"Anaknya ini juga takut mau menjenguk orang tuanya.
Pak Ro marah karena berpikir istrinya mau dibawa anaknya itu," jelas Parni.
Ro bekerja sebagai pemulung.
Ro dan istrinya tinggal di rumah semi permanen berukuran 3 X 4 meter.
Sebelum meninggal, sang istri sempat ribut dengan Ro.
"Sempat terdengar pintunya yang terbuat dari seng itu dibanting," kata Parni.
Ternyata sang isri meninggal di rumah tersebut pada sore harinya.
"Saat istrinya meninggal, Ro cerita kepada tetangganya kalau istrinya sudah tidak cinta kepada dirinya.
Soalnya ditanya sudah tidak mau jawab," jelas Parni.
Kemudian tetangga minta izin kepada Ro untuk melihat kondisi sang istri.
Ternyata sang istri sudah meninggal.
"Saat diberi tahu kalau istrinya sudah tidak ada, Ro tidak percaya.
Menurut dia, istrinya hanya sedang marah kepada dirinya," lanjutnya.
Para tetangga pelan-pelan memberi pengertian kepada Ro.
Akhirnya Ro menerima dan tidak melawan.
"Awalnya, saat mau dimandikan, tidak boleh.
Lama-lama dia cuma diam saja, melihat," jelas Parni.
Saat pemakaman, Ro tidak ikut ke kuburan.
Ro hanya berdiam diri di dalam rumah.
Meninggalnya sang istri ini lah yang memicu gangguan kejiwaan Ro menjadi kambuh.
Ro pun sering berhalusinasi bahwa istrinya masih hidup.
Diolah dari berita tayang di Kompas.com