Sudahkah Bapak/Ibu Guru peserta PPG 2025 menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? Cerita reflektif ini bisa menjadi inspirasi!
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sebelum menutup pembahasan pada topik ini, peserta diminta menuliskan cerita reflektif yang menggambarkan pengalaman pribadi saat merancang pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Cerita ini diharapkan memuat langkah-langkah nyata dalam menyesuaikan pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan siswa, sekaligus mendukung tercapainya tujuan belajar.
Pertanyaan ini merupakan bagian dari cerita reflektif dalam Modul Pembelajaran Mendalam dan Asesmen (Umum) topik Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi di platform Ruang GTK. Bagi Bapak/Ibu guru peserta PPG Tahap 2 Tahun 2025, memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi menjadi kunci untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Perencanaan pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari mengenali perbedaan gaya belajar, minat, dan tingkat kesiapan siswa. Guru kemudian merancang kegiatan yang bervariasi, menyediakan sumber belajar yang relevan, serta menerapkan penilaian formatif untuk memantau perkembangan siswa.
Tujuan utamanya adalah menciptakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi masing-masing.
Jika Bapak/Ibu Guru masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan dalam cerita reflektif tentang merancang pembelajaran berdiferensiasi, kunci jawaban di bawah ini bisa menjadi referensi.
Cerita Reflektif
Sebelum mengakhiri sesi pada topik ini, ekspresikan pengalaman yang Bapak/Ibu Guru miliki selama menjadi guru dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berdiferensiasi melalui cerita reflektif. Ceritakan bagaimana merencanakan pembelajaran berdiferensiasi yang relevan di kelas Bapak/Ibu Guru, sehingga diyakini dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran?
Kunci Jawaban:
Merancang pembelajaran berdiferensiasi yang relevan di kelas harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik yang pastinya sangat beragam di setiap kelas. Menurut saya, mata pelajaran Matematika lebih mudah dipahami apabila dilaksanakan diferensiasi konten, yang mana peserta didik dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
Kemudian membuat kriteria penilaian (rubrik) sesuai dengan tingkat kognitif masing-masing yaitu tinggi, sedang, dan kurang. Dengan metode seperti ini, diharapkan tujuan pembelajaran yang disusun akan tercapai sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing peserta didik.
Kunci Jawaban Alternatif:
Sebagai guru kelas 2, saya pernah merasa kesulitan saat mengajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Saya sadar bahwa kemampuan setiap anak itu berbeda-beda. Ada yang sudah mahir, ada yang masih mengandalkan jari, dan ada pula yang bingung.
Saya akhirnya mencoba merancang pembelajaran berdiferensiasi. Untuk kelompok siswa yang cepat paham, saya berikan soal tantangan berupa teka-teki matematika. Untuk kelompok tengah, saya sediakan lembar kerja dengan bantuan gambar atau balok hitung. Sementara itu, kelompok yang paling kesulitan, saya dampingi langsung menggunakan kartu angka dan media konkret.
Pendekatan ini membuat saya yakin bisa mencapai tujuan pembelajaran. Setiap anak merasa dihargai karena mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak ada lagi siswa yang merasa tertinggal atau bosan. Mereka semua aktif belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Walaupun perencanaannya butuh usaha lebih, melihat semua siswa berhasil membuat saya bangga.
Kunci Jawaban Alternatif:
Selama menjadi guru Bahasa Indonesia di SMP, saya sering menghadapi perbedaan kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan menganalisis teks. Pengalaman saya mengajarkan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi sangat penting agar setiap siswa tetap terlibat dan berkembang.
Misalnya, ketika mengajarkan menulis teks naratif, saya membagi siswa dalam kelompok berdasarkan tingkat kemampuan mereka: kelompok yang sudah mahir diberi tantangan menulis cerita dengan unsur konflik kompleks, sementara kelompok yang membutuhkan dukungan lebih saya bantu dengan kerangka cerita dan panduan kata kunci.
Selain itu, saya menggunakan berbagai metode seperti diskusi kelompok, peer review, dan pilihan topik sesuai minat siswa untuk memastikan setiap siswa merasa relevan dengan pembelajaran. Penilaian juga saya diferensiasi, misalnya melalui rubrik yang fleksibel, agar setiap siswa dapat menunjukkan pemahamannya sesuai kemampuan mereka.