Berita Viral
INNALILLAHI! Diduga Terserang Heatstroke, Siswa SPN Polda Kaltara Meninggal Setelah Lari 2 Putaran
Remaja bernama Muhammad Dwi Cahyo Saputro (19), Siswa Pendidikan Kepolisian, Kepolisian Daerah, Kalimantan Utara, dilaporkan meninggal dunia.
Editor: Eri Ariyanto
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang remaja bernama Muhammad Dwi Cahyo Saputro (19), Siswa Pendidikan Kepolisian (SPN) Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Utara (Kaltara), meninggal dunia saat mengikuti kegiatan olahraga.
Menurut informasi, Muhammad Dwi Cahyo Saputro meninggal saat mengikuti olahraga malam, pada Sabtu (29/7/2023).
Korban tersebut meninggal diduga terserang penyakit Heatstroke.
Sebagai informasi, heatstroke adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis hingga mencapai 40 derajat celcius atau bahkan lebih.

Baca juga: INNALILLAHI! Wanita Asal Batang Ditemukan Tewas Mengenaskan di Kamar Kos Semarang, Bersimbah Darah
Kapolda Kaltara Irjen Pol Daniel Adityajaya menduga, Dwi alami heatstroke usai lari dua putaran bersama siswa lainnya.
"Petugas kesehatan sempat memasangkan infus." imbuhnya.
"Dan dari hasil pemeriksaan, siswa tersebut mengalami penurunan kesadaran, yang dicurigai akibat heatstroke," sambungnya.
Sebagai informasi, dikutip dari Kompas.com kanal Health, heatstroke adalah kondisi di mana tubuh menjadi terlalu panas.
Jika suhu tubuh tidak kunjung turun, kondisi ini bisa memicu kerusakan otak, kegagalan organ, bahkan kematian.

Meninggal di rumah sakit
Daniel menjelaskan, kejadian itu berawal saat pengasuh mengumpulkan para siswa pukul 20.45 Wita untuk apel.
Pengasuh meminta para siswa yang sakit untuk keluar barisan karena akan dilakukan olah raga malam.
Setelah itu, pengasuh menyebar di beberapa lokasi untuk melakukan pengawasan kegiatan itu.
Setelah dua putaran itulah Dwi pingsan.
Baca juga: INNALILLAHI! Kecelakaan Maut, Oleng & Masuk Jalur Berlawanan, Pemotor di Madiun Tewas Tertabrak Bus

Untuk penanganan intensif, pemuda warga dari Desa Liang Bunyu, Pulau Sebatik, Nunukan, itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Malinau.
Namun, nyawa Dwi tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pukul 02.45 Wita.
Atas kejadian itu, Kapolda Kaltara ungkapkan bela sungkawa kepada keluarga Dwi.
"Subuh kita hubungi keluarganya." ucap Daniel.
"Atas nama Polda Kaltara, saya mengucapkan duka kepada keluarga," pungkasnya.

Berita Lainnya, Diduga Gegara Cat Mobil, Bayi di Medan Meninggal, Sesak & Kritis, Ortu Panik: Ya Allah!
PECAH tangis orang tua di Medan, Sumatera Utara ketika anaknya mendadak meninggal dunia dalam kondisi yang menyedihkan.
Dalam kasus ini, bayi tersebut meninggal dunia setelah mengalami sesak nafas hingga batuk-batuk.
Orang tua dari bayi tersebut syok dan bingung ketika mendapati anaknya kritis.
Sempat dirawat di rumah sakit, bayi tersebut ternyata terpapar zat kimia pada paru-parunya.
Diduga, zat kimia tersebut berasal dari cat di bengkel mobil yang berada di dekat rumahnya.
Husnul Irfan yang merupakan orang tua bayi tersebut pun akhirnya melaporkan keluhannya itu terhadap pihak berwenang.
Pihak bengkel dan keluarga bayi yang tewas tersebut akhirnya bermediasi.
Diketahui, anak bungsu dari Husnul Irfan berinisial ASM meninggal dunia pada 6 Juli 2023.
Bayi berusia satu tahun delapan bulan tersebut berpulang setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama tiga hari akibat sesak napas.
Baca juga: MIRIS! Sejoli di Cakung Jakarta Timur Tega Buang Bayi Hasil Hubungan Gelap di Lapak Pedagang Pasar
“Tanggal 3 (Juli) si adik sekitar jam empat pagi tiba-tiba tersedak, lalu tersengal-sengal seperti orang sesak napas begitu. Kami bawa ke klinik. Sampai di sana kondisinya malah makin parah,"
"Orang di klinik menyarankan agar dibawa ke rumah sakit. Kami bawalah ke (RS) Mitra Sejati. Oleh dokter yang jaga langsung dimasukkan ke ICU, dipasang selang-selang oksigen,” kata Husnul kepada Tribun di kediamannya, Jalan M Nasir, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor, tengah pekan lalu.
Kondisi ASM terus memburuk. Napasnya kian memelan. Makin lemah. ASM koma.
Bayi perempuan itu tidak pernah sadar lagi hingga meninggal dunia tiga hari berselang.
“Sebelumnya memang sudah sering sesak napas anak saya. Abang dan kakaknya juga sering batuk-batuk. Cuma selama ini memang cuma kami bawa ke klinik. Kami kira cuma batuk-batuk biasa saja. Nggak tahunya ada infeksi di paru-paru,” katanya.
Selama perawatan di RS Mitra Sejati, Jalan AH Nasution (kawasan Titi Kuning), dokter melakukan rontgen thorax.
Baca juga: SOSOK Nadia Anak Yatim Usia 11, Bapak Ibu Meninggal, Hidupi 4 Adik, Gendong Bayi Sambil Jualan Sabun

Berdasar hasil pemeriksaan radiologi tersebut disimpulkan ada pneumonia atau infeksi (peradangan) di saluran pernapasan bronkus dan paru-paru, yang dapat terjadi akibat komplikasi dari influenza atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Husnul kaget melihat hasil rontgen thorax itu, lantaran sebelumnya, pada 29 Mei 2023, hasil pemeriksaan radiologi terhadap AN (5), anak keduanya, juga sama.
Baca juga: INNALILLAHI! Mayat Bayi Ditemukan dalam Kardus, Usai Melahirkan Orangtua Diduga Langsung Membuangnya
Saat itu, batuk AN makin menjadi dan tidak mempan lagi diredakan dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek.
Husnul kemudian memeriksakan anak sulungnya, MA (7).
Husnul membawanya ke RS Mitra Medika, Jalan Sisingamangaraja.
Hasil laboratorium lagi-lagi sampai pada kesimpulan serupa, pneumonia.

“Dokter di sana (Mitra Medika) mengindikasi adanya infeksi pada paru-paru. Secara spesifik, ada kerusakan pada saluran pernapasan akibat terpapar zat kimia,” katanya. Dari mana anak-anaknya (sekaligus ketiganya) terpapar zat kimia?
Dugaan Husnul langsung mengarah ke dua bengkel yang mengapit kediamannya.
Bengkel-bengkel tersebut sering menerima orderan pengecatan bodi kendaraan, khususnya mobil.
Husnul mengatakan, ia dan anak-istrinya sudah berdomisili di situ sejak delapan tahun lalu.
Rumah itu merupakan milik orangtuanya.

“Itu rumah peninggalan orangtua saya. Mulai kami tempati sekeluarga pada 2007. Setelah menikah, saya sempat pindah, mengontrak rumah sama istri." ujarnya.
"Waktu istri hamil anak kami yang pertama, oleh orangtua disuruh pindah ke sini. Orangtua pindah ke rumah lain,” imbuhnya.
“Terus di sebelah buka bengkel. Mula-mula satu, kemudian bertambah satu lagi hingga rumah yang kami tempati ini jadi berada di tengah-tengah. Yang punya (pemilik dan pengusaha bengkel) keluarga juga, adik mamak (uwak; adik ibu),” katanya.
Selain aroma cat semprot yang terasa tajam menusuk hidung, suara-suara dari aktivitas perbengkelan juga sampai dengan jelas ke rumah Husnul.
Melesat ke ruang-ruang pribadi. Tak terkecuali kamar tidur.
Menurut dia, kecuali pada malam hari atau hari-hari akhir pekan, rumahnya memang tidak pernah sepi dari suara aktivitas perbengkelan.
Husnul tak terlalu mempersoalkan kebisingan.
Namun fakta dari hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan ketiga anaknya terpapar zat kimia dan menyebabkan peradangan di paru-paru, membuatnya terdorong untuk protes.
Ia tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi. Husnul tidak ingin dua anaknya yang lain mengalami nasib serupa si bungsu.
Namun memang tidak mudah bagi Husnul. Protesnya mentok. Pun sejumlah upaya untuk “bermufakat.”
Maka ia kemudian mendatangi kepala lingkungan (kepling) setempat dan kelurahan, meminta mereka mencarikan solusi.
(Kompas.com/Eri Ariyanto)
Diolah dari berita tayang di Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Puluhan Barang Ahmad Sahroni Dikembalikan, dari Mainan Hingga Sertifikat Tanah, 3 Orang Ditangkap |
![]() |
---|
Lantang! Roy Suryo Sindir Dialog Gibran dengan Ojol di Istana Wapres: Seremonial Tanpa Wakil Asli? |
![]() |
---|
Jejak Karier Ayah Nadiem Makarim, Pesohor Praktisi Hukum Lulusan Harvard yang Dulu Bos Hotman Paris |
![]() |
---|
Kondisi Istri Arya Daru Kini, Depresi Karena Beredar Kabar Sang Diplomat Punya Wanita Lain, Kecewa? |
![]() |
---|
Fakta-fakta Ibu Muda yang Akhiri Hidup Bersama 2 Anaknya, Suami Syok, Tinggalkan Surat Wasiat Ini |
![]() |
---|