Ngaku Tak Percaya Keadilan, Sudjiwo Tedjo Singgung Hinaan Terhadap Anies Baswedan, Bantah Membela

Penulis: ninda iswara
Editor: Talitha Desena
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ngaku Tak Percaya Keadilan, Sudjiwo Tedjo Singgung Hinaan Terhadap Anies Baswedan, Bantah Membela

Menurut Sudjiwo Tedjo, Indonesia harusnya segera menyusul Korea Selatan.

Sudjiwo Tedjo pun menyinggung soal film yang sempat ditangani oleh Erick Thohir.

Film Gundala yang ditangani oleh Erick Thohir ini merupakan karya yang bagus menurut Sudjiwo Tedjo.

Sudjiwo Tedjo (Instagram @president_jancukers)

"Nah sekarang di Indonesia ada film namanya Gundala yang ditangani Pak Erick dan kawan-kawan," lanjutnya.

Namun sayang, menurut Sudjiwo Tedjo, film Gundala tak jadi mencapai prestasi yang lebih baik lantaran tak ada campur tangan Erick Thohir.

"Begitu beliau jadi menteri keteteran, jadi bagaimana meraih kebanggaan Indonesia lagi," ujar Sudjiwo Tedjo.

Tak hanya itu, Sudjiwo Tedjo juga menyarankan agar Erick Thohir berhenti jadi menteri.

Menurut Sudjiwo Tedjo, Erick Thohir lebih baik menangani masalah perfilman di Indonesia.

"Saya kira berhenti jadi Menteri ngurus film," kata Sudjiwo Tedjo.

Mendengar statement dari Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas yang membawakan program tersebut mengatakan akan segera menampung usulan itu.

"Usul dicatat, sekretaris," ujar Karni Ilyas menanggapi.

Erick Thohir yang juga menghadiri program tersebut pun hanya tertawa mendapat kritik dari Sudjiwo Tedjo.

Erick Thohir tertawa saat dikritik Sudjiwo Tedjo di acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (11/2/2020). (Live Streaming Tv One via Usee TV)

Selain itu, dalam kesempatan tersebut Sudjiwo Tedjo juga berbicara mengenai keadilan di Indonesia.

Lagi-lagi Erick Thohir ikut terseret dalam opini yang disampaikan oleh Sudjiwo Tedjo.

Budayawan berusia 57 tahun ini menyoroti perbedaan nilai yang sangat jauh antara arloji atau jam tangan yang ia kenakan dengan milik Erick Thohir.

Melalui perbandingan tersebut, Sudjiwo Tedjo menyimpulkan kalau akan sulit meraih keadilan di Indonesia.

Keadilan di Indonesia akan sulit diraih jika masih ada perbedaan yang sangat jauh antar warganya, menurut Sudjiwo Tedjo.

Sudjiwo Tedjo awalnya memuji keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia.

Kendati demikian, ia menyayangkan generasi muda Indonesia yang begitu berprestasi ini tak ditemukan adanya unsur untuk mengikat mereka meraih tujuan yang sama.

"Kesatuan ini yang enggak ada," katanya.

Sudjiwo Tedjo menyinggung soal pemersatu bangsa di era Soekarno yang berasal dari kesamaan penderitaan dan nasib yang dialami oleh seluruh warga Indonesia.

"Melalui hal tersebut warga Indonesia dapat menjalin kesatuan dan bersatu bersama.

"Dulu iya, itu ada disimpulkan di belakang, Bapak saya dan Bapak-bapaknya Pak Karni, makannya ulat, karung goni semua, ada persamaan nasib," ujar Sudjiwo Tedjo.

Namun hal tersebut kini tak lagi bisa dirasakan.

Sudjiwo Tedjo pun mencontohkan perbedaan tersebut dengan membandingkan nilai arloji miliknya dengan jam tangan yang dipakai Erick Thohir.

"Arloji saya sama arlojinya Pak Thohir jauh banget. Gimana mau persamaan nasib?," lanjut Sudjiwo Tedjo.

Lagi-lagi Erick Thohir hanya tertawa mendengar kata-kata Sudjiwo Tedjo.

"Maka saya usul bangsa harus diikat di depan, apa? Tujuan," jelasnya.

Untuk meraih keadilan tersebut, Sudjiwo Tedjo tak keberatan apabila menghadirkan seorang pemimpin tirani atau diktator yang mengontrol penuh warganya.

"Nah tujuan itu memerlukan tirani kalau perlu, saya setuju, asal percaya," paparnya.

Sudjiwo Tedjo kemudian mencontohkan beberapa pemimpin tirani yang berhasil memajukan bangsanya.

Pemimpin-pemimpin tersebut di antaranya adalah Deng Xiao Ping, dan Park Chung Hee. (TribunNewsmaker.com/Ninda)