Breaking News:

PPG 2025

Studi Kasus PPG Kemenag 2025: Ketika Guru TK Tingkatkan LKPD untuk Anak Didiknya di TK Al-Fitrah

Penasaran cara guru PPG 2025 menyelesaikan tantangan di kelas TK? Inilah studi kasus tugas PPG Kemenag 2025 yang membahas LKPD di TK.

|
TribunNewsMaker.com/Imaged by AI
Penasaran cara guru PPG 2025 menyelesaikan tantangan di kelas TK? Inilah studi kasus tugas PPG Kemenag 2025 yang membahas LKPD di TK. 

Penasaran cara guru PPG 2025 menyelesaikan tantangan di kelas TK? Inilah studi kasus tugas PPG Kemenag 2025 yang membahas LKPD di TK.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Artikel ini menyajikan contoh studi kasus tugas PPG Kemenag tahun 2025 yang berfokus pada upaya peningkatan kualitas Lembar Kerja Peserta Didik atau LKPD di TK Al-Fitrah. Studi kasus ini menggambarkan pengalaman riil seorang guru saat menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran di kelas.

Tugas ini menjadi bagian penting dalam PPG 2025 karena menguji kemampuan guru untuk menganalisis, menyelesaikan masalah, dan merefleksikan pembelajaran secara mendalam.

Melalui studi kasus ini, peserta PPG 2025 diharapkan dapat menunjukkan pemahaman mereka terhadap dinamika pembelajaran yang terjadi di lapangan. Tujuannya bukan hanya untuk menjawab soal, tapi untuk menggambarkan cara berpikir kritis, solutif, dan reflektif sebagai pendidik.

Contoh ini bisa dijadikan referensi oleh para guru yang tengah menyiapkan tugas serupa, terutama bagi peserta PPG Guru Tertentu 2025. Dengan memahami studi kasus yang baik, guru bisa menyusun narasi yang kuat, otentik, dan berbobot sesuai pengalaman masing-masing. Studi kasus ini juga mencerminkan pentingnya evaluasi terhadap media ajar seperti LKPD, agar lebih relevan dengan kebutuhan anak usia dini.

Semoga contoh ini bisa membantu guru dalam menyusun studi kasus yang mencerminkan dedikasi dan profesionalisme di dunia pendidikan. Simak selengkapnya dan temukan inspirasi dari praktik nyata pembelajaran di TK Al-Fitrah berikut ini.

Studi Kasus: Meningkatkan Kualitas LKPD di TK Al-Fitrah

1. Masalah yang Pernah Dialami

Di TK Al-Fitrah, para pendidik mengalami kesulitan dalam menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak-anak usia dini. LKPD yang ada pada waktu itu banyak yang terlalu sulit, monoton, dan tidak sesuai dengan kemampuan kognitif anak-anak. Beberapa LKPD yang diberikan lebih berfokus pada tugas-tugas yang bersifat akademis seperti mengenali huruf dan angka, tanpa memperhatikan aspek perkembangan motorik, kreativitas, dan sosial anak.

Hal ini membuat anak-anak merasa bosan dan kesulitan untuk menyelesaikan LKPD. Beberapa anak tidak tertarik karena LKPD yang disediakan tidak cukup menarik atau tidak menantang sesuai dengan tahapan usia mereka. Sebagai contoh, banyak LKPD yang meminta anak-anak untuk menyalin huruf atau angka yang sangat membosankan, tanpa adanya elemen permainan atau aktivitas yang bisa memancing minat mereka.

Guru-guru juga merasa kesulitan dalam menilai perkembangan anak dengan hanya menggunakan LKPD yang terbatas tersebut, karena hanya mengukur aspek akademik dan tidak mencakup perkembangan sikap atau keterampilan sosial mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, kepala sekolah bersama dengan para guru memutuskan untuk merancang LKPD yang lebih sesuai dengan karakteristik anak-anak usia dini. LKPD yang baru dirancang harus memperhatikan perkembangan motorik, kognitif, sosial, dan emosional anak secara menyeluruh.

Sebagai langkah pertama, guru-guru dilatih untuk membuat LKPD berbasis aktivitas bermain yang lebih menarik dan menyenangkan. Misalnya, LKPD yang mengajak anak-anak untuk bermain peran, menggambar, atau bekerja sama dalam kelompok kecil. LKPD juga dilengkapi dengan gambar-gambar ceria dan warna-warna cerah untuk menarik perhatian anak.

Selain itu, guru mulai membuat aktivitas yang berfokus pada pembelajaran sensorik, seperti mengenal tekstur, bentuk, dan warna melalui kegiatan seperti mencoret-coret, meraba benda-benda, atau membangun sesuatu dengan bahan-bahan yang bisa diraba dan dipelajari secara langsung. LKPD juga disusun agar lebih berfokus pada eksplorasi dan eksperimen, misalnya meminta anak untuk menggambar objek yang mereka lihat, atau menebak suara dan bentuk benda.

3. Keberhasilan Solusi

Setelah LKPD yang lebih menyenangkan dan berbasis kegiatan bermain diterapkan, hasilnya sangat positif. Anak-anak tampak lebih antusias mengikuti kegiatan, dan mereka mulai merasa lebih tertarik dan senang ketika menerima LKPD. Mereka tidak lagi merasa bahwa belajar adalah kegiatan yang membosankan, tetapi lebih seperti bermain sambil belajar.

Guru juga melaporkan peningkatan dalam hal interaksi sosial antar siswa. Anak-anak belajar bekerja sama dalam kelompok kecil, berbagi ide, dan saling membantu. Dalam kegiatan menggambar atau membuat sesuatu bersama, mereka juga menunjukkan keterampilan motorik halus yang semakin berkembang.

Selain itu, orang tua merasa puas dengan laporan perkembangan anak mereka, yang tidak hanya mencatat hasil akademik, tetapi juga mencakup perkembangan sosial dan emosional anak. Laporan ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai pertumbuhan anak.

4. Hikmah yang Dapat Diambil

Pengalaman ini mengajarkan bahwa penyusunan LKPD di TK harus memperhatikan aspek perkembangan anak secara holistik, yaitu kognitif, motorik, sosial, dan emosional. Anak-anak usia dini belajar melalui permainan dan eksplorasi, dan LKPD yang dirancang dengan cara yang menyenangkan dan berbasis aktivitas dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar.

Selain itu, penting untuk melibatkan orang tua dalam pemahaman perkembangan anak melalui laporan yang lebih menyeluruh, yang tidak hanya berfokus pada angka atau hasil akademik. Dengan pendekatan yang lebih beragam dan menyeluruh, anak-anak dapat tumbuh dengan lebih baik dalam berbagai aspek perkembangan mereka.

(TribunNewsMaker.com/Muthiara 'Arsy/Sripoku.com/Siti Umnah)

Tags:
PPG 2025PPG Kemenagkelas TKstudi kasus2025PPG Guru TertentuLKPDTK Al-Fitrah
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved