Breaking News:

Berita Viral

TRAGIS! Dituding Maling, Pria di Sumut Dianiaya Warga hingga Babak Belur, Korban Berakhir Tewas

Nasib nahas menimpa seorang pria bernama Suwandi Simanjuntak (38) lantaran tewas dianiaya warga.

Editor: Eri Ariyanto
Tribunnews
Dituding maling, pria di Sumut dianiaya warga hingga babak belur, korban berakhir tewas 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nasib nahas menimpa seorang pria bernama Suwandi Simanjuntak (38) lantaran tewas dianiaya warga.

Menurut informasi, korban dituduh mencuri hingga memicu amukan warga satu kompleks.

Lebih mirisnya, warga tidak dapat membuktikan apa pun, termasuk barang bukti yang diamankan dari lokasi kejadian.

Rekaman CCTV sekelompok pemuda di Palembang nekat mengeroyok pengurus masjid.
Ilustrasi pria dikeroyok warga di Pematangsiantar. (Istimewa via TribunSumsel)

Baca juga: INNALILLAHI! Pemuda di Padang Jatuh ke Sungai saat Mancing Ikan, Ditemukan dalam Kondisi Meninggal

Hal itu juga diungkapkan Adik korban, Berliana Simanjuntak.

Berliana Simanjuntak pun sedih setelah mengetahui tak ada satu pun warga yang mencoba menghentikan amukan massa.

Padahal, mayoritas warga tersebut tinggal satu kompleks, bahkan ada tetangga mereka.

“Wajahnya sudah babak belur, orang yang melihat kejadian itu enggak ngomong." ujar Berliana seraya menangis.

"Seandainya ada orang yang di situ bilang ‘sudahlah’ pasti dia masih bisa hidup. Masih bisa diselamatkan,” sambungnya.

“Ini enggak ada orang yang ngomong. Padahal, dikerumuni Ibu-ibu. Gimana perasaannya mereka anaknya digituin,” ucapnya.

Dituding maling, pria di Sumut dianiaya warga hingga babak belur, korban berakhir tewas
Dituding maling, pria di Sumut dianiaya warga hingga babak belur, korban berakhir tewas (Tribunnews)

Baca juga: BIADAB! Tukang Ojek di Sumbawa Cabuli Siswi SMP saat Pulang Sekolah, Polisi Kesulitan Tangkap Pelaku

Semasa hidupnya, Suwandi tak punya catatan kriminal. Korban diberi uang saku bulanan kiriman dari abangnya.

Sosok Suwandi juga dikenal dekat dengan anak-anak.

Itu pula yang membuat dirinya tak yakin abangnya yang masih lajang itu nekat mencuri.

“Ada maling kemarin bukan orang sini, nyuri besi, tapi enggak sampai dipukuli. Kenapa tiba terjadi di keluarga kami, dipukuli sampai mati,” katanya.

Polres Pematang Siantar mengamankan 7 terduga pelaku.

Adapun keluarga korban meminta pemulihan nama baik atas simpang siurnya informasi penyebab kematian Suwandi.

Pihak keluarga juga meminta polisi mengungkap motif penganiayaan yang mengakibatkan korban tewas.

Jasad Suwandi dikebumikan sehari setelah kejadian, tepatnya pada Kamis 28 September 2023 di Marihat Sibiak.

Kronologi

Adik ipar korban, Pontius Ginting, mengatakan, Suwandi tinggal bersama kedua orangtuanya di Gang Alafson, Lingkungan Tapian Nauli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematang Siantar.

Anak ke-6 dari 7 bersaudara itu sebelumnya merantau di Kota Semarang dan memutuskan pulang kampung untuk tinggal bersama kedua orangtuanya.

Belum genap setahun, Suwandi sudah bergaul bersama warga di Lingkungan Tapian Nauli. Pontius mengatakan, pada Rabu 27 September 2023 sekitar pukul 01.30 WIB, Suwandi diamuk sekelompok warga di Jalan Melanthon, Kecamatan Siantar Marihat, tepat di depan servis motor.

Mendengar keributan, salah satu kerabat keluarga mengenali wajah Suwandi yang sudah babak belur dihajar para pelaku.

Keluarga pelaku minta maaf

Pada Minggu 1 Oktober 2023, keluarga terduga pelaku menemui orangtua Suwandi untuk meminta maaf. Kedua belah pihak pun sepakat untuk saling memaafkan dengan menyepakati perjanjian.

Meski belum diteken, Pontius mengatakan, perjanjian itu sama sekali tidak menghentikan perkara atau bertujuan meringankan perbuatan para pelaku.

Perjanjian yang disepakati itu meminta pemulihan nama baik. Kemudian kepastian tidak ada perbuatan diskriminatif apapun, maupun dendam dari para keluarga terduga pelaku kepada orangtua korban yang bertempat tinggal satu kompleks dengan para pelaku.

“Perdamaian hanya keharmonisan orangtua kami dengan keluarga pelaku di kampung ini. Jangan nanti keluarga kami di sini jadi bentrok, kan enggak mungkin pindah rumah gara-gara ini. Padahal, orangtua kami ini sudah tua,” ucapnya.

Di sisi lain, pihaknya meminta kasus ini diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum dan berharap polisi mengungkap motif penganiayaan agar warga tidak termakan isu miring.

“Jadi kami ingin tahu motif sebenarnya apa. Motifnya juga ingin kami tanyakan ke polisi, apakah ada unsur lain dendam pribadi, kami enggak tahu.” katanya

“Kalaupun terbukti mencuri, enggak seperti itulah dihakimi sampai meninggal dunia. Apalagi ini kan satu kampungnya, saling kenal. Sebaiknya diamankan baru diserahkan ke penegak hukum,” tambahnya.

Saat ditemui di Mako Polres Pematang Siantar, Kepala Satuan (Kasat) Reserse Kriminal (Reskrim) AKP Banuara Manurung tidak ada di ruangannya meski sudah ditunggu selama satu jam.

Sementara Kepala Unit Reskrim Ipda Lizar Hamdani mengatakan, saat ini 7 terduga pelaku penganiayaan telah diamankan dan masih diperiksa.

Saat dikonfirmasi lebih lanjut, Lizar enggan menanggapi lebih jauh soal motif para pelaku menganiaya korban.

Ia mengatakan akan berkoordinasi dengan pimpinannya agar tidak salah persepsi.

“Tujuh orang sudah diamankan, tetangga tetangganya (korban) semua,” ucap Lizar.

ILUSTRASI  dituding mencuri pisang ritual
ILUSTRASI dituding mencuri pisang ritual (TribunManado)

Berita Lainnya, Dituduh Curi Pisang Ritual di Tempat Ibadah, Pria Ini Disiksa, Kini Tewas Digantung: Ortu Histeris

Dituduh mencuri pisang ritual di tempat ibadah, pria ini bernasib nahas lantaran disiksa oleh warga setempat.

Nasib pria tersebut berakhir mengenaskan setelah diarak massa dan digantung.

Dirinya pun terus menjadi bulan-bulanan warga yang murka karena pisang di tempat ibadah dicurinya.

Pria tersebut akhirnya tewas dengan cara tragis di hadapan sejumlah orang.

Sementara itu, ayah korban kini hanya bisa pasrah dan meratapi kepergian anaknya.

Ayah korban tak menyangka bahwa anaknya harus tewas dengan cara yang tragis.

Dikutip TribunnewsMaker.com dari kantor berita Al Jazeera pada Jumat, (29/9/2023), insiden memilukan ini terjadi di New Delhi, India.

Dalam kasus ini, pria tersebut tewas pada Selasa, (26/9/2023).

Pria itu dituding telah mencuri pisang yang merupakan persembahan keagamaan di kuil Hindu.

Baca juga: DETIK-DETIK Pria di Sulsel Setubuhi Tetangga, Menyelinap Lewat Plafon, Ancam Dibunuh Gunting: Lemas!

Baca juga: Diancam Dibunuh, Istri Syok Suaminya Ternyata Wanita, 21 Tahun Bungkam, Harta Dirampas: Tolong Saya!

Sekitar pukul 5 pagi pada hari Selasa, massa mengikat Mohammad Ishaq ke sebuah tiang besi dengan ikat pinggang kulit dan memukulnya tanpa ampun.

Hal itu dilakukannya karena dicurigai telah mencuri persembahan ritual yang disebut Prasad.

Insiden terjadi di sebuah acara doa, Ganesha Chaturthi.

Acara tersebut diadakan tiga jalur dari rumah Ishaq di kawasan Sunder Nagri yang berada di Ibu Kota India, New Delhi.

"Anak saya dibunuh karena makan prasad. Mereka yang membunuh anak saya merasa tersinggung jika seorang Muslim menyentuh prasad mereka," kata ayah Ishaq, Abdul Wajid, kepada Al Jazeera, dikutip Jumat (29/9/2023).

Wajid, yang berjualan sayuran dengan gerobak dorong, mengatakan bahwa pelanggannya yang beragama Hindu sering menawarinya prasad.

ILUSTRASI pria ini tewas disiksa dan digantung warga, dituding mencuri pisang ritual
ILUSTRASI pria ini tewas disiksa dan digantung warga, dituding mencuri pisang ritual (Alliance / TribunManado)

Lantas, dia menerimanya tanpa berpikir dua kali.

"Prasad adalah anugerah dari bhagwan atau Allah. Saya tidak menolaknya." ungkapnya.

Adik perempuan Ishaq, Uzma, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dirinya terkejut ketika saudara laki-lakinya digantung karena mengambil pisang.

Dia tak menyangka bahwa warga membiarkannya terikat di tiang setelah serangan brutal tersebut.

"Kukunya patah, ada yang dicabut, dan jari-jarinya ada luka. Dia dipukuli secara brutal karena dia seorang Muslim, memegang prasad" katanya.

"Dia tidak dapat berbicara dan kondisinya sempat kritis." ungkapnya.

Baca juga: TEKA-TEKI Tewasnya Mahasiswi USU, Kepala Sudah Jadi Tengkorak, Ternyata Akhiri Hidup & Bukan Dibunuh

Ilustrasi tewas digantung
Ilustrasi tewas digantung (Tribunnews)

Dalam situasi ini, Wajid menginginkan keadilan atas pembunuhan satu-satunya putra yang dimilikinya.

Meski begitu, ia telah mengapresiasi tindakan polisi yang menindak para pelaku.

"Kami sejauh ini puas dengan tindakan polisi tetapi kami ingin orang-orang yang membunuh anak saya mengalami nasib yang sama," katanya.

Kini pihak keluarga berharap anaknya bisa istirahat dengan tenang.

Keluarga kini berusaha ikhlas merelakan kepergian anaknya.

Meski berat, keluarga tetap berusaha mencoba melepaskannya.

Sementara itu, keluarga juga berharap pada penegakkan hukum untuk memberikannya keadilan.

Diolah dari berita tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
berita viral hari inipriamencuridianiayakorban tewaswargaSuwandi SimanjuntakPematangsiantar
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved