Kasu Ferdy Sambo
'Bohong Besar!' Pakar Sebut Ferdy Sambo & Putri Berperilaku Ganda: Ngakunya Baik Tapi Kok Membunuh!
Pakar Hukum Pidana sebut bukan Brigadir J yang berperilaku ganda, namun Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi yang bermasalah. Ini analisanya.
Editor: octaviamonalisa
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pakar Hukum Pidana, Asep Iwan Iriawan menyoroti drama baru Brigadir J makin disudutkan dalam persidangan.
Seperti diketahui para ajudan dan ART Ferdy Sambo mendadak secara kompak menyudutkan Brigadir J dalam persidangan.
Bahkan Brigadir J juga dituding memiliki kepribadian ganda.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Hukum Pidana Asep Iwan Iriawan angkat bicara.
Dengan tegas, Asep Iwan Iriawan justru menyebut Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi-lah yang selama ini berperilaku ganda dan bukan mendiang Brigadir J.
Baca juga: Pengacara Ferdy Sambo Hanya Sebar Hoaks, Kamaruddin Sarankan Ganti, Sebut Hotman Paris: Saya Biayai
Hal ini disampaikan Iwan Asep dalam program Laporan Khusus Kompas TV, Jumat (11/11/2022).
“Sebenarnya perilaku ganda dilakukan dua orang ini (Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi).
Yang ngakunya sayang, ngakunya (menganggap) anak, ngakunya baik, (tapi) kok membunuh,” ucap Asep.
Asep lebih lanjut menyoroti sidang pembunuhan berencana Brigadir J yang menurutnya justru menggali hal-hal yang tidak terkait dengan dakwaan.
Padahal, kata Asep, tak ada jaminan Ferdy Sambo yang menganggap para ajudannya sebagai anak-anaknya dan menyuapi tumpeng, tidak melakukan pembunuhan terhadap Brigadir J.
Baca juga: JADI Dalang Pembunuhan, Tabiat Ferdy Sambo Terkuak, Anak Buah Ngeri: Tempramen, Ga Sesuai Dimarahi
“Di kampung saya itu ada perkara menarik yang pelakunya dihukum mati: seorang pemimpin agama, baik lho ngajarin ilmu, tapi (mem-) perkosa juga, banyak lagi, sampai beranak,” kata Asep.
“Tidak jaminan ngasih tumpeng, nganggap anak, ya tetap, tidak boleh dia bunuh, gitu kan?
Pemimpin agama aja nggak boleh merkosa dihukum mati, apalagi dia ngebunuh,” tekannya.
Apalagi, kata Asep, soal pelecehan seksual yang dituduhkan Putri Candrawathi terhadap Brigadir J tidak menjadi berkas atau tidak diputus oleh hakim sebagai fakta persidangan.
“Itu (pelecehan seksual) tidak masalah hukum apalagi faktanya, laporannya itu sudah di-SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan, -red) oleh Bareskrim.
Artinya itu tidak ada, tidak ada kekuatan hukum sama sekali, itu bohong besar,” tegas Asep.
Asep juga mempertanyakan, jika memang Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi di Magelang, mengapa hal itu tidak dilaporkan.
Apalagi, Ferdy Sambo ketika itu berkapasitas sebagai Kadiv Propam, atau istilahnya, polisinya polisi, dalam institusi Polri.
“Kalau gentle, kenapa nyuruh Eliezer (untuk menembak Brigadir J)?
Kenapa nawarin RR (untuk menembak Brigadir J)?
Ini kejanggalan-kejanggalan,” ujar Asep.
Sebagai informasi, kasus pembunuhan Brigadir J yang menjadi sorotan publik kini sudah menyidangkan sejumlah terduga pelaku.
Dalam pekan ini, sidang menghadirkan saksi-saksi dari berbagai latar belakang. Mulai dari asisten rumah tangga dan sopir Ferdy Sambo, ajudan, hingga penyidik.
