Makanya saya refleks bela diri dan kebetulan kena muka dia (Nenek Arni)," aku AS dilansir dari Kompas.
AS menilai terjadi salah paham tentang penyaluran bansos dari Bupati Bogor berupa beras 30 kilogram per tiga bulan.
Menurut AS, berdasarkan data, penerima bansos tertulis atas nama Nirlana yang tak lain adalah menantu Nenek Arni.
Meski demikian, Nirlana sudah bercerai dengan istrinya.
Hingga kemudian disepakati penerima bansos dilimpahkan kepada Nenek Arni sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras.
Namun, lanjut AS, Nenek Arni tetap memaksa bahwa dirinya harus menerima dua karung beras.
Nenek Arni kemudian menanyakan perihal bansos itu.
Saat itu, dijelaskan penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
"Tapi dia ngotot dan saya sebetulnya juga bukan RT-nya Nenek Arni. Makanya saya juga bingung, kenapa marah-marah soal uang ke saya," imbuh AS.
Kepada Nenek Arni, AS juga memastikan bahwa bansos yang bersumber dari Pemkab Bogor berupa beras itu tidak pernah ada pemotongan jatah.
Pasalnya, keluarga mantan menantu Nenek Arni sudah ikhlas untuk memberikan 15 kilogram beras kepada sang Nenek.
Sementara, sisa 15 kilogram lagi diberikan kepada tetangga yang lain.
• Ketika Pembagian Bansos Semrawut, Diduga Pakai Data 2011, Warga Sudah Meninggal Masih Dapat
"Kata Nirlana, ini kasih saja ke mantan mertua dan ke tetangganya.
Jadi sedikit pun saya enggak ngambil dan saya salurkan semua, karena sudah ada kesepakatan dan beras turun 2 karung kecil, jadi total 30 kilogram," kata AS.
AS juga menyayangkan sikap pemerintah daerah yang terkesan abai dalam menyelesaikan pendataan bansos.