Perang Tak Menang-menang Kini Rusia Berlakukan Wajib Militer Ke Penduduknya untuk Ikut Lawan Ukraina
Perang tak menang-menang kini Rusia kerahkan penduduknya untuk ikut turun ke medan pertempuran.
Editor: Candra Isriadhi
TRIBUNNEWMAKER.COM - Perang tak menang-menang kini Rusia kerahkan penduduknya untuk ikut turun ke medan pertempuran.
Kedaan tak biasa terjadi di Rusia ketika pemerintahannya mewajibkan penduduknya untuk wajib militer.
Tak hanya itu bagi penduduk yang masuk kategori wajib militer nantinya harus turun langsung ke medan perang.
Sebelumnya alasan wajib militer diterapkan lantaran tentaranya kesulitan di Ukraina.
Pengumuman tersebut disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mulai berlaku sejak Rabu (21/9/2022).
Sehari setelah pengumuman, sejumlah pria mendapatkan panggilan tersebut dan terpaksa bersedia dikirim ke medan peran
Seperti dilaporkan The Guardian, panggilan wajib militer tersebut dikirim ke pria Rusia yang memenuhi syarat pada tengah malam.
Baca juga: Rusia Kini Berlakukan Mobilisasi Parsial, Tentara Cadangan Buru-buru Kabur Menuju Luar Negeri

Para pria diberi waktu satu jam untuk mengemasi barang-barang mereka dan muncul di pusat-pusat wajib militer.
Sementara para wanita menangis saat mereka mengirim suami dan putranya untuk bertempur dalam perang Rusia di Ukraina.
Hari pertama mobilisasi pertama Rusia sejak perang dunia kedua menghasilkan pertikaian emosional di pusat-pusat wajib militer dan bahkan tanda-tanda protes.
Seorang wanita di sebuah desa kecil di wilayah Zakamensky di Buryatia, di Siberia timur, mengatakan bahwa dia pertama kali merasa ada yang tidak beres ketika anjing-anjing mulai menggonggong sekitar tengah malam.
Dalam sebuah komunitas yang terdiri dari 450 orang itu, kepala desa berjalan dari rumah ke rumah, berusaha membagikan lebih dari 20 draft pemberitahuan.
Saat para pria berkumpul sebelum berangkat keesokan paginya, beberapa orang minum vodka, sementara yang lain berpelukan dan saling berdoa untuk tetap selamat.
Para wanita menangis dan membuat tanda salib di atas minibus kecil yang membawa mereka pergi.
Baca juga: Rusia Jual BBM Murah, Jika Indonesia Ngotot Beli Inilah Dampak Negatif Bakal Terjadi di Dalam Negeri

"Ini bukan mobilisasi parsial, ini mobilisasi 100 persen,” kata Alexandra Garmazhapova, aktivis sekaligus presiden Yayasan Free Buryatia.