Breaking News:

Bocah Ukraina Lintas Perbatasan Seorang Diri ke Slovakia, Orangtuanya Tidak Ikut Karena Alasan Ini

Heboh seorang anak Ukraina yang berjalan seorang diri ke perbatasan Slovakia tanpa orangtuanya, ternyata karena ini

PETER LAZAR via Kompas dan Freepik
Ilustrasi anak Ukraina berjalan sendiri ke perbatasan Slovakia 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Ramai di pemberitaan, seorang anak laki-laki dari Ukraina berjalan seorang diri ke perbatasan Slovakia.

Dikutip dari AFP pada 6 Februari 2022, anak laki-laki tersebut masih berusia 11 tahun.

Tanpa didampingi siapapun, anak tersebut berjalan dengan membawa barang-barang seadanya.

Yaitu kantong plastik, paspor, dan nomor telepon yang tertulis di tangannya.

Kepolisian Slovakia buka suara dan membenarkan keberadaan bocah tersebut.

Anak tersebut naik kereta api dari kota Zaporizhzhia, Ukraina dan kemudian berjalan sendiri.

Orangtuanya terpaksa tidak ikut pergi dan tinggal di Ukraina.

Baca juga: MAKIN PANAS Pasukan Khusus Inggris dan Amerika Serikat Bersiap Jemput Paksa Presiden Ukraina

Baca juga: HANYA Minum Cairan Salju, Mahasiswa Asing di Ukraina Terjebak di Tengah Kota Sumy Akibat Perang

Pengungsi Ukraina melintasi perbatasan Slovakia-Ukraina, pada Rabu (2/3/2022)
Pengungsi Ukraina melintasi perbatasan Slovakia-Ukraina, pada Rabu (2/3/2022) (PETER LAZAR via Kompas)

Pasalnya, Ibunya harus merawat sang nenek yang penyandang disabilitas.

Para sukarelawan pun langsung memberinya perhatian dan juga makanan dan minuman.

Sang Ibu juga langsung dikontak oleh pihak yang berwenang untuk dikabari mengenai kabar anaknya yang sudah tiba dengan selamat.

Sang Ibu kemudian menunjukkan rasa syukurnya dalam pesan video yang diposting di Facebook.

Dirinya berterimakasih kepada orang-orang Slovakia yang menolong anaknya.

"Saya sangat bersyukur mereka menyelamatkan nyawa anak saya," kata sang ibu yang bernama Yulia Pisetskaya.

"Di negara kecilmu (Slovakia), banyak orang-orang yang berhati besar," ucapnya.

Ilustrasi anak Ukraina berjalan sendiri ke perbatasan Slovakia
Ilustrasi anak Ukraina berjalan sendiri ke perbatasan Slovakia (PETER LAZAR via Kompas dan Freepik)

Meski anaknya seorang diri, bocah tersebut tak menunjukkan rasa takut.

Bahkan bocah tersebut banyak tersenyum dan terlihat berani.

Dirinya juga cepat akrab dengan orang lain dan juga para relawan.

Banyak yang menjuluki anak tersebut sebagai pahlawan kecil.

Sukarelawan kemudian menghubungi kerabat anak tersebut yang berada Slovakia.

Anak tersebut dengan cepat dijemput oleh kerabatnya dan tinggal bersamanya.

Kini, anak tersebut sudah dibawa ke ibu kota Slovakia, kota Bratislava.

Kisah Arina, Wanita yang Akan Kursus Dansa Saat Rusia Menyerang, Kini Jadi Sibuk Merakit Bom Molotov

Arina, wanita Ukraina yang seorang guru, kini sehari-hari merakit bom molotov
Arina, wanita Ukraina yang seorang guru, kini sehari-hari merakit bom molotov (BBC Indonesia dan Shuttershock)

Arina, wanita Ukraina berencana untuk pergi ke kursus dansa dan dilanjutkan berpesta pada 24 Februari 2022.

Namun, hari tersebut adalah hari pertama penyerangan Rusia ke Ukraina.

Kini, nasibnya menjadi sangat berubah dibanding beberapa hari lalu.

Tiga hari setelah penyerangan Rusia, guru Bahasa Inggris itu justru membuat bom molotov di sebuah taman.

Saya memergokinya tengah duduk di rerumputan bersama puluhan perempuan lainnya.

Dia sedang memarut bongkahan polistirena, seolah-olah benda itu adalah keju, dan merobek lembaran kain untuk membuat bom molotov.

Adegan seperti itu tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang di Eropa.

Pekan lalu Arina dan rekan-rekannya juga tidak berpikir bakal berbuat demikian.

Tapi, apa boleh buat, seluruh warga Dnipro tanpa terkecuali siap mempertahankan diri melawan pasukan Rusia yang terus merangsek.

"Tak ada yang mengira beginilah cara kami menghabiskan akhir pekan," ujar Arina kepada BBC.

"Tapi sepertinya ini adalah satu-satunya hal penting yang harus dilakukan sekarang," tambahnya.

Wajah dan rambut guru berusia muda itu bertabur debu putih polistirena.

"Ini cukup menakutkan. Saya pikir kita tidak benar-benar menyadari apa yang sedang kami lakukan," ujarnya.

Tak begitu jauh dari lokasi Arina, Elena dan Yulia memberi tahu BBC bahwa mereka meninggalkan anak-anak dengan kakek-neneknya demi membantu membuat bom molotov.

"Duduk di rumah tanpa melakukan apa pun akan lebih menakutkan," kata Elena, tanpa berhenti memarut.

Dia lantas tertawa dan mengatakan bahwa dia adalah juru masak yang cemerlang, dan menurutnya proses membuat molotov tak jauh berbeda dengan meracik makanan.

'Saya tidak percaya ini terjadi pada kami, tetapi apakah ada pilihan lain yang kami miliki?" kata Elena.

Rasanya penduduk seluruh kota ini bangkit serentak bahu-membahu.

Tangga balai kota di dekat taman penuh dengan tumpukan sumbangan baju dan selimut.

Orang-orang datang silih berganti membawa barang segala rupa mulai dari bensin, air, hingga keperluan toilet.

Barang-barang ini nantinya akan diberikan kepada para petempur Ukraina serta penduduk Kota Dnipro yang mengungsi.

Sebagian bakal dipakai sebagai cadangan jika kota tersebut dikepung tentara Rusia.

Penggalangan ini dimulai dari inisiatif lima perempuan setempat berbekal sejumlah unggahan di media sosial.

Kini barang-barang yang datang semakin banyak dan beragam.

Bahkan, ada area terpisah bagi mereka yang ingin memperoleh senjata dan ikut bertempur.

Antreannya sangat panjang.

"Organisasi yang resmi kewalahan, jadi kami mendirikan pusat bantuan ini," kata Katerina Leonova.

"Apakah (Putin) benar-benar yakin bisa mengambil alih Ukraina dan me-Rusiakan Ukraina? Kami tidak takut. Kami marah," lanjutnya.

 
Arina, wanita Ukraina merakit bom molotov
Arina, wanita Ukraina merakit bom molotov (BBC Indonesia)

Dnipro telah merasakan dampak invasi Rusia.

Seluruh 400 ranjang di rumah sakit militer sudah penuh dan para tenaga kesehatan masih terus menerima ratusan korban setiap hari.

Mereka menaruh ranjang tambahan di koridor bangsal guna menampung pasien.

"Menurut saya, kami sudah berada pada puncaknya. Pertempuran ada di semua penjuru (negara) kami," kata juru bicara rumah sakit Sergei Bachinsky.

"Sebelumnya kami tahu persis di mana pertempuran berlangsung dan bisa bersiap menerima korban cedera sebelum mereka dievakuasi ke kami. Kini aliran (pasien) konstan."

Militer Ukraina tidak bisa menggunakan helikopter untuk mengangkut pasien karena Rusia akan menembak jatuh helikopter itu.

Jika diangkut melalui darat, perlu waktu lebih lama untuk mencapai fasilitas penanganan darurat.

Meski demikian, Sergei berkeras bahwa penduduk hingga korban luka-luka punya daya juang tinggi.

"Bahkan pasien luka bakar atau gegar otak ingin kembali bertempur Bersama unit mereka," jelasnya.

Selagi kami berbincang, dua bus penuh berisi serdadu tiba di gerbang rumah sakit.

Serdadu yang luka namun bisa berjalan ditempatkan di fasilitas lain sehingga ranjang bisa diisi korban luka parah.

(Tribunnewsmaker.com/Talitha/Kompas/Danur Lambang Pristiandaru)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul  Kisah Para Perempuan Ukraina Pembuat Bom Molotov untuk Lawan Invasi Rusia

Tags:
UkrainaSlovakiaTalitha Desena Darenti
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved