TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kapolri sebut pintu Gate Kanjuruhan terhambat dengan besi saat kericuhan terjadi.
Suasana kepanikan di Stadion Kanjuruhan mengakibatkan jatuhnya ratusan korban meninggal dunia karena berdesakan.
Kapolri menyebut ada besi yang menghabat pintu Gate Stadion Kanjuruhan padahal hal itu sangat vital sekali keberadaannya.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membeberkan hasil investigasi terkait tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Di antaranya, hasil investigasi terkait pintu gate di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, yang jadi titik banyaknya korban berjatuhan.
Sigit mengatakan ada sejumlah kendala yang menyebabkan para supporter terhambat keluar dari Stadion Kanjuruhan.
Ia mengatakan, saat insiden terjadi, pintu yang seharusnya dibuka justru tak dijaga oleh petugas.
"Penonton yang kemudian berusaha untuk keluar, khususnya di pintu 3, 11, 12, 13, 14 sedikit mengalami kendala karena ada aturan."
"Di tribun ataupun di stadion ini ada 14 pintu seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir maka seluruh pintu tersebut seharusnya dibuka, namun saat itu tidak semua pintu dibuka, hanya dibuka berukuran kurang lebih 1,5 meter."
Baca juga: LOLOS dari Tragedi Kanjuruhan, Kondisi Nur Pilu, Usia Baru 19 Tahun, Wajah Melepuh Kena Gas Air Mata
"Dan para penjaga pintu atau steward tidak berada di tempat untuk membuka pintu," kata Sigit, konferensi pers, Kamis (6/10/2022) yang ditayangkan KompasTv.
Lanjut Sigit menurutkan, ada besi melintang di pintu keluar stadion.
Besi itu menyebabkan suporter terhambat untuk keluar, sehingga mengakibatkan penonton berdesakan selama 20 menit.
"Kemudian terdapat besi melintang setinggi kurang lebih 5 cm yang dapat mengakibatkan penonton atau suporter menjadi terhambat pada saat harus melewati pintu tersebut. Apalagi kalau pintu tersebut dilewati oleh jumlah penonton dalam jumlah banyak."
"Sehingga kemudian terjadi desak-desakan yang menyebabkan kemudian terjadi sumbatan di pintu-pintu tersebut hampir 20 menit," kata Sigit.
Situasi panik dan berdesak-desakan selama 20 menit itulah, kata Sigit, yang membuat korban banyak yang berjatuhan.