"Kemudian dilakukan telusur kontak, teman-teman (pasien) yang positif itu juga diperiksa, yang positif kemudian diisolasi atau dikarantina," kata Zubairi.
"Dengan cara itu, penularan akan sangat berkurang dan berhenti," tambahnya.
Sementara itu, mengenai fokus menyembuhkan penyakit sesuai dengan penyakit yang diderita, menurut Zubairi ada benarnya.
Namun, menolak untuk dites adalah hal yang keliru.
"Tentu fokus pada penyakitnya ketika kita sakit itu benar tapi tidak tes itu keliru," tegasnya.
Zubairi menyebutkan, pasien yang diminta untuk melakukan tes Covid-19 harus bersedia mengikutinya.
Menurut Zubairi, dalam situasi wabah seperti saat ini, Indonesia harus belajar dari negara-negara lain.
Zubairi menyebutkan, negara-negara yang melakukan tes Covid-19 secara masif terbukti dapat menyelesaikan pandemi ini dengan cepat.
"Jadi menjawabnya adalah jika belajar dari negara lain maka negara-negara yang amat cepat mengerjakan tes sebanyak mungkin itu berhasil mengatasi masalah covid-19 ini dengan cepat," kata Zubairi.
"Contohnya adalah Korea Selatan, contohnya juga di China, contohnya juga di Jerman," tambahnya.
Zubairi menambahkan, meskipun Jerman memiliki angka kasus positif yang terbilang sangat tinggi, namun negara tersebut memiliki angka kematian yang lebih rendah dari negara-negara sekitarnya.
"Dibandingkan dengan Belanda, Inggris, Spanyol, Itali, maka kematian di Jerman itu amat rendah," terangnya.
Sementara itu, Zubair juga menanggapi pernyataan Jerinx yang menyebutkan semakin banyak pihak yang melakukan tes Covid-19 maka dianggap semakin memuluskan Bill Gates memonopoli dunia.
Seperti yang diketahui, Jerinx juga sempat menyinggung pandemi Covid-19 ini sebagai konspirasi global.
"Ya menurut saya sekarang yang ilmiah saja," kata Zubairi.
"Kalau konspirasi global itu kan konspirasinya siapa?"
"Kalau konspirasinya China, kenyataannya China yang kena banyak, yang meninggal banyak."
"Kalau yang bikin orang Amerika, Amerika sekarang paling banyak terinfeksi lebih dari 1 juta, yang meninggal juga tadi banyak sekali, jadi tidak sesuai dengan konspirasi global," tambahnya.
Lebih lanjut, Zubairi mengimbau agar masyarakat lebih berfokus pada bagaimana mengatasi Covid-19 di Indonesia.
"Misalnya konspirasi oleh Amerika, ya saat ini jumlah di Amerika itu sudah sejuta lebih dengan angka kematian 69 ribu lebih, kalau konspirasinya oleh China, China itu jumlah pasiennya 82 ribu lebih, yang meninggal 4.633," kata Zubairi.
"Jadi menurut saya, tidak sesuai dengan teori konspirasi, namun sekali lagi yang lebih penting kita fokus saja ke Indonesia," sambungnya.
Menurut Zubairi, untuk mengatasi Covid-19 di Indonesia, saat ini yang perlu dilakukan adalah mengisolasi pasien positif, mengobati pasien positif Covid-19 yang sakit, dan disiplin untuk tinggal di rumah serta tidak berpergian.
Zubairi mengaku mengkhawatirkan situasi di Jakarta yang saat ini mulai tampak ramai.
"Saya terus terang agak khawatir sekarang ini, seminggu terakhir ini jalan-jalan di Jakarta makin penuh mobil kendaraan," kata Zubairi.
"Itu tanda-tanda buruk untuk keberhasilan program penanggulangan Covid," sambungnya. (TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jerinx SID Anggap Covid-19 Konspirasi: Swab Test dan Rapid Test itu Hasilnya Tidak Valid.
BACA JUGA : di Tribunnews.com dengan judul Jerinx SID Klaim Punya Data Soal Konspirasi Covid-19, Sebut Hasil Swab Test & Rapid Test Tak Valid.