Beda Film Animasi Merah Putih One For All vs Jumbo: Anggaran, Kualitas, Respons Berbanding Terbaik
Inilah beda film animasi Merah Putih One For All vs Jumbo: Anggaran, Kualitas, respons publik berbanding terbaik.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Pertama, anggaran yang mencapai Rp6,7 miliar dianggap tidak sebanding dengan kualitas animasi yang dihasilkan, yang oleh banyak pihak disebut terlalu kaku dan kurang detail.
Kedua, waktu produksi yang sangat singkat, sekitar dua bulan—menimbulkan tanda tanya besar tentang proses kreatif dan kualitas pengerjaan.
Ketiga, muncul dugaan bahwa film ini menggunakan aset visual stok dari situs animasi seperti Reallusion, yang menimbulkan perdebatan soal orisinalitas.
Kritik juga membanjiri trailer resminya di YouTube, yang dalam waktu singkat dipenuhi komentar negatif, candaan, hingga meme yang viral di media sosial.
Alih-alih menjadi simbol persatuan dan kebanggaan bangsa, Merah Putih: One For All justru memicu diskusi panas mengenai transparansi penggunaan anggaran dan etika dalam industri animasi nasional.
Bagi sebagian orang, ini menjadi pelajaran penting bahwa pesan mulia saja tidak cukup jika tidak diiringi kualitas teknis yang memadai.
Namun bagi yang lain, film ini tetap diapresiasi karena niatnya untuk memperkuat rasa cinta tanah air di kalangan generasi muda.
Film Jumbo
Film Jumbo (2025) adalah film animasi fantasi petualangan asal Indonesia yang meraih kesuksesan luar biasa dan menjadi fenomena nasional.
Disutradarai oleh Ryan Adriandhy dalam debut penyutradaraannya, film ini diproduksi oleh Visinema Studios dan dirilis pada 31 Maret 2025.
Sinopsis Cerita
Film ini mengisahkan:
Don, anak yatim piatu berusia 10 tahun yang bertubuh besar dan sering diejek dengan sebutan “Jumbo”.
Ia memiliki buku dongeng warisan orang tuanya yang menjadi sumber inspirasi dan pelarian dari dunia yang tidak ramah.

Baca juga: Sosok Penyandang Dana Film Merah Putih One For All Garapan Toto Soegriwo yang Tuai Banyak Cibiran
Don ingin membuktikan dirinya dengan mengikuti pertunjukan bakat, menampilkan sandiwara panggung berdasarkan buku dongeng tersebut.
Namun, buku itu dicuri oleh seorang perundung bernama Atta.