Breaking News:

Materi Pelajaran

Apa Saja Contoh Kesalahan Menggunakan Unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa? Simak berikut

Apa saja contoh kesalahan menggunakan unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa? Simak berikut.

Calon Guru (Kanjeng Mariyadi Ngawi) YouTube
Ilustrasi penjelasan tentang unggah ungguh bahasa jawa 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Apa saja contoh kesalahan menggunakan unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa? Simak berikut.

Kita sebagai Masyarakat Jawa sudah semestinya menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku dari nenek moyang kita.

Bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur yang rapi. Akan tetapi, pemakaian bahasa Jawa ternyata menunjukkan bahwa keyakinan itu tidak sepenuhnya benar.

Hal ini tidak mengherankan karena sudah sejak awal abad ke dua puluh, pemakaian kebenaran dan kerapian dalam unggah-ungguh bahasa Jawa tidak lagi pernah dihiraukan oleh Masyarakat.

Adapun kesalahan-kesalahan berbahasa Jawa yang biasanya ditemukan di masyarakat, sebagai berikut: 

Kesalahan ragam ngoko lugu 

Berikut adalah kesalahan penggunaan ragam ngoko lugu:

Ilustrasi percakapan
Kita sebagai Masyarakat Jawa sudah semestinya menggunakan Bahasa Jawa dengan kaidah dan aturan yang berlaku.(Kompas.com/ElizaNavianaDamayanti)

Penggunaan kosakata bahasa Indonesia dalam tuturan ragam ngoko lugu

Di dalam kesalahan ini, terjadi campur kode antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Dengan contoh kalimat “Aja pergi karo temanmu, Dik.”. Disini terjadi campur kode berupa penyisipan kata “pergi” dan “temanmu”. Seharusnya adalah “Aja lunga karo kancamu, Dik.

Penggunaan kosakata bahasa Inggris dalam tuturan ragam ngoko lugu

Di dalam kesalahan ini, terjadi campur kode antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Dengan contoh kalimat “Powere dibanterke maneh, Nas.”. Di sini terjadi campur kode berupa penyisipan kata powere. Seharusnya adalah “Swarane dibanterke maneh, Nas.

Penggunaan afiks krama dalam tuturan ragam ngoko lugu

Afiks yang digunakan dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu adalah afiks ngoko. Jika muncul afiks krama pada tuturan ragam ngoko lugu berarti tidak tepat. Seperti “Mbak, omahipun Dela ana ing ing ngendi?”.

Kosakata omahipun terdiri dari kosakata omah dan akhiran -ipun. Akhiran -ipun adalah akhiran krama. Sedangkan omah adalah ragam ngoko. Kosa kata ngoko digabung dengan akhiran krama menadi tidak tepat. Penulisan yang benar adalah “Mbak, omahe Dela ana ing ngendi?

Kesalahan ragam ngoko alus 

Berikut adalah kesalahan penggunaan ragam ngoko alus:

Tidak menggunakan leksikon krama inggil untuk orang yang dihormati

Dengan contoh “Aja ngono ta, mengko disengeni Mbah Jumirah, lho”. Jika diperhatikan terdapat kesalahan pada kata sengeni yang merupakan leksikon ngoko.

Tuturan tersebut membicarakan Mbah Jumirah yang usianya lebih tua dan seharusnya dihormati. Kalimat yang benar adalah “Aja ngono ta, mengko didukani Mbah Jumirah, lho

Kesalahan ragam krama alus

Berikut adalah kesalahan penggunaan ragam krama alus:

Penggunaan leksikon ngoko dalam tuturan ragam krama alus

Contoh kalimat “Pak Saka mangan sate wonten ing warungipun Cak Toha.”. Leksikon mangan pada konteks ini seharusnya diganti dengan krama inggil menjadi “Pak Saka dhahar sate wonten ing warungipun Cah Toha.” Karena kosa kata tersebut menunjukkan kepada Pak Saka yang seharusnya dihormati karena usia.

Tidak menggunakan leksikon krama inggil untuk orang yang dihormati

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Tags:
Penggunaan kosakatatingkat tuturBahasa JawaUnggah-Ungguh Bahasa Jawa
Berita Terkait
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved