Sehingga hal itu disebutnya berpotensi mengganggu jalannya pelajaran di sekolah.
"Karena sudah terlalu berlebihan dalam ber-makeup. Bahkan guru-guru sendiri kalah."
Baca juga: UPDATE Guru Tega Botaki 19 Siswi SMP Gegara Tak Pakai Ciput, Kepala Sekolah: Tidak Boleh Ngajar Lagi
"Ada beberapa guru yang makeup sekadarnya, tapi kalau yang ini (siswi) over, begitu," kata Larasati ketika ditemui di SMAN 1 Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu (13/9/2023).
Larasati menambahkan, saat ini jumlah siswi yang riasan wajahnya berlebihan di sekolahannya sudah berkurang.
Meskipun demikian, pihak sekolahan sempat mendapat protes dari para murid karena anjuran dan peraturan tersebut.
"Alasannya karena pemeliharaan wajah. Ya boleh, kita kan menjaga penampilan, tapi kan tidak harus berlebih," imbuh Larasati.
Sementara itu Koordinator Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan (STP2K) SMAN 1 Bergas, Cipta Andy S mengungkapkan terkait fenomena maraknya pelajar pakai makeup di sekolah.
Ia mengatakan, hal itu didasari masa pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 lalu.
Menurut dia, terjadi perubahan karakter peserta didik saat menjalani pendidikan di rumah.
Lantas hal itu terbawa pada aktivitas belajar di sekolah saat pasca pandemi Covid-19.
Baca juga: MIRIS! Guru Cukur Rambut 8 Siswa Setengah Botak, Diduga Murka Liat Pelajar Gondrong, Nasib Disorot
"Habis dari Covid perubahannya luar biasa, dari SMP kemudian langsung masuk SMA."
"Setelah pemerintah memperbolehkan masyarakat tidak mengenakan masker, ternyata sebagian siswi yang masih mengenakan masker itu yang ber-makeup tebal," jelas dia.
Andy menegaskan, razia tersebut merupakan bagian dari standarisasi pendidikan.
Hal-hal yang tidak perlu dan tidak menyangkut pelajaran akan dilarang.
Kosmetik yang masih diperbolehkan, lanjut dia, yaitu parfum atau minyak wangi.