TRIBUNNEWSMAKER.COM - Wisata di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ternyata patut mendapat sorotan.
Salah satunya sebuah benteng yang berlokasi di Desa Administratif Pelem berikut ini.
Jaraknya pun sangat dekat dengan Alun-alun Ngawi, yakni sekitar 1,8 kilometer atau sekira 5 menit.
Ya, itulah Benteng Pendem Ngawi. Benteng ini dibangun pada masa penjajahan Belanda yang terletak di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Benteng Pendem Ngawi memiliki ukuran 165 meter x 80 meter yang dibangun di atas lahan seluas 15 hektar.
Lantas, bagaimana asal-usul nama Benteng Pendem Ngawi?
Nama Benteng Pendem Ngawi berasal dari julukan masyarakat setempat "benteng cekung" karena dibangun lebih rendah dari tanah di sekitarnya sehingga tampak terpendam.
Tujuan dibangunnya Benteng Pendem Ngawi pada masa itu adalah sebagai pusat pertahanan di wilayah Madiun, Jawa Timur, khususnya untuk menanggulangi Perang Jawa.
Belanda mendirikan Benteng Pendem Ngawi pada abad ke-19 ketika Ngawi dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur.
Karena dibangun oleh Belanda, Benteng Pendem Ngawi disebut juga sebagai Benteng Van den Bosch.
Sejarah berdirinya Benteng Pendem Ngawi berawal ketika Belanda berhasil menduduki Ngawi pada 1825 dalam Perang Diponegoro.
Untuk mempertahankan kedudukan mereka, Belanda mendirikan sebuah benteng yang disebut Benteng Pendem sebagai zona pertahanan Belanda untuk melumpuhkan transportasi logistik para pasukan Pangeran Diponegoro.
Baca juga: Cuma 28 Menit dari Alun-alun Madiun Jatim, Ternyata Ada Wisata Sejarah, Napak Tilas Pergerakan PKI
Lokasi benteng ini dibangun terbilang strategis, yaitu berada di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Proses pembangunan Benteng Pendem Ngawi terbilang memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 20 tahun, dari 1825 hingga 1845.
Setelah selesai dibangun, Benteng Pendem Ngawi digunakan sebagai tempat tinggal 250 tentara Belanda dan 60 kavaleri yang dipimpin oleh Johannes van den Bosch.