Habibie mengenang kisah percakapan melalui telepon yang semua katanya masih dia ingat.
"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni."
"Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail."
"Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.
Habibie menyatakan, dirinya adalah seorang manusia, sehingga dia berharap, tidak diperlakukan seperti itu oleh Soeharto, yang memutus hubungan.
Justru, kata Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara Habibie dan Soeharto.
Habibie bertanya, mengapa demikian? "Merugikan kita," kata Soeharto tegas.
Menurut penafsiran Habibie, merugikan kita itu bukan merugikan Soeharto dan Habibie secara pribadi.
"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.
Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.
"Ruginya karena diadu domba, dia kan orang yang sangat bijaksana dan tahu lapangan, lebih tahu dari Habibie," ungkap Habibie.
Seoharto Menolak Dijenguk Meski Sakit
Kemudian salah satu langkah yang dilakukan Habibie selaku presiden yakni mengusut Soeharto terkait tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam pemerintahannya terdahulu.
Suatu kali Soeharto dimintai keterangan oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta setelah sejumlah saksi diperiksa, namun dirinya kemudian terkena serangan stroke dan dirawat di RS Pertamina.
Dalam sakitnya itu, Habibie ingin menjenguk, namun tidak diperbolehkan oleh Tim Dokter Kepresidenan.