Kunci Jawaban
Kunci Jawaban PPG 2025 Refleksi Modul 1 Topik 2 Pembelajaran Berdiferensiasi: Ekspresikan Pengalaman
Inilah soal dan kunci jawaban PPG 2025 Refleksi Modul 1 Topik 2 Pembelajaran Berdiferensiasi: Ekspresikan Pengalaman
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Kunci Jawaban PPG 2025 Refleksi Modul 1 Topik 2 Pembelajaran Berdiferensiasi: Ekspresikan Pengalaman
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Artikel ini menyajikan kunci jawaban untuk Bapak/Ibu guru peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Kunci jawaban tersebut diperuntukkan bagi Modul 1.2 yang membahas cerita reflektif tentang pembelajaran berdiferensiasi.
Di akhir Modul 1.2, setiap guru akan dihadapkan pada tugas menulis refleksi pembelajaran mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Modul ini dapat diakses melalui platform Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (Ruang GTK).
Melalui Ruang GTK, guru dapat membuka materi lengkap beserta petunjuk penugasan Modul 1.2.
Contoh jawaban pada artikel ini berfungsi sebagai referensi yang membantu guru memahami format dan isi refleksi.
Dengan memakai referensi ini, Bapak/Ibu guru dapat menanggapi pertanyaan serupa secara lebih efektif.
Baca juga: Soal & Kunci Jawaban Latihan Pemahaman Modul 1 Topik2 PPG 2025: Prinsip-Pembelajaran Berdiferensiasi
Soal:
Sebelum mengakhiri sesi pada topik ini, ekspresikan pengalaman yang Bapak/Ibu miliki selama menjadi guru dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berdiferensiasi melalui cerita reflektif.
Ceritakan bagaimana merencanakan pembelajaran berdiferensiasi yang relevan di kelas Bapak/Ibu Guru, sehingga diyakini dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran?
Jawaban Versi Pertama:
Setelah mendalami konsep pembelajaran berdiferensiasi dan pendekatan Understanding by Design (UbD), saya semakin memahami pentingnya menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa yang beragam.
Kolaborasi antara UbD dan diferensiasi membuka peluang untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan dan bermakna.
Meski demikian, saya menyadari bahwa saya masih perlu memperdalam penerapan konsep ini secara konkret di ruang kelas.
Topik ini mendorong saya untuk merenung lebih dalam mengenai bagaimana merancang pembelajaran berdiferensiasi yang efektif guna mencapai tujuan pembelajaran.
Tantangan ini menuntut saya untuk menyusun strategi yang tidak hanya inklusif terhadap kebutuhan semua siswa, tetapi juga mampu memotivasi mereka untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Saya memahami bahwa keberagaman siswa, baik dalam hal kemampuan, minat, maupun gaya belajar, harus menjadi landasan utama dalam perencanaan pembelajaran.
Oleh karena itu, saya mengambil beberapa langkah sistematis:
1.Saya mulai dengan mengumpulkan data tentang siswa melalui observasi, diskusi, serta tes diagnostik awal.
Informasi ini sangat membantu dalam mengenali karakteristik dan kebutuhan masing-masing siswa.
2. Setelah memahami profil siswa, saya merancang strategi diferensiasi pada tiga komponen utama pembelajaran, yaitu konten, proses, dan produk.
Pendekatan ini memungkinkan saya menyesuaikan materi ajar, cara penyampaian, serta bentuk tugas akhir agar sesuai dengan keberagaman siswa.
3. Saya mengintegrasikan berbagai bentuk penilaian formatif, seperti jurnal reflektif, diskusi kelas, dan umpan balik langsung.
Penilaian ini berfungsi sebagai alat monitoring kemajuan siswa sekaligus sarana mereka untuk mengevaluasi proses belajar mereka sendiri.
4. Setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran, saya melakukan refleksi untuk menilai efektivitas strategi diferensiasi yang diterapkan.
Hasil refleksi ini menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian dan perbaikan pembelajaran ke depannya.
Baca juga: Kunci Jawaban Latihan Pemahaman Modul 1 Topik 3 PPG 2025: Merencanakan Pembelajaran Berbasis TaRL
Jawaban Versi Kedua:
Selama menjalani peran sebagai guru, saya semakin menyadari bahwa setiap siswa memiliki latar belakang, kemampuan, dan cara belajar yang unik.
Hal ini mendorong saya untuk mulai menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara lebih serius dalam perencanaan pembelajaran saya, terutama setelah memahami konsep Understanding by Design (UbD) yang menekankan pentingnya tujuan pembelajaran yang jelas.
Pengalaman saya dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari kebutuhan untuk menjawab pertanyaan sederhana namun krusial: Bagaimana saya bisa membuat semua siswa merasa terlibat, dihargai, dan tumbuh sesuai potensinya?
Saya memulai proses ini dengan mengenali karakteristik siswa di kelas.
Melalui observasi sehari-hari, dialog informal, dan asesmen diagnostik awal, saya mengidentifikasi perbedaan gaya belajar, minat, serta tingkat kesiapan belajar mereka.
Bermodal pemahaman tersebut, saya menyusun strategi pembelajaran yang fleksibel.
Konten saya sajikan dalam berbagai bentuk—video, teks, gambar—untuk mengakomodasi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.
Proses belajar juga saya bedakan: ada yang belajar secara mandiri, ada yang berkelompok, dan ada pula yang dibimbing secara langsung.
Produk akhir pun bervariasi—mulai dari presentasi, laporan tertulis, hingga proyek kreatif—sesuai dengan kekuatan dan minat siswa.
Selama proses berlangsung, saya rutin melakukan penilaian formatif untuk melihat sejauh mana strategi ini berjalan efektif.
Siswa saya ajak untuk merefleksikan proses belajarnya, memberikan umpan balik, dan berdiskusi terbuka tentang apa yang membantu atau menghambat mereka.
Di akhir pembelajaran, saya merefleksikan seluruh proses yang telah dilalui.
Saya melihat bahwa dengan diferensiasi, siswa menjadi lebih antusias dan percaya diri dalam belajar.
Meski tentu masih ada tantangan, saya merasa langkah-langkah ini bisa terus saya kembangkan dan sesuaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih inklusif dan efektif.