Dokter Vogel menjelaskan, setiap ular memiliki dua hemipenis dan tarusan reptil memiliki hemipenis bercabang.
"Saya tidak tahu apakah ada manfaatnya (alat kelamin bercabang),
mungkin lebih baik ditempatkan di phon dan semak tapi belum pasti apakah ada alasannya," kata Dokter Vogel.
Pada umumnya, pit viper Uetz memiliki warna hijau cerah.
Namun spesies baru ini diidentifikasi menggunakan spesimen yang diawetkan, yang dikumpulkan dari tahun 1998 hingga 2009.
Oleh karena itu, cara memangsanya lebih baik daripada ular-ular warna hijau lainnya.
"Ia diam di semak-semak, menunggu reptil, katak, tikus, atau burung," lanjut Dokter Vogel.
"Spesies baru ini dideskripsikan baru-baru ini,
jadi tentu saja belum ada data yang tersedia,
tapi memang itu perilaku khas spesies hijau dari genus ini," pungkasnya.
Sebuah studi tahun 2021 menemukan beberapa kasus yang didalangi oleh gigitan Trimeresurus di Myanmar.
Kebanyakan pasien mengalami pembengkakan dan masalah pembekuan darah.
Baca juga: 15 TAHUN Terbengkalai, Rumah Kosong di Jaktim Jadi Sarang Ular Sanca, 12 Ekor Ditemukan: Warga Takut
Dari 355 kasus, 21 orang di antaranya menderita gagal ginjal.
Spesies baru ini diberi nama ilmiah Trimeresurus Uetzi.
Uetzi diambil dari nama Peter Uetz, seorang ilmuwan di Virginia Commonwealth University, yang menciptakan Reptile Database.
Gernot Vogel, Tan Van Nguyen dan rekan penulisnya Patrick David mempublikasikan penelitian mereka di jurnal Zootaxa.
(Tribunnewsmaker.com/Eri Ariyanto)