Semakin besar jumlah sampel TPS yang diambil, semakin kecil tingkat kesalahan atau margin of error dan makin akurat hasil yang didapat.
Hampir semua quick count memakai metode pengacakan sehingga persebaran merata dan proporsional.
2. Merekrut relawan
Relawan bertugas memantau TPS hingga rekapitulasi suara untuk kemudian mengirimkannya ke pusat data.
Para relawan direkrut berdasarkan asal kelurahan di mana sampel TPS berada. Alasannya, para relawan bisa lebih mengetahui tantangan geografis dan sosial wilayah TPS.
Nantinya, para relawan mendapatkan pelatihan mengenai quick count. Selain memberikan logistik, relawan akan mendapat pengetahuan dan keahlian dari tutor di tingkat provinsi.
3. Simulasi quick count
Langkah selanjutnya adalah melakukan simulasi dan uji coba apakah perangkat quick count telah bekerja dengan baik.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan agar segera diatasi, agar human error dan technical error tidak terjadi pada hari-H.
4. Mengirim rekapitulasi ke pusat data
Di hari-H para relawan yang memantau di setiap TPS akan mengirim hasil rekapitulasi suara dalam formulir C-1 ke pusat data.
Pengiriman dilakukan dengan menggunakan layanan pesan. Setelah masuk ke data center, kemudian data-data dari TPS tersebut ditabulasi.
5. Mengolah data dan menampilkan hasil
Setelah data lapangan masuk ke pusat data, maka data tersebut akan diolah melalui perangkat lunak yang dibuat oleh programer lembaga survei.
Proses pengolahan data dilakukan dengan menerapkan ilmu statistik yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Data dari lapangan akan terus masuk dan terus diperbarui hingga puncak yang biasanya terjadi sekitar pukul 14.00 hingga 15.00.
Diolah dari berita tayang di Kompas.com