"Kami sudah mempersiapkan fasilitas produksinya di Bio Farma, dengan kapasitas produksi maksimal 250 juta dosis”, ujar Honesti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (21/7/2020).
Honesti menambahkan, Sinovac dipilih sebagai mitra karena metode pembuatan vaksin yang digunakan Sinovac, sama dengan kompetensi yang dimiliki Bio Farma.
Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) turut mendampingi proses uji klinis vaksin Covid-19 yang didatangkan dari China.
BPOM ingin terlibat sejak awal agar vaksin ini bisa segera mendapat izin edar.
"Kami akan dampingi proses uji klinis ini sehingga nanti ada percepatan dalam pemberian izinnya, izin edarnya," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam jumpa pers dari Istana Kepresidenan, yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (21/7/2020).
• Klarifikasi Anji Soal Komentarnya terhadap Foto Jenazah Pasien Covid-19: Ini Perbedaan Sudut Pandang
Proses uji klinis dilakukan oleh BUMN PT Bio Farma, Balitbang Kementerian Kesehatan, serta bekerjasama dengan Universitas Padjajaran.
Vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan asal China, Sinovac, itu akan disuntikkan ke 1.620 relawan di kota Bandung.
"Tentu saja Badan POM menjamin protokol dari uji klinis ini valid," kata Penny.
Proses uji klinis diperkirakan selesai pada Januari 2021.
Setelah uji klinis selesai, maka vaksin akan diproduksi massal oleh PT Bio Farma.
"Secara paralel proses produksi yang akan dilakukan oleh Bio Farma akan kami dampingi dikaitkan dengan fasilitasnya."
"Sehingga memang nanti pada saat uji klinis selesai, kami memberikan izin edar, segera bisa kita edarkan," kata Penny. (TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahap Awal, Bio Farma Akan Produksi 40 Juta Vaksin Covid-19".
BACA JUGA : di Tribunnews.com dengan judul Seusai Lakukan Uji Klinis Tahap 3, Bio Farma Akan Produksi Massal Vaksin Corona di Awal Tahun 2021.