Breaking News:

Palestina vs Israel

Kenapa Afrika Selatan Lebih Berani Gugat Israel ke Mahkamah Internasional Dibandingkan Negara Arab?

Ahmed Jamil Azm, menganalisa alasan diamnya negara-negara Arab terhadap genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.

Editor: Sinta Manila
Kolase Istimewa
Menteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola dan Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda Vusimuzi Madonsela menghadiri Mahkamah Internasional (ICJ) menjelang sidang kasus genosida terhadap Israel yang diajukan oleh Afrika Selatan, di Den Haag pada 11 Januari 2024. Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (barisan depan ke-4 dari kanan) berfoto bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud (barisan depan ke-3 dari kiri), Wakil Perdana Menteri Yordania dan Mente 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Menjadi tanda tanya besar ada apa dengan negara-negara Arab yang memilih 'diam' terhadap genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

Bahkan Afrika Selatan justru membuat sejarah besar dengan mengajukan gugatan terhadap genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza ke hadapan Mahkamah Internasional pada Jumat (29/12/2023).

Rupanya menurut analisis Profesor Hubungan Internasional di Universitas Qatar, ini berkaitan dengan sejarah masa lalu.

Baca juga: Afrika Selatan Disebut Munafik, Pasca Gugat Genosida Israel ke ICJ, Netanyahu: Dunia Jadi Terbalik

Sebelum Afrika Selatan mengajukan gugatan itu, tidak ada negara yang melakukannya termasuk negara-negara Arab yang dulu berbagi wilayah dan sejarah dengan Palestina.

Profesor Hubungan Internasional di Universitas Qatar, Ahmed Jamil Azm, menganalisa alasan diamnya negara-negara Arab terhadap genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.

Profesor Azm mengatakan sisi positif dari Afrika Selatan adalah negara non-Arab yang menggugat Israel.

Baca juga: Meski Israel Hati-hati Masuk Terowongan, Brigade Al-Qassam Lebih Cerdas, Sergap IDF dengan Senapan

"Ini menunjukkan bahwa isu tersebut (agresi di Gaza) bukan sekedar pihak Arab melawan Israel.

Selain itu, Afrika Selatan memiliki keahlian dan pengalaman dalam isu penggunaan hukum internasional," katanya kepada Al Jazeera.

Di sisi lain hal itu menunjukkan negara-negara Arab belum menggunakan semua alat hukum dan diplomasi untuk membela orang-orang Arab di wilayah itu.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (barisan depan ke-4 dari kanan) berfoto bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud (barisan depan ke-3 dari kiri), Wakil Perdana Menteri Yordania dan Menteri Luar Negeri Ayman Safadi (barisan depan ke-3 dari kanan), Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry (barisan depan ke-2 dari kiri), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (barisan depan ke-2 dari kanan), Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki (barisan depan dari kiri), dan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha (barisan depan kanan) sebelum pertemuan para menteri luar negeri dari negara-negara Arab dan mayoritas Muslim di Diaoyutai State Guest House di Beijing pada tanggal 20 November 2023.
Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (barisan depan ke-4 dari kanan) berfoto bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud (barisan depan ke-3 dari kiri), Wakil Perdana Menteri Yordania dan Menteri Luar Negeri Ayman Safadi (barisan depan ke-3 dari kanan), Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry (barisan depan ke-2 dari kiri), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (barisan depan ke-2 dari kanan), Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki (barisan depan dari kiri), dan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha (barisan depan kanan) sebelum pertemuan para menteri luar negeri dari negara-negara Arab dan mayoritas Muslim di Diaoyutai State Guest House di Beijing pada tanggal 20 November 2023. (PEDRO PARDO / AFP)

Tekanan Amerika Serikat

Profesor Azm melanjutkan, Amerika Serikat (AS) di masa lalu memberikan tekanan besar terhadap Palestina dan Arab agar tidak menggunakan hukum internasional.

Ia mengambil contoh ketika Presiden AS saat itu, Barack Obama, memperingatkan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, ketika Palestina mencari keanggotaan permanen di PBB dan masuk dalam perjanjian internasional.

"Tindakan di PBB tidak akan menghasilkan negara Palestina," kata Barack Obama kepada Mahmoud Abbas seperti diberitakan France24 pada 22 September 2011.

Tekanan lainnya juga terjadi ketika AS menarik diri dari UNESCO dan membekukan keanggotaannya sebagai protes karena Palestina diterima sebagai bagian dari UNESCO.

"Dengan demikian, AS juga memberikan perlindungan hukum dan politik kepada Israel dan bukan hanya dukungan militer," kata Profesor Azm.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/2
Tags:
Afrika SelatanArabgenosidaIsraelMahkamah Internasional
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved