PPG 2025

Studi Kasus LKPD Jadi Sorotan di UTBK PPG 2025, Ini yang Perlu Kamu ketahui!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Studi kasus dalam PPG 2025 ditentukan sistem. LKPD jadi salah satu pilihannya! Pahami 4 poin penting yang wajib ada dalam studi kasus LKPD PPG 2025.

Bagaimana Merancang LKPD sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi siswa? 

Perancangan LKPD dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

  • Analisis Kompetensi dan Tujuan: Mengacu pada capaian pembelajaran IPA kelas 5, materi sistem peredaran darah difokuskan pada pengetahuan dasar dan keterampilan berpikir kritis sederhana.
  • Menentukan Bentuk Aktivitas: Karena siswa kelas 5 cenderung suka belajar sambil bermain, maka digunakan model problem-based learning, misalnya menanyakan "Mengapa tubuh kita tetap hidup meski jantung berdetak tanpa kita sadari?".
  • Penggunaan Media Visual: LKPD dilengkapi ilustrasi jantung dan skema alur darah yang berwarna agar mudah dipahami.
  • Kolaborasi: Soal dan aktivitas disusun dalam bentuk kelompok kecil untuk melatih kerja sama.
  • Bahasa yang Sederhana: Instruksi ditulis singkat dan jelas agar tidak membingungkan siswa.
  • Evaluasi Diri: Disertakan kolom refleksi singkat, seperti "Apa hal baru yang kamu pelajari hari ini?".

Bagaimana Respons Peserta Didik dengan LKPD yang dibuat?

Respons peserta didik umumnya positif. Mereka terlihat antusias ketika melihat gambar berwarna dan merasa senang saat mencoba aktivitas "alur darah" dengan menggambar panah pada skema tubuh manusia. 

Siswa yang biasanya pasif mulai ikut berdiskusi karena merasa materi lebih mudah dipahami. Namun, ada beberapa siswa yang masih kesulitan membaca istilah ilmiah seperti arteri dan vena, sehingga guru perlu menjelaskan ulang dengan contoh nyata.

Apa pengalaman berharga yang dipetik?

Pengalaman berharga yang didapat adalah bahwa LKPD yang menarik, interaktif, dan sesuai kondisi siswa mampu meningkatkan partisipasi serta pemahaman mereka. Guru belajar bahwa meskipun materi IPA cukup abstrak dengan desain LKPD yang kreatif, siswa dapat memahami konsep dengan lebih mudah. 

Selain itu, penting bagi guru untuk memberikan pendampingan ekstra bagi siswa yang memiliki kesulitan membaca atau memahami istilah ilmiah. Hal ini menegaskan bahwa diferensiasi pembelajaran dalam LKPD sangat dibutuhkan agar semua siswa memperoleh kesempatan belajar yang sama.

4. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD

Jenjang SMA 
Kelas X 
Mata Pelajaran Matematika

Situasi, Tugas, dan Masalah:

Pada tahun ajaran 2024/2025, sebagai guru Matematika kelas X di SMA Unggul, saya mengamati masalah serius pada penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk materi Fungsi Kuadrat. LKPD yang tersedia di sekolah, meskipun sudah terstruktur, ternyata terlalu padat dengan rumus-rumus dan soal-soal latihan berulang yang menuntut hafalan dan perhitungan mekanis. 

Selain itu, soal-soal tidak bervariasi tingkat kesulitannya; sebagian besar bersifat standar tanpa ada soal yang menantang siswa dengan kemampuan di atas rata-rata atau soal aplikasi kontekstual. Desain LKPD juga sangat minimalis, hanya berupa teks hitam-putih tanpa grafis atau visualisasi yang membantu pemahaman konsep fungsi. 

Akibatnya, siswa menjadi cepat bosan, kurang bersemangat dalam menyelesaikan LKPD, dan yang paling parah, mereka hanya terampil menghitung tanpa memahami konsep dasar dan aplikasi fungsi kuadrat dalam kehidupan nyata. Siswa dengan kemampuan kurang kesulitan memahami instruksi dan soal, sementara siswa unggul merasa LKPD tidak menantang dan kurang relevan.

Tindakan yang Diambil:

Melihat bahwa LKPD yang ada tidak optimal, saya memutuskan untuk merancang ulang LKPD agar lebih menantang, kontekstual, dan bervariasi.

  • Diferensiasi Soal Berjenjang: Saya menyusun soal-soal dalam LKPD menjadi tiga tingkatan:
  1. Level 1 (Dasar): Memfokuskan pada pemahaman konsep awal dan penerapan rumus dasar.
  2. Level 2 (Aplikasi): Melibatkan soal-soal cerita sederhana yang mengaplikasikan fungsi kuadrat dalam konteks realistis.
  3. Level 3 (Analisis/Kreasi - HOTS): Berisi soal-soal pemecahan masalah kompleks, perancangan fungsi kuadrat untuk kondisi tertentu, atau analisis grafik secara mendalam.
  • Siswa diberikan kebebasan memilih level soal yang ingin mereka selesaikan, dengan target minimum menyelesaikan Level 1 dan 2.
  • Visualisasi Konsep dan Kontekstualisasi: Saya menyisipkan banyak grafik fungsi kuadrat, gambar fenomena terkait (misalnya lintasan bola, desain parabola), dan contoh-contoh aplikasi fungsi kuadrat dalam ilmu fisika atau ekonomi. Setiap bagian LKPD dimulai dengan ilustrasi atau pertanyaan pemantik berbasis masalah nyata.
  • Integrasi Alat Bantu Digital: Saya mendorong siswa menggunakan aplikasi graphing calculator (seperti Desmos atau GeoGebra) untuk memvisualisasikan grafik fungsi kuadrat dan memahami perubahan kurva. LKPD menyertakan instruksi eksplisit untuk menggunakan alat ini.
  • Kolaborasi dan Diskusi Terpandu: Pengerjaan LKPD dilakukan secara berkelompok. Saya mendesain beberapa soal yang memerlukan diskusi dan kesepakatan kelompok untuk mencapai solusi. Saya berperan sebagai fasilitator, membimbing diskusi dan memberikan clue tanpa langsung memberi jawaban.
  • Refleksi Diri: Di akhir setiap LKPD, saya menyertakan bagian "Refleksi Diriku" di mana siswa menuliskan apa yang mereka pelajari, kesulitan yang dihadapi, dan bagaimana mereka mengatasi kesulitan tersebut.
Halaman
1234