Mesir memperingatkan Israel akan adanya konsekuensi mengerikan bila Netanyahu tetap melanjutkan invasinya ke Rafah.
Dikutip dari The Jerusalem Post, mereka juga menyerukan komunitas internasional untuk bersatu mencegah serangan IDF terhadap Rafah.
Mesir bersikeras warga Palestina tidak diperbolehkan untuk melarikan diri melintasi perbatasannya dan memperingatkan terhadap pemindahan paksa penduduk.
Dalam beberapa hari terakhir, para pejabat Mesir yang tidak disebutkan namanya juga telah memperingatkan perjanjian perdamaian Israel dengan Mesir pada 1979 bisa berada dalam bahaya.
Dorongan Israel untuk melakukan operasi Rafah terjadi karena mereka berada di bawah tekanan internasional yang besar untuk menghentikan perang dan di tengah meningkatnya ketegangan dengan pemerintahan Biden.
Dalam wawancara dengan Radio Israel, Menteri Pertanian Israel, Avi Dichter (Likud), mengatakan Kairo tidak punya hak suara atas apa yang terjadi di Rafah, yang terletak dekat perbatasan Mesir dengan Gaza.
"Mesir punya banyak hal untuk dikatakan hingga Koridor Philadelphia," kata Dichter.
Dichter juga menjelaskan bahwa perjanjian Mesir dengan Israel memang memberikan masukan atas tindakan yang terjadi antara perbatasannya dan zona penyangga tersebut, namun tidak di Rafah, yang berada di Gaza.
"Mesir tidak mempunyai pendapat mengenai apa yang terjadi di Rafah," lanjut Dichter.
Lebih penting lagi, katanya, Israel ingin menempatkan Gaza, tentu saja Rafah, di dalam perbatasan Mesir, ketika mereka merundingkan perjanjian itu.
"Namun Mesir tidak setuju untuk menerima Jalur Gaza atau bagian darinya," ungkap Dichter.
Peringatan Keras Hamas
Hamas telah memberikan peringatan keras terhadap Israel bila mereka nekat menginvasi Kota Rafah di Gaza selatan.
Hamas memperingatkan, serangan Israel ke Kota Rafah dapat merusak perundingan pertukaran sandera dan gencatan senjata.
"Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di Kota Rafah akan menggagalkan perundingan pertukaran (sandera)," kata seorang pemimpin Hamas kepada AFP.