Berita Viral
Pilu! Rafi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Tewas Jelang Ultah, Jasadnya Peluk Teman yang Selamat
Pilu! Rafi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny tewas jelang ultah, jasadnya peluk teman yang selamat.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Pilu! Rafi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Tewas Jelang Ultah, Jasadnya Peluk Teman yang Selamat
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kisah pilu menyