Breaking News:

Berita Viral

NGERI! Kekuatan Israel Luluh Lantakkan Gaza dalam Sekejap Pakai AI:Seberapa Bahaya-nya untuk Perang?

Inilah bahayanya teknologi AI yang dipakai IDF untuk berperang mengoyak Hamas di Gaza, warga sipil jadi korban.

Editor: Dika Pradana
AP PHOTO/ARIEL SCHALIT via Kompas.ID / ebsedu
Israel mulai gencar pakai AI untuk membombardir Gaza dalam sekejap 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - TERKINI, IDF atau tentara Israel mulai gencar melakukan serangan yang lebih canggih menggunakan sistem Artificial Intelligence (AI) untuk meluluh lantakkan Gaza.

Demi mengoyak Hamas di Gaza, Palestina, IDF bertempur menggunakan kecanggihan teknologi AI.

Menggunakan teknologi AI, IDF mampu dengan sekejap mencapai target menghabisi Hamas di Gaza.

ILUSTRASI teknologi AI
ILUSTRASI teknologi AI (Wits Digital)

Sistem peperangan menggunakan AI ini bisa dikatakan cukup berbahaya jika digencarkan.

Pasalnya teknologi AI dikhawatirkan menjadikan pabrik pembunuhan massal di Gaza.

Hal itu terungkap dalam laporan investigasi baru yang diterbitkan oleh media Israel +972 Magazine.

Sistem ini berbeda secara signifikan dari operasi militer sebelumnya yang menyebabkan pembunuhan tanpa pandang bulu.

Baca juga: Gaza Memanas! Pasukan Martir Omar Al-Qassem Turun Gunung, Sirine Berdengung di Perumahan Israel

Baca juga: ISYARAT Israel akan Bombardir Gaza Selatan, Selebaran Dijatuhkan, Warga Dipaksa Ngungsi ke Rafah!

IDF menggunakan Fire Factory, sebuah perangkat lunak berbasis AI untuk memilih target di seluruh Gaza yang jumlahnya mencapai ribuan.

IDF kemudian menugaskan mereka ke drone, pesawat tempur, tank, dan unit artileri. Semuanya dilakukan serentak, dalam waktu bersamaan.

"Ini secara keseluruhan lebih fleksibel dan secara keseluruhan lebih adaptif untuk menciptakan segala jenis kumpulan data atau jenis jaringan saraf tiruan daripada membeli F-35," kata Brigjen Aviad Dagan, Direktur Administrasi Transformasi Digital IDF, dalam sebuah video yang diposting Al Jazeera di X (sebelumnya Twitter).

IDF, dalam laman resminya, mengakui bahwa kecerdasan buatan merupakan kunci.

Mereka mengklaim bahwa Sigma merupakan cabang IDF untuk mengembangkan, meneliti, dan mengimplementasikan kecerdasan buatan dan penelitian perangkat lunak canggih yang terbaru agar IDF tetap mutakhir.

Israel mulai gencar pakai AI untuk membombardir Gaza dalam sekejap
Israel mulai gencar pakai AI untuk membombardir Gaza dalam sekejap (AP PHOTO/ARIEL SCHALIT via Kompas.ID / ebsedu)

Sistem tersebut dapat menimbukan tingginya angka kematian warga sipil selama serangan Israel di Gaza.

"Tentara Israel memiliki data mengenai sebagian besar target potensial di Gaza termasuk rumah yang menetapkan jumlah warga sipil yang kemungkinan terbunuh dalam serangan terhadap target tertentu," kata sumber kepada +972.

Jumlah ini dihitung dan diketahui sebelumnya, unit intelijen Angkatan Darat juga mengetahui berapa banyak warga sipil yang pasti akan terbunuh sesaat sebelum melakukan serangan.

Baca juga: GERTAKAN AS ke Netanyahu Nekat Lanjutkan Perang di Gaza, Ancam Sanksi Larangan Visa Warga Israel

Menyoroti pengabaian yang mengejutkan terhadap kehidupan warga sipil, laporan tersebut menemukan bahwa komando militer Israel secara sadar menyetujui pembunuhan ratusan warga sipil Palestina.

Hal itu dilakukannya dalam upaya untuk membunuh seorang komandan militer Hamas.

“Jumlahnya meningkat dari puluhan kematian warga sipil [diizinkan] sebagai kerusakan tambahan sebagai bagian dari serangan terhadap pejabat senior dalam operasi sebelumnya, menjadi ratusan kematian warga sipil sebagai kerusakan tambahan,” kata salah satu sumber kepada +972.

Protokol yang diperluas untuk memilih target yang digunakan oleh Israel telah membuat tentara Israel secara signifikan meningkatkan pemboman terhadap infrastruktur yang tidak bersifat militer.

Ini termasuk tempat tinggal pribadi serta gedung-gedung publik, infrastruktur dan blok-blok bertingkat tinggi, yang menurut sumber-sumber militer didefinisikan sebagai “target kekuatan”.

Ketika seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibunuh di sebuah rumah di Gaza, hal ini terjadi karena seseorang di tentara memutuskan bahwa pembunuhan terhadap anak tersebut bukanlah suatu masalah besar.

Menurutnya itu adalah harga yang pantas dibayar untuk dapat memukul target.

Kerugian besar terhadap kehidupan warga sipil di Gaza disebabkan oleh meluasnya penggunaan sistem AI yang disebut “Habsora”.

Laporan ini konon merekomendasikan target potensial di Gaza dengan kecepatan otomatis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pasukan Israel menggerakkan tank di dekat kibbutz Nahal Oz di perbatasan dengan Jalur Gaza
Pasukan Israel menggerakkan tank di dekat kibbutz Nahal Oz di perbatasan dengan Jalur Gaza (MENAHEM KAHANA/AFP via Tribunnews)

Mengutip mantan perwira, penyelidikan tersebut menuduh teknologi ini memfasilitasi “pabrik pembunuhan massal” yang lebih mengutamakan kuantitas daripada akurasi.

Dengan begitu IDF sangat mungkin kerusakan tambahan yang lebih tinggi.

Tujuan tersebut secara eksplisit disebutkan oleh Juru Bicara militer Israel Daniel Hagari yang pada awal operasi militer Israel pada bulan Oktober mengatakan “Penekanannya adalah pada kerusakan dan bukan pada keakuratan.”

Meskipun belum pernah terjadi sebelumnya tentara Israel menyerang lebih dari 1.000 sasaran listrik dalam lima hari, kata laporan itu, gagasan untuk menyebabkan kehancuran massal di wilayah sipil untuk tujuan strategis telah dirumuskan dalam operasi militer sebelumnya di Gaza yang diasah oleh apa yang disebut dengan Israel.

Kini warga sipil di Gaza diminta untuk waspada terhadap serangan IDF yang memanfaatkan AI.

IDF telah mewanti-wanti masyarakat sipil untuk segera mengungsi lebih jauh ke selatan.

IDF mengimbau warga sipil untuk pergi ke arah Rafah.

Tampaknya Israel tak begitu memedulikan seruan perdamaian yang digaungkan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

AS kini berencana akan memberikan sanksi terhadap Israel jika terus memperparah keadaan perang.

Seberapa Bahayanya Teknologi AI untuk Perang Israel vs Hamas?

Menurut laporan Al Jazeera, Israel memiliki sebuah cabang militer bernama Sigma yang didedikasikan untuk mengembangkan dan menggunakan AI untuk serangan.

Mereka bahkan menyebut perang 2021 dengan Hamas sebagai perang kecerdasan buatan pertama.

Letnan Kolonel Nurit Cohen yang memimpin proyek ini pada 2017 mengatakan Sigma bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi IDF.

Sigma mengembangkan teknologi dan mencari cara untuk memberikan dampak yang nyata.

IDF percaya AI bakal memberikan dampak yang lebih besar pada kegiatan operasional mereka. Menurutnya ada tiga tahap AI yang digunakan IDF.

"Ada AI deskriptif, di mana komputer dapat memahami konteks dan mengidentifikasi serta mengklasifikasikan data. Ada AI prediktif, di mana komputer kemudian memprediksi dampak dari data tersebut." ujar Cohen.

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, di atas kota Ashkelon di Israel selatan, pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling tembak-menembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan itu. dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, di atas kota Ashkelon di Israel selatan, pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling tembak-menembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan itu. dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. (JACK GUEZ / AFP)

"Terakhir, ada AI perspektif, di mana komputer dapat membuat pilihan cerdas berdasarkan prediksinya. Saat ini, kami telah menguasai tahap pertama, dan sedang mengerjakan AI yang lebih canggih," kata Cohen.

IDF mengumumkan mereka telah menanamkan kecerdasan buatan ke dalam operasi-operasi yang mematikan. Seperti yang dilaporkan Bloomberg pada 15 Juli, awal tahun ini, IDF telah mulai "menggunakan kecerdasan buatan untuk memilih target serangan udara dan mengatur logistik masa perang."

Para pejabat Israel mengatakan pada saat itu bahwa IDF menggunakan sistem rekomendasi AI untuk memilih target untuk pengeboman udara, dan model lain yang kemudian akan digunakan untuk mengatur serangan berikutnya dengan cepat.

IDF menyebut sistem kedua ini sebagai Fire Factory, dan, menurut Bloomberg, sistem ini menggunakan data tentang target yang disetujui militer untuk menghitung muatan amunisi, memprioritaskan dan menugaskan ribuan target ke pesawat terbang dan pesawat tak berawak, dan mengusulkan jadwal.

Israel mengatakan keputusan akhir untuk meluncurkan serangan selalu diambil oleh manusia.

Namun, ketika perang terjadi dalam skala besar, masih mungkinkah manusia melakukan pengamatan secara cermat?

"Bahkan ketika ada manusia yang meninjau keputusan AI, itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit dan kami tidak begitu yakin seberapa banyak uji tuntas yang dilakukan orang-orang ini sebelum menyetujui keputusan yang dibuat AI," kata Anwar Mhajne, Asisten Profesor di Stonehill College Boston.

"Ada juga kekhawatiran bahwa ketergantungan pada sistem AI dapat menciptakan rasa percaya diri yang salah di mana Anda seperti, oke, jadi AI membuat keputusan ini dan mengumpulkan data, jadi saya akan segera menyetujuinya dan target tersebut dilegitimasi berdasarkan data yang dikumpulkan oleh AI," lanjutnya.

Scharre mengaku tidak mengetahui rincian sistem spesifik yang mungkin digunakan IDF, tetapi AI dan otomatisasi yang membantu dalam siklus penargetan mungkin akan digunakan dalam skenario seperti perburuan Israel terhadap personel dan material Hamas di Gaza. Penggunaan AI di medan perang berkembang dengan cepat, katanya, tetapi membawa risiko yang signifikan.

"Setiap AI yang terlibat dalam keputusan penargetan, risiko utamanya adalah Anda menyerang target yang salah," kata Scharre, mengutip Los Angeles Times.

"Ini bisa menyebabkan korban sipil atau menyerang target yang bersahabat dan menyebabkan pembunuhan," lanjutnya.

Tentara Israel terlihat selama operasi darat di Jalur Gaza, Rabu, 8 November 2023. Pada Rabu (22/11/2023) Hamas dan tentara Israel dilaporkan mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pertukaran tahanan. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)
Tentara Israel terlihat selama operasi darat di Jalur Gaza, Rabu, 8 November 2023. Pada Rabu (22/11/2023) Hamas dan tentara Israel dilaporkan mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pertukaran tahanan. (AP Photo/Ohad Zwigenberg) (AP/Ohad Zwigenberg)

Selain itu, sistem AI apa pun yang berusaha mengotomatiskan dan mempercepat pemilihan target meningkatkan kemungkinan kesalahan yang dibuat dalam prosesnya akan lebih sulit untuk dilihat.

Jika militer merahasiakan cara kerja sistem AI mereka, tidak ada cara untuk menilai jenis kesalahan yang mereka buat.

"Saya pikir militer harus lebih transparan dalam cara mereka menilai atau melakukan pendekatan terhadap AI," ungkap Scharre.

"Salah satu hal yang telah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir di Libya atau Ukraina adalah zona abu-abu. Akan ada tuduhan bahwa AI digunakan, tetapi algoritme atau data pelatihannya sulit untuk diungkap, sehingga menilai apa yang dilakukan oleh militer jadi tantangan." lanjutnya.

Bahkan dengan kesalahan yang tertanam dalam kode pembunuhan itu, AI sementara itu dapat memberikan lapisan kredibilitas pada target yang mungkin tidak dapat diterima oleh operator pangkat dan jabatan.

Artikel ini diolah dari Tribunnews.com

Tags:
berita viral hari iniIsraelIDFGazaArtificial IntelligencePalestinaHamas
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved