Breaking News:

Hamas Belum Habis! IDF Bernafsu ke Gaza Selatan setelah Tak Berhasil di Gaza Utara, Israel Bingung?

Israel bersikukuh akan melebarkan invasi militernya ke Gaza Selatan setelah tidak mendapatkan apa yang mereka cari seusai bombardir Gaza Utara

Editor: Sinta Manila
Tentara Israel / AFP
Gambar yang dirilis tentara Israel pada 5 November 2023 ini menunjukkan kendaraan militer Israel dan asap tebal di dalam Jalur Gaza saat pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas Palestina terus berlanjut. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Para pemimpin negara Israel dilaporkan sedang berdebat karena menemui perbedaan pendapat besar.

Bahwa sebagian dari pemimpin menginginkan menyerang Gaza sebelah selatan.

Sedangkan yang lainnya berencana mencapai kesepakatan sementara mengenai sandera, sebagaimana yang dilaporkan Jerusalem Post.

Baca juga: Pasukan Israel Tembakkan Gas Air Mata ke Warga Palestina yang Mencoba Salat di Jalan Sekitar Al-Aqsa

Kepemimpinan militer dan sipil Israel terlibat dalam perpecahan “di tingkat tertinggi” mengenai langkah selanjutnya yang harus diambil di Gaza.

Laporan Jerusalem Post pada Kamis (18/11/2023), mengutip sumber yang mengetahui diskusi tersebut, menyebut kebingungan Israel dalam menentukan langkah ke depan terhadap Gaza terbagi atas beberapa pilihan.

Pilihan yang ada dilaporkan termasuk memperluas operasi militer yang sedang berlangsung ke bagian selatan wilayah kantong Palestina.

Opsi lain adalah mencapai kesepakatan sementara dengan kelompok militan Hamas dengan menukar setidaknya beberapa sandera Israel untuk beberapa hari gencatan senjata.

Opsi lain adalah membebaskan tahanan Palestina.

Baca juga: Efek Gerakan Boikot Produk yang Terafiliasi Israel, Benarkah Pengaruh? Reaksi Beberapa Merek Dagang

Menurut surat kabar tersebut, bahkan jika kemungkinan bahwa Israel dan Hamas hampir mencapai kesepakatan, itu hanya akan memperlambat upaya Israel masuk ke Gaza selatan.

Artinya, Israel bersikukuh akan tetap melebarkan invasi militernya ke Gaza Selatan setelah tidak mendapatkan apa yang mereka cari seusai bombardemen Gaza Utara.

Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu, 8 November 2023.
Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu, 8 November 2023. (AP/Hatem Moussa)

Hamas Masih Bercokol dan Atur Alur Skenario Perang

Baik kepemimpinan militer maupun sipil di Israel telah berulang kali berjanji untuk menghancurkan Hamas dan menjamin pembebasan sandera Israel yang ditangkap oleh kelompok Palestina pada awal konflik.

"Sejauh ini, Israel belum membuat banyak kemajuan dalam mencapai tujuan terakhirnya," demikian laporan media tersebut.

Laporan menambahkan kalau sekarang mungkin merupakan momen ketika “penyeimbangan” dari dua tujuan yang dicanangkan tersebut terjadi.

Secara spesifik, langkah Israel ini menggambarkan kegagalan atas upaya mereka mengacak-acak Gaza Utara demi memburu Hamas.

Nyatanya, niat Israel untuk memperlebar invasinya ke Gaza selatan menunjukkan kalau di Gaza Utara 'tidak ada apa-apa' yang mereka cari selain kematian puluhan ribu warga sipil.

Serta kutukan segambreng negara internasional atas serangan-serangan ke rumah sakit dan fasilitas sipil lainnya.

Fakta lainnya, Hamas justru masih bisa bercokol dan melancarkan serangan-serangan mematikan ke tentara Israel di Gaza.

Terlebih, Hamas dinilai sejumlah pengamat, masih mengontrol alur skenario konflik bermodal ratusan sandera Israel yang masih belum ditemukan IDF.

Laporan terbaru menyebut, Pemimpin gerakan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, menyetop segala bentuk upaya negosiasi setelah tentara Israel menyerbu Kompleks Medis Al-Shifa.

Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, menggambarkan kalau pemimpin Hamas tersebut menjalankan taktik negosiasi yang bikin dongkol Israel.

“Awalnya yang dibicarakan adalah pelepasan 100, lalu jumlahnya turun menjadi 80, dan kemarin kami hanya mencapai 50,” katanya.

(FILE) Abu Ubaida (tengah), juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Islam Palestina Hamas, berbicara dalam peringatan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 31 Januari 2017, untuk Mohamed Zouari, seorang 49- insinyur Tunisia dan ahli drone berusia satu tahun, yang dibunuh saat mengemudikan mobilnya di luar rumahnya di Tunisia pada bulan Desember 2016.
(FILE) Abu Ubaida (tengah), juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Islam Palestina Hamas, berbicara dalam peringatan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 31 Januari 2017, untuk Mohamed Zouari, seorang 49- insinyur Tunisia dan ahli drone berusia satu tahun, yang dibunuh saat mengemudikan mobilnya di luar rumahnya di Tunisia pada bulan Desember 2016. (AFP/SAID KHATIB)

Dengan kata lain, menurut laporan tersebut, Sinwar dapat, atas kemauannya pihaknya, melepaskan 10 orang per hari, dan atas kemauannya sendiri, berhenti melepaskan karena dia tidak puas dengan sesuatu, mengetahui bahwa tentara Israel tidak akan terburu-buru untuk kembali beroperasi, " tulis laporan itu.

Terlepas dari kekuatan luar biasa yang ditunjukkan Isarel di Gaza lewat bombardemennya tanpa pandang bulu, sejumlah pengamat menilai, sikap Sinwar ini menunjukkan kalau Hamas masih aktif mengontrol alur dan skenario konflik.

Israel Bersiap Gempur Gaza Selatan

Belum habisnya Hamas membuat tentara Israel bernafsu ke Gaza Selatan setelah tak meraih hasil signifikan di Gaza Utara.

Laporan Jerusalem Post menunjukkan kalau militer Israel tampaknya 'bersemangat' untuk terus berperang, apa pun yang terjadi.

Pada Kamis, kepala staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letnan Jenderal Herzi Halevi, secara jelas mengatakan bahwa dia akan bergerak lebih jauh ke selatan, jika keputusan ada di tangannya.

"Pada saat yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara tentang memindahkan perang ke “tahapan” baru namun tidak mengatakan apa pun tentang serangan di bagian selatan Gaza," kata surat kabar itu.

Baca juga: Demi Menang Lawan Hamas, Ekonomi Israel Goyah, Utang Semakin Membengkak, Hampir Rp 126 Triliun

Eskalasi terbaru antara Hamas dan Israel dimulai pada tanggal 7 Oktober, ketika kelompok militan Palestina melancarkan serangan mendadak di selatan negara itu, menembus perbatasan di beberapa lokasi.

Kelompok ini menyandera puluhan orang, baik militer maupun sipil, dan menahan mereka di Gaza sejak saat itu.

Hanya sebagian kecil yang dibebaskan, sementara beberapa sandera terbunuh oleh serangan udara Israel selama operasi di Gaza, klaim Hamas.

Personel artileri Israel menyiapkan peluru di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 November 2023.
Personel artileri Israel menyiapkan peluru di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 November 2023. (AFP/JACK GUEZ)

Israel menanggapi serangan tersebut dengan bombardemen besar-besaran di Gaza, yang mengakibatkan banyak korban sipil dan kehancuran luas di wilayah kantong tersebut.

IDF juga melancarkan operasi darat, membelah daerah kantong itu menjadi dua dan memusatkan perhatian di utara, tempat militer Israel berhasil menguasai wilayah yang luas.

Gagasan yang dianut oleh beberapa orang adalah bahwa posisi strategis IDF di bagian utara Gaza berarti mereka dapat mengambil “jeda alami” sambil memperluas operasinya ke selatan.

"Namun, pergerakan ke wilayah selatan akan mengharuskan militer mengerahkan “pasukan udara, laut, dan darat dalam jumlah besar” dan “menggerakkan kompleks logistik yang sangat besar” di seluruh negeri untuk mempertahankannya," laporan Jerusalem Post memperingatkan.

Artikel diolah dari Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
HamasIsraelGazapimpinan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved