Desain LKPD juga sangat minimalis, hanya berupa lembaran teks hitam putih tanpa ilustrasi menarik atau aktivitas konkret. Akibatnya, tujuan pembelajaran IPA yang seharusnya mendorong eksplorasi, penalaran, dan pemahaman konsep secara mendalam melalui aktivitas praktis, tidak tercapai secara maksimal. Siswa cenderung pasif, hanya menyalin jawaban, dan semangat belajarnya menurun.
Tindakan yang Diambil:
Menyadari bahwa LKPD yang ada justru menghambat proses belajar, saya memutuskan untuk mendesain ulang LKPD dengan fokus pada diferensiasi, visualisasi, dan aktivitas.
- Diferensiasi Konten dan Soal: Saya membuat tiga versi LKPD untuk materi Siklus Air:
- Level A (Dasar): Materi disajikan dengan poin-poin singkat, ilustrasi dominan, dan soal berupa melengkapi gambar, mencocokkan, atau pertanyaan sederhana.
- Level B (Menengah): Materi lebih rinci, ilustrasi tetap ada, dan soal melibatkan analisis gambar, urutan proses, atau pertanyaan esai singkat.
- Level C (Tantangan): Materi lebih kompleks, soal-soal berbasis skenario, dan meminta siswa merumuskan hipotesis atau menjelaskan hubungan sebab-akibat.
- Siswa diberikan kebebasan (dengan bimbingan saya) untuk memilih level yang sesuai dengan diri mereka setelah tes diagnostik kecil.
- Visualisasi dan Gamifikasi: Desain LKPD dibuat lebih menarik dengan banyak ilustrasi berwarna, diagram alur, komik singkat, dan ruang untuk siswa menggambar. Beberapa bagian saya ubah menjadi aktivitas drag-and-drop (jika menggunakan LKPD digital sederhana) atau teka-teki silang.
- Fokus pada Aktivitas dan Eksplorasi: Soal hafalan diminimalisir. Sebaliknya, saya memasukkan instruksi untuk melakukan observasi sederhana (misalnya, mengamati penguapan air di gelas terbuka), berdiskusi dengan teman, atau merangkum materi dengan gaya mereka sendiri.
- Umpan Balik Kualitatif: Penilaian tidak hanya berorientasi pada benar-salah, tetapi juga pada proses, partisipasi, dan usaha siswa. Saya memberikan umpan balik tertulis yang positif dan spesifik di setiap LKPD.
Hasil dari Tindakan Tersebut:
Hasilnya sangat memuaskan. Tingkat keterlibatan dan motivasi siswa meningkat pesat. Siswa yang awalnya pasif menjadi lebih berani mencoba karena soal sesuai dengan kemampuannya.
Siswa yang cepat belajar mendapatkan tantangan baru sehingga tidak bosan. Desain visual yang menarik membuat mereka lebih antusias mengerjakan LKPD.
Kemampuan mereka dalam memahami proses Siklus Air secara konseptual jauh lebih baik daripada sekadar menghafal. Diskusi antar siswa juga semakin hidup karena mereka merasa nyaman dengan tantrikan soal yang bervariasi.
Pengalaman Berharga:
Pengalaman berharga yang saya petik adalah bahwa LKPD bukanlah sekadar tugas tertulis, melainkan alat diferensiasi dan fasilitator aktivitas belajar. Penting bagi seorang guru SD untuk memahami bahwa setiap anak memiliki cara belajar dan kecepatan yang berbeda.
Mendesain LKPD yang mengakomodasi keberagaman ini, serta membuatnya visual dan interaktif, adalah kunci untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif dan bermakna. LKPD yang efektif harus menjadi panduan eksplorasi, bukan sekadar lembar jawaban.
2. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD
Mata Pelajaran: IPA
Kelas: V SD
Topik: Sistem Peredaran Darah Manusia
Kurikulum: Merdeka
Deskripsikan LKPD yang dibuat sesuai dengan Kondisi Siswa dan Tujuan Pembelajaran
LKPD yang dibuat dirancang interaktif dengan memuat gambar organ jantung dan pembuluh darah berwarna, tabel perbandingan arteri dan vena, serta aktivitas sederhana berupa permainan "alur darah" yang bisa dilakukan berkelompok.
Tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu:
- Mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem peredaran darah manusia.
- Menjelaskan fungsi jantung, arteri, vena, dan kapiler.
- Menunjukkan sikap kerja sama dan rasa ingin tahu dalam diskusi kelompok.
LKPD ini disesuaikan dengan kondisi siswa kelas 5 yang masih senang belajar dengan visual menarik, aktivitas sederhana, serta diskusi ringan sehingga tidak merasa terbebani dengan materi yang cukup kompleks.