PARA Ajudan Ferdy Sambo Kompak Sudutkan Brigadir J, Pakar Miris Kebaikan Alm bak Dilupakan: Jeleknya
Sementara itu, anggota Pusat Kajian Assesment Warga Binaan Permasyarakatan, Poltekip Kemenkumham, Reza Indragiri juga menyoroti kompaknya ajudan Ferdy Sambo menyudutkan mendiang Brigadir J.
"Dan karena Yoshua adalah korban, maka profiling yang disusun semestinya adalah victim profiling.
Tapi alih-alih membuat kita paham dan bersimpati akan kondisi Yoshua yang membuatnya menjadi korban pembunuhan berencana, victim profiling itu justru mendiskreditkan Yoshua sebagai orang dengan serbaneka tabiat buruk," katanya.
"Terlepas apakah profiling itu benar atau tidak.
Dan sifat-sifat buruk Yoshua itulah yang seolah membenarkan bahwa Yoshua telah melakukan kekerasan seksual.
Jadi, victim profiling tentang Yoshua itu justru beraroma criminal profiling."
Reza menyoroti sejumlah saksi yang dinilainya begitu kompak dan fasih menyebut watak-watak buruk Yoshua.
Tapi tidak ada satu pun kata sifat yang positif tentang Yoshua.
"Hebat saksi-saksi itu.
Mereka punya proses berpikir yang sama, artikulasi spontan yang sama, kosakata yang sama, dan "kelupaan" yang sama untuk menyebut satu kebaikan pun tentang Yoshua.
Filter mentalnya seragam, semua isi keterangan mereka pun kelam. Saya berharap ada fairness dan purposefulness," ujarnya.
Menurut Reza, fairness pertama, tak mungkin ada manusia yang isinya sampah semua.
Jadi, setelah Yoshua dilukiskan sebagai manusia dengan sifat-sifat negatif, bolehlah para saksi dan ahli juga dikondisikan untuk tidak bias dan tidak lalai menjabarkan sifat-sifat positif Yoshua. Pasti ada. Kecuali jika saksi diajari untuk lupa.
Fairness kedua, karena sudah ada victim profiling beraroma criminal profiling tentang Yoshua, maka bolehlah di ruang sidang juga disodorkan criminal profiling tentang Ferdy Sambo dan Putri Candrawati.
Polri butuh criminal profiling itu.
Yakni, agar paham dinamika kehidupan Ferdy Sambo lalu mencegah para perwira tinggi menjadi Sambo-Sambo baru.
Masyarakat juga bisa menggunakan criminal profiling itu untuk mewaspadai orang-orang dengan ciri-ciri yang sama, sehingga bisa memperkecil risiko menjadi sasaran pembunuhan berencana.
Lalu purposefulness. Karena lukisan kelam tentang kepribadian Yoshua itu tampaknya akan dipakai untuk menopang tuduhan kekerasan seksual, maka ahli yang membuat profiling harus bisa menjelaskan bagaimana sifat-sifat Yoshua bisa bersimpul sedemikian rupa mendorong dirinya melakukan kekerasan seksual.
Tanpa penjelasan, maka profiling itu hanya akan menambah stigma buruk berikutnya terhadap Yosua dan keluarga besarnya.
"Betapa menyedihkannya andai profiling hanya menjadi ajang re-viktimisasi terhadap Yosua.
Sudah jatuh ditimpakan tangga pula.
Sudah ditembak mati, lalu disebut menembak teman, bukan dipulihkan martabatnya, tapi kini justru dipotret dengan sedemikian jeleknya," pungkas Reza.
Sebagian artikel ini sudah tayang di Kompas.tv dan Tribunnews.com dengan judul Pakar: Sebenarnya yang Berperilaku Ganda Itu Ferdy Sambo dan Putri, Ngakunya Baik tapi Membunuh, Analisa Lengkap dari Pakar Tentang Kompaknya Para Saksi Sudutkan Alm Brigadir J: Criminal Profiling