Berita Viral
Kehidupan Pilu Raya, Balita Sukabumi yang Meninggal Karena Cacingan Akut, Makan dari Pemberian Orang
Sedihnya kehidupan pilu Raya, balita asal Sukabumi yang meninggal karena cacingan akut, sehari-hari makan dari pemberian orang lain
Editor: Talitha Desena
"Emang kondisi ibunya Raya emang enggak beres gitu. Ayahnya juga begitu," ungkap Endah.
Belakangan diketahui, ibu Raya adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), sedangkan ayahnya mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC.
Dedi Mulyadi Beri Teguran
Pada Selasa (19/8/2025), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melayangkan teguran terhadap Asep Japar.
Ia menilai, Asep abai terhadap warganya, hingga terjadi kasus seperti Raya.
"Bupati (Sukabumi) kita tegur, kita tegur keras. Ini tidak boleh lagi seperti itu," tegas Dedi, Rabu, masih dari TribunJabar.id.
Dedi menyebut Sukabumi saat ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah, termasuk infrastruktur dan ribuan rumah yang terdampak gempa belum direhabilitasi.
Atas hal itu, Dedi menekankan kepada Asep dan jajarannya untuk tidak santai-santai dalam bekerja.
"Sukabumi itu kan problemnya banyak, infrastrukturnya buruk, kemudian sembilan ribu rumah yang terkena gempa belum terehabilitasi."
"Ini diperlukan kecekatan Bupati untuk kerja keras, tidak bisa landai lagi," urai dia.
Terkait kondisi keluarga Raya, Dedi mengatakan orang tua bocah tersebut sudah dievakuasi.
Ayah dan ibu Raya sedang berada di RSUD Welas Asih untuk menjalani perawatan.

Kronologi Meninggalnya Raya
Diketahui, kisah Raya menjadi viral setelah diunggah oleh akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin pada Kamis (14/8/2025).
Rumah Teduh Sahabat Iin mengungkapkan pihaknya mengevakuasi Raya dari rumahnya di Desa Cianaga pada 13 Juli 2025, dalam keadaan tak sadarkan diri, untuk dibawa ke rumah sakit.
Saat menjalani pemeriksaan lebih lanjut, terungkap Raya mengidap penyakit cacingan ekstrem.
Berdasarkan hasil rontgen, ditemukan ratusan cacing di dalam tubuh Raya. Parahnya, cacing-cacing itu hidup dan bermukim sampai ke otak Raya.
Karena kondisi keluarga Raya yang tak mampu dan orang tuanya mengalami gangguan mental, pengobatan bocah malang itu terkendala masalah administrasi.
Raya diketahui tidak memiliki Kartu Keluarga (KK), sehingga ia tak mempunyai Kartu Indonesia Sehat (KIS) maupun ikut program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Meski pihak Rumah Teduh Sahabat Iin mencoba mengurus ke Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, hasilnya nihil.
Raya sama sekali tidak mendapat kemudahan untuk mengurus proses administrasi demi pengobatannya, padahal sedang dalam kondisi kritis.
Hasilnya, pengobatan Raya ditanggung secara mandiri oleh Rumah Teduh Sahabat Iin dengan mengandalkan donatur.
Sembilan hari berjuang melawan penyakitnya di Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Raya dinyatakan meninggal pada 22 Juli 2025.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, mengungkapkan kedua orang tua Raya diduga mengalami keterbelakangan mental.
Ibu Raya disebut mengalami gangguan jiwa, sedangkan sang ayah mengidap penyakit paru-paru Tuberkulosis (TBC).
"Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya," kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekarwangi Cibadak, Selasa (19/8/2025), dikutip dari Kompas.com.
Karena kondisi orang tua yang memprihatinkan, Raya sering diasuh oleh nenek atau sanak saudaranya.
Sejak kecil, Raya dibiarkan bermain di bawah kolong rumahnya bersama ayam-ayam.
Kebiasaan itu yang diduga kuat membuat Raya mengidap cacingan ekstrem.
Ketika mendengar berita kematian Raya, Dedi Mulyadi mengaku langsung menghubungi dokter yang menangani balita tersebut.
Menurut keterangan dokter, Raya memang mengidap penyakit cacingan hingga membuat bocah malang itu meninggal dunia.
"Saya barusan sudah telepon dokter yang menanganinya. Berdasarkan keterangan dari dokter, bahwa anak itu memiliki penyakit kalau dalam bahasa kampungnya, cacingan," ungkap Dedi, Selasa.
"Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ. Dia (Raya) sering dirawat oleh neneknya. Dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru, TBC."
"Sejak balita, (Raya) terbiasa (bermain) di kolong rumah, bersatu dengan ayam dan kotoran. Sehingga dimungkinkan dia sering tangannya tidak pernah dicuci, kemudian mulutnya kemasukan cacing, sehingga menimbulkan cacingan yang akut," jelas Dedi.
(Tribunnewsmaker.com/Tribunnews.com/Chrysnha, Pravitri Retno W)(TribunJabar.id/Dian Herdiansyah/Nazmi Abdurrahman, Kompas.com/Riki Achmad)
Sumber: Tribunnews.com
Sosok Prengki, Ayah Balita Muntahkan Cacing dari Mulut & Hidung di Seluma, Tinggal di Rumah Reyot |
![]() |
---|
Yuda Diduga Jadi Kerangka di Dalam Pohon Aren, Kakak Curhat di Medsos: Ku Harap Adikku Masih Sehat |
![]() |
---|
Diduga Sosok Kerangka Manusia dalam Pohon Aren, Yuda Kerap Curhat Sebelum Hilang, Bahas soal Trauma |
![]() |
---|
Sosok Rio, Kepala Dusun yang Tersandung Narkoba di Belitung: Dari Pelindung Desa Jadi Kurir Sabu |
![]() |
---|
Sosok Irjen Amur Chandra, Dulu Polisi Lalu Lintas Kini Jadi Kadivhubinter, Gantikan Krishna Murti |
![]() |
---|