MOMEN Ngeri Tragedi Kanjuruhan, Bek Arema Tertahan 5 Jam di Ruang Ganti: Koridor Penuh dengan Darah
Bek Arema beberkan momen mengerikan tragedi Kanjuruhan, tertahan 5 jam di ruang ganti, ungkap kondisi lapangan.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Momen ngeri tragedi Kanjuruhan dibeberkan oleh bek Arema yang melihat kericuhan.
Tragedi Kanjuruhan ini juga menjadi sorotan media asing.
Duka mendalam dirasakan berbagai lapisan masyarakat terkait kericuhan yang memakan banyak korban ini.
Bentrok dan kerusuhan pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya dalam laga kompetisi Liga 1 telah memakan ratusan korban jiwa, tak terkecuali anak-anak.
Diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur terjadi akibat kekalahan Arema FC melawan Persebaya dengan skor 2-3.
Suporter Arema FC pun memasuki lapangan seusai tim mereka kalah.
Polisi kemudian merespons dengan menembakkan gas air mata.
Baca juga: Aremania Ungkap Alasan Turun ke Lapangan, Ingin Protes, Kena Gas Air Mata & Terinjak: Kami Dipukuli
Baca juga: Ibu Ungkap Perubahan Sang Putri Korban Tragedi Kanjuruhan, Teman Nekat Masuk: Sudah Ditutupi Kain

Kondisi itu membuat seluruh penonton di tribun panik, sesak napas, pingsan dan terinjak-injak.
Tragedi Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) bahkan diklaim sebagai tragedi sepakbola terparah di Indonesia.
Sebelumnya dilaporkan 129 orang tewas akibat tragedi ini.
Kini, BPPD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) melaporkan adanya kenaikan data korban jiwa.
Korban tewas imbas tragedi Kanjuruhan dilaporkan bertambah menjadi 174 orang.
Hal demikian disampaikan langsung oleh Emil Dardak sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur pada Minggu (2/10/2022) pukul 10.30 WIB.
"Data BPPD Jatim pada pukul 10.30 tadi memang demikian, 174 korban meninggal," kata Emil Dardak kepada Kompas TV, Minggu (2/10/2022).
Sementara itu, dari 174 korban, 17 di antaranya dilaporkan adalah anak-anak dan dan tujuh anak mengalami luka-luka.
Kabar itu disampaikan Nahar, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
"Iya, ini bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kota Malang sedang melacak data anak-anak yang menjadi korban. Data yang masuk, 17 anak meninggal dan tujuh dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," kata Nahar dilansir TribunJatim.com dari Kompas TV, Minggu (2/10).
Baca juga: TANGIS Kurnia, Kakak Jadi Korban Kanjuruhan, Jasad Lebam Terinjak, Wajah Menghitam Kena Gas Air Mata
Baca juga: Ya Allah, Nak! Pecah Tangis Sugianto, Wajah Pucat Pasi Anak Sudah Jadi Jenazah, Korban Kanjuruhan

"Data yang masuk, 17 anak meninggal dan tujuh dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," lanjutnya.
Anak-anak yang menjadi korban dalam tragedi ini kebanyakan berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun.
Pihaknya masih terus memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang memerlukan perawatan fisik dan psikis lanjutan.
Lebih lanjut, Emil Dardak Wakil Gubernur Jatim menerangkan ada 8 rumah sakit rujukan yang kini intens merawat korban tragedi Kanjuruhan.
“Ada delapan rumah sakit yang menjadi rujukan.”
Selain 174 meninggal dunia, 11 orang dilaporkan mengalami luka berat.
Sedangkan, 298 lainnya mengalami luka ringan.
Ironisnya, tak semua jenazah teridentifikasi. Emil Dardak menyebut sekitar lebih dari 10 korban jiwa belum teridentifikasi.
Karena itu, aparat setempat telah menyiapkan posko crisis center yang bisa digunakan pihak-pihak yang ingin mencari anggota keluarga mereka.
"RS Saiful Anwar tadi sudah membantu identifikasi. Ada lebih dari 10 korban jiwa yang belum bisa teridentifikasi. Kalau ada keluarga yang mau lapor itu poskonya (crisis center) ada di depan Balai Kota Malang. Kontaknya 112, di BPPD Kota Malang," papar Emil Dardak.
Sementara itu, bek atau pemain belakang Arema FC, Sergio Silva, lantas mengungkapkan momen ngeri kala ia dan pemain lainnya berada di dalam ruang ganti Stadion Kanjuruhan saat kericuhan terjadi.
Pemain asal Portugal tersebut mengungkapkan kejadian yang dialaminya seusai laga Arema FC vs Persebaya.
Menurut Sergio Silva, para pemain Arema FC memilih masuk ke ruang ganti seusai para suporter mulai banyak masuk ke lapangan.
Baca juga: Kerusuhan Kanjuruhan, Alasan Polisi Tembakkan Gas Air Mata, Banyak Orang Terinjak & Sesak Napas
Baca juga: Aku Gak Rela Tangis Histeris Ortu, Semua Anaknya Tewas di Tragedi Kanjuruhan: Anakku 2 Habis Semua

Padahal para pemain Arema FC sebenarnya berencana untuk berjalan di sekitar stadion untuk memberikan penghormatan kepada para suporter mereka.
"Meski kalah, kami (berencana) akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para suporter. Langkah itu terhenti di tengah lapangan," beber Sergio Silva.
"Kami melihat indikasi beberapa suporter (masuk) ke lapangan. Saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang. Tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti."
Setelah masuk ke ruang ganti, para pemain Arema FC tidak tahu banyak tentang kondisi yang terjadi di luar.
Mereka juga tidak merasa benar-benar aman di dalam ruang ganti tersebut.
"Kami menghabiskan empat atau lima jam di ruang ganti, dijaga dengan meja dan kursi yang menahan pintu," terangnya.
Lebih lanjut, Sergio Silva mengungkapkan kerabat dari salah satu ofisial Arema FC turut meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Ia membeberkan momen mengerikan yang terjadi di stadion tersebut.
"Semua orang yang tewas dan terluka dievakuasi. Beberapa orang meninggal di dekat pemandian. Kami juga tahu kerabat salah satu asisten kami meninggal," katanya.
"Saya hanya bisa menyebutkan skenario mengerikan, kehancuran, perang, mobil polisi terbakar, semuanya rusak, koridor penuh dengan darah, sepatu orang-orang. Tidak ada hubungannya dengan sepak bola," pungkasnya.
(TribunJatim)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bek Arema Akhirnya Kuak Momen Ngeri Kericuhan Kanjuruhan, 5 Jam di Kamar Ganti: Koridor Penuh Darah