Warung Soto di Yogyakarta Jadi Klaster Baru Setelah Penjual Positif Covid-19, Tracing Sulit Dipantau

Editor: Talitha Desena
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan uji cepat (rapid test) massal Covid-19 dengan skema drive thru di GOR Pajajaran, Bogor, Sabtu (4/4/2020). Sebanyak 128 orang dalam pemantauan (ODP) mengikuti rapid test ini dari target 284 orang.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Heroe mengatakan, bagi para pelanggan warung tersebut diharap memeriksakan kesehatannya dan melakukan isolasi mandiri.

Hal itu dilakukan agar mengantisipasi merebaknya virus corona.

"Kepada para pembeli soto Lamongan pada bulan Agustus untuk segera periksa di layanan kesehatan terdekat, agar blocking kasus bisa dilakukan dan tidak menyebar.

Melakukan isolasi mandiri. Selalu pakai masker, tetap berada di rumah, dan tidak keluar dari rumah, serta membatasi sentuhan barang," paparnya.

Sulit terpantau 

Sementara itu, Heroe memastikan, lokasi warung soto lamongan berada di luar XT Square, tepatnya di pinggir jalan.

Hal itu membuat petugas kesulitan untuk memantau paparan dari virus tersebut. 

Seperti diketahui, kasus terpaparnya penjual soto Lamongan tersebut menjadi klaster baru di Kota Yogyakarta. 

Indonesia Masuk Fase Kritis Awal Covid-19?

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman pun mengingatkan agar Indonesia terus melakukan penguatan kuantitas dan kualitas testing virus corona.

Sebab, menurut dia, Indonesia saat ini telah memasuki fase awal kritis akibat Covid-19.

"Indonesia ini sudah memasuki fase kritis awal yang diperkirakan mengalami puncak di awal Oktober 2020, khususnya Jawa. Ini bisa berlangsung lama, bisa sampai akhir tahun," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (26/8/2020).

• Vaksin Covid-19 Bagi Peserta BPJS Kesehatan Gratis & Berbayar, Simak Penjelasan Lengkap Erick Thohir

Dicky menyebutkan, ada beberapa indikator yang mendasari bahwa Indonesia kini sudah memasuki fase kritis pandemi virus corona.

Pertama, jumlah kasus baru harian yang semakin tinggi.

Hingga saat ini, menurut Dicky, hanya DKI Jakarta yang bisa dinilai secara valid karena memiliki cakupan tes memadai dan memenuhi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu satu tes per seribu per minggu.

"Untuk melihat secara valid berapa kasus baru harian, tentu harus diakukan dengan testing yang optimal, baik kuantitas maupun kualitas," jelas dia.

Halaman
1234