Erupsi Gunung Semeru
'Nggak Bisa Ditempati' Pilu Korban Erupsi Semeru Ingin Pulang, Rumah Roboh, Mulai Bosan Mengungsi
Kini sebagian besar korban erupsi Gunung Semeru, mulai dihinggapi rasa bosan. Mereka mengaku ingin segera pulang ke rumah.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Lantas, Radit pun mengungkapkan kronologi timnya menemukan jenazah ibu dan anak tersebut.
Menurut sang relawan, anak dan ibu itu diduga hendak menyelamatkan diri, namun tak keburu lantaran sudah dihantam awan panas.
"Kalau rumahnya udah rata, gak terlihat karena sudah tertimbun abu vulkanik.
Dan yang pertama kita lihat itu bagian punggung ibunya. Mungkin anak kecil sedang dipeluk ibunya. Untuk melindungi anaknya," ucap Radit.
"Mereka sudah ada di luar rumah, mungkin mau menyelamatkan diri, tapi tidak keburu saking cepatnya awan panas itu datang," tambahnya.
Tak hanya itu, di wilayah tersebut juga, menurut Radit ada beberapa oang yang belum ditemukan.
"Ada 7 orang yang masih terkubur dan di dekat sana, ada 3 orang yang sedang memberi makan kambing belum ditemukan," ungkap Radit.
Diakui Radit, tim relawannya masih mengalami beberapa kesulitan ketika akan mengevakuasi korban.
"Kalau untuk jalur akses ke dalam, kemarin kita, tim berjibaku dengan pohon-pohon yang melintang. Jadi kita pakai gergaji mesin untuk membersihkan jalan," ujar Radit.
"Tapi untuk akses ke dalam, masih sulit ditembus karena ketebalan abu vulkaniknya, sekitar 30-40 sentimeter," tambahnya.
Sang relawan mengaku bersyukur karena sudah ada alat berat yang diturunkan untuk membersihkan jalanan.
Kemudian, Radit menjelaskan kondisi terbaru di sekitar daerah Curah Kobokan, yang merupakan wilayah terparah akibat erupsi Gunung Semeru.
Dusun Curah Kobokan ini disebutkan sang relawan hanya berjarak sekitar 10-15 km dari puncak Gunung Semeru.

Jika dijelaskan soal kondisi di Dusun Curah Kobokan, sang relawan menyebutnya seperti kota zombie.
Hal itu lantaran banyaknya rumah yang sudah rata dengan tanah, hingga kerusakan dimana-mana.