“Dia berpikir apakah masuk SMA favorit, kita berembuk, akhirnya dia masuk SMA Muhammadiyah 1 Jogjakarta. Di situ dia mulai berani melawan arus, memilih jalannya dia. Pada waktu itu semua ingin masuk ke sekolah IPA, tapi dia memilih sosial. Dia menonjol di kelas itu, dia seleksi pertukaran mahasiswa se-Asean, Daru terpilih untuk itu, mulai dari SMA dia mulai berkenalan dengan dunia internasional, bergaul,” kata Subaryono dengan bangga.
Anak Tunggal yang Tak Pernah Menyusahkan
Sebagai anak semata wayang, Arya tidak pernah menjadi anak yang manja.
Justru sebaliknya, ia tumbuh menjadi pribadi mandiri yang tahu apa yang ia inginkan dan bekerja keras untuk mencapainya.
“Jadi dia meskipun anak tunggal, dia tumbuh menjadi mandiri, dia bukan anak tunggal yang cengeng merengek minta sesuatu, dia akan tunjukkan apa prestasi dia, itu yang saya amati dari kecil, jadi dia pekerja keras sesuai passion dan dia tidak menuntut siapapun untuk menghargai dia,” ujar Subaryono.
Dengan segala kebaikan dan nilai hidup yang dipegang Arya sejak kecil, Subaryono merasa sulit menerima kenyataan bahwa putranya mengakhiri hidupnya sendiri.
Meski pihak kepolisian telah menyampaikan kesimpulan penyelidikan awal, di mata sang ayah, Arya Daru adalah sosok kuat yang selalu melangkah dengan penuh nilai dan tanggung jawab, bukan seseorang yang menyerah begitu saja.
Sosok Subaryono
Pilu menceritakan sosok Arya Daru semasa hidup, Subaryono sejatinya ingin mengurai penegasan.
Bahwa ia masih mempercayai bahwa kematian Arya Daru adalah tidak wajar, bukan seperti rilis kepolisian yang beberapa minggu lalu diungkap.
Karenanya, Subaryono meminta bantuan kepada khalayak untuk terus mengawal kasus kematian Arya Daru.
Pun dengan pihak pengacaranya yang meyakini Arya Daru tewas bukan karena mengakhiri hidup.
Lantaran hal tersebut, Subaryono meminta bantuan kepada presiden Prabowo Subianto.
"Kami memohon kepada yang terhormat presiden Republik Indonesia yang terhormat bapak Prabowo Subianto, kami memojon dengan rendah hati dan kami mohon setulus-tulusnya," kata Subaryono di depan awak media pada Sabtu (23/8/2025).
"Kami mohon presiden menginstruksikan kepada Kapolri, kepada Panglima TNI, kepada Menteri luar negeri agar bisa segera bisa menjelaskan kepada kami tentang misteri yang terjadi kepada anak kami," ungkapnya.