Breaking News:

Palestina vs Israel

Rencana PM Netanyahu yang Mendorong Warga Palestina Meninggalkan Gaza Secara Sukarela Dikecam Dunia

Netanyahu sedang membentuk komite untuk memastikan bahwa siapapun yang ingin pindah ke negara ketiga dapat melakukan hal tersebut.

Editor: Sinta Manila
Anadolu
Militer Israel, IDF, menyebarkan selebaran yang menawarkan imbalan uang kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi di mana letak persembunyian para pemimpin Hamas ke mereka kepada warga Palestina di Gaza, Kamis, 14 Desember 2023. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Rencana Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang akan menerapkan kebijakan migrasi sukarela kepada warga Palestina yang tinggal di kawasan Gaza dikecam dunia.

Bahkan Netanyahu sedang membentuk komite untuk memastikan bahwa siapapun yang ingin pindah ke negara ketiga dapat melakukan hal tersebut.

Hamas membaca rencanya Netanyahu ini sebagai upaya memasarkan ilusi untuk memperpanjang agresi setelah ia dan pasukan Israel gagal mencapai tujuan di Jalur Gaza.

Baca juga: TRAGIS! Ratusan Tentara Israel Tewas Digerogoti Jamur Berbahaya, Infeksi Parah: Berasal dari Limbah

Menurut harian Israel Hayom, Netanyahu melontarkan komentar tersebut dalam sidang tertutup yang dihadiri anggota parlemen Partai Likud pada Selasa (27/12/2023).

Tawaran ini dilontarkan Israel setelah militernya menggempur jalur Gaza pada 7 Oktober lalu hingga menewaskan sedikitnya 20.700 warga Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan kembali menjalani sidang kasus dugaan korupsi yang menjeratnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan kembali menjalani sidang kasus dugaan korupsi yang menjeratnya. (Reuters Via India Today)

Tak hanya memicu genosida massal, serangan yang awalnya ditujukan untuk menumpas milisi Hamas justru menyebabkan kehancuran di Gaza.

Dengan setengah dari perumahan di wilayah pesisir rusak atau hancur.

Sementara itu, hampir 2 juta orang harus mengungsi dan hidup di tengah krisis akibat kekurangan pasokan makanan dan air bersih.

Israel hingga kini belum mengungkap negara mana yang akan menampung perpindahan warga Gaza.

Baca juga: Hamas Tolak Ide Mesir, Hengkang dari Gaza Imbalannya Gencatan Senjata, Sementara Bukan Permanen

Namun PM Netanyahu berjanji bahwa pihaknya akan mengusahakan agar negara-negara lain mau menerima warga Gaza.

“Masalah kami adalah negara-negara yang bersedia menyerap (mereka), dan kami sedang berupaya mengatasinya,” kata Netanyahu, dikutip dari Anadolu Ajansı.

Dunia sudah mendiskusikan kemungkinan imigrasi sukarela,” imbuhnya.

Pengungsi Palestina memasak di dapur darurat luar ruangan dekat tenda mereka di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 24 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Pengungsi Palestina memasak di dapur darurat luar ruangan dekat tenda mereka di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 24 Desember 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. (MOHAMMED ABED / AFP)

Imigrasi Warga Gaza Dikecam Dunia

Rencana Netanyahu yang akan mendorong warga Palestina meninggalkan Gaza secara sukarela mendapat banyak kecaman

Palestina pun menyerukan dunia menentang rencana Israel itu.

"Pengakuan Netanyahu mengenai pemindahan paksa warga kami adalah tamparan berikutnya untuk negara-negara yang mendukung dia dalam perang genosida di Jalur Gaza," kata Kementerian Luar Negeri Palestina.

"Rakyat Palestina tak akan membiarkan rencana apa pun yang bertujuan melenyapkan perjuangan atau mengeluarkan mereka dari tanah dan tempat sucinya," tambah Kemlu Palestina.

Baca juga: Kelaparan Melanda, Ribuan Warga Gaza Harus Mengantre Mendapatkan Sedikit Makanan dari Badan Amal

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas juga mengecam rencana Netanyahu dengan menyebut rencana itu sebagai upaya "memperpanjang agresi."

Militer Israel, IDF, menyebarkan selebaran yang menawarkan imbalan uang kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi di mana letak persembunyian para pemimpin Hamas ke mereka kepada warga Palestina di Gaza, Kamis, 14 Desember 2023.
Militer Israel, IDF, menyebarkan selebaran yang menawarkan imbalan uang kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi di mana letak persembunyian para pemimpin Hamas ke mereka kepada warga Palestina di Gaza, Kamis, 14 Desember 2023. (Anadolu)

Penolakan serupa juga turut dilontarkan Dewan Pengungsi Norwegia pada Selasa (26/12/2023).

Dalam keterangan resminya Dewan Pengungsi Norwegia memperingatkan pemindahan paksa warga Palestina merupakan “pelanggaran serius terhadap hukum internasional”.

“Hal tersebut juga merupakan kejahatan yang kejam," kata Ketua Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland.

Para kelompok HAM menilai pemindahan paksa ratusan ribu warga Palestina di Gaza oleh Israel, mengingatkan peristiwa bencana tahun 1948 yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai ‘Nakba’.

Nakba sendiri merupakan peristiwa eksodus massal yang menimpa setidaknya 750 ribu orang Arab di negara itu.

Pasukan Israel yang saat itu baru dibentuk, melancarkan serangan besar-besaran.

Akibatnya, terjadi pemindahan permanen lebih dari setengah populasi Palestina.

Peristiwa itu bahkan meninggalkan luka mendalam bagi penduduk setempat, karena secara tidak langsung penjajahan itu membuat penduduk Palestina terusir dari tanah airnya.

Sebagian besar orang Palestina berakhir sebagai pengungsi tanpa kewarganegaraan di negara-negara Arab, tak banyak dari mereka yang pindah lebih jauh.

Sementara itu menurut badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, sebagian besar orang Palestina korban Nakba memilih tinggal di kamp-kamp pengungsi yang seiring waktu berubah menjadi kota-kota pengungsi.

Mereka kebanyakan menempati Jalur Gaza,Tepi Barat yang Diduduki, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yerusalem Timur.

Artikel diolah dari Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Benjamin NetanyahuIsraelPalestina
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved