulau Lombok mempunyai dua generator gempa bumi, pertama busur naik belakang Flores.
"Yang kedua, yaitu megathurst di amana zona penunjaman atau subduksi antara dua lempeng besar yaitu lempeng Australia yang menyusup masuk ke lempeng Eurasia."