Pengakuan Mahasiswa UGM yang Ikut Demo, Diduga Dipukuli Aparat & Ponsel Disita, Polisi Buka Suara

Editor: ninda iswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kericuhan terjadi saat demonstrasi menolak UU Cipta Kerja di kawasan Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/10/2020).(KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

Kemudian ARN bergabung bersama barisan demonstran di baris depan.

Namun setibanya di depan Gedung DPRD, kericuhan terjadi. Keributan itu disebabkan karena aparat terprovokasi oleh demonstran.

“Empat personel diganggu massa, saya yakin anak SMA atau SMK. Satu personel terprovokasi, kebetulan posisi saya pas di belakang personel itu. Mulai bentrok dan ricuh, saya ikut mundur bersama polisi, saya masuk ke aula DPRD,” kata ARN.

Ponsel sempat disita, dipukuli 

Namun ketika berlindung, ARN didatangi salah seorang aparat yang juga mulai menginterogasinya.

Aparat juga menyita ponsel milik ARN dan membawanya bersama demonstran lainnya.

Ia rupanya dibawa ke lantai atas Gedung DPRD untuk diinterogasi. 

ARN diminta mengaku sebagai provokator usai polisi melihat percakapan dari ponselnya.

"Mereka anggap chat saya dengan mahasiswi ini untuk provokasi demo Gedung DPRD jadi ricuh,” kata ARN.

Saat itulah ARN mengaku mengalami tindak kekerasan.

"Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul sampai gagang kacamata saya patah," tutur ARN.

Baca juga: Chat Viral Pria Minta Restu Ikut Demo UU Cipta Kerja, Ibu Malah Dukung dan Titip Salam untuk DPR

Baca juga: BEDA Sikap Anies & Risma saat Pendemo Rusak Fasilitas Umum, Wali Kota Surabaya: Tega Sekali Kamu

Dirawat di rumah sakit 

Setelah kejadian tersebut, ARN mengaku mengalami sesak napas akibat tendangan.

Wajahnya juga lebam karena terkena pukulan.

Ia harus dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta.

Halaman
123