Menurut dia, buruknya pendataan penerima bansos membuat ketua RT sebagai penyalur bansos menjadi pusing.
Bahkan ketua RT sering menjadi sasaran protes warga.
Terlebih ada warga yang cemburu karena belum mendapat bansos, hingga menganggap pengurus wilayah tidak adil.
"Jadi kadang-kadang saya sedih, kerja sudah capek, tapi disalahkan.
Makanya saya kepancing emosi, karena sudah terjadi beberapa kali. Padahal niat kita agar bansos merata, tapi malah jadi sasaran caci maki," ujar AS.
Ketua RT mengaku khilaf
Musyawarah berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak termasuk kepolisian.
Alhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dan mediasi itu.
Dari pengakuannya, ketua RT AS mengaku khilaf saat menampar nenek Arni.
• Dikritik Soal Bansos DKI, Anies Baswedan Akui Penyalurannya Memang Tak Sempurna, Ini Penyebabnya
"Intinya pelaku (ketua RT) langsung meminta maaf dan mengakui kesalahannya dengan alasan khilaf dan memang benar ditampar.
Kemarin-kemarin sih ada memar bekas tamparan tapi kalau sekarang mungkin udah hilang karena udah beberapa hari," imbuh Naih.
Naih menuturkan, seharusnya sebagai ketua RT, bisa lebih bijak menyikapi pertanyaan masyarakat mengenai bantuan sosial.
Apalagi saat menghadapi masyarakat yang sudah lansia dan tidak mengerti tentang bansos.
"Kalau saya sebagai anaknya bisa menerima aja ya akhirnya dengan bijak saya juga tidak menuntut banyak.
Intinya kalau masyarakat menanyakan ya seharusnya pemimpin (ketua Rt) jangan main tangan," tegas Naih.