Gua Pancur termasuk gua basah atau berair. Genangan air setinggi pinggang orang dewasa sudah bisa dirasakan di mulut gua.
Namun, semakin masuk, ketinggian air berkurang secara bertahap, mulai betis hingga mata kaki.
Itu sebabnya, dibutuhkan kehati-hatian lantaran jalur yang dilewati tertutup air.
Kadang kala, ditemukan batangan kapur runcing yang muncul dari dalam gua (stalagmit) dan bisa menimbulkan cedera.
Atau, cekungan dalam yang membuat terperosok.
Meski begitu, keindahan stalaktit atau batangan kapur di langit-langit gua yang memiliki ujung meruncing ke bawah sudah ditemukan sejak mulut gua.
Baca juga: Wisata Bak Film The Hobbit Cuma 40 Menit dari Pusat Purbalingga, Ada Outbond hingga Area Camping
Semakin masuk ke dalam, ukuran dan bentuknya beragam.
Ada yang berongga, menonjol, juga mengalirkan air secara deras.
Tak harus selalu mendongak ke atas untuk menemukan hal menarik.
Dinding-dinding gua juga menyuguhkan berbagai bentuk.
Warnanya juga berbeda-beda, mulai cokelat, hitam pekat, atau keputihan.
Tak semua bagian di dalam perut bumi ini memiliki ruangan luas.
Di beberapa bagian gua memiliki ketinggian rendah sehingga pengunjung harus membungkuk, bahkan merangkak.
Di bagian lain, jalur susur gua berbentuk lorong dan hanya bisa dilalui satu orang.
Pengunjung pun harus tertib antre agar perjalanan menyusuri gua dan menikmati setiap detail keindahannya tidak terganggu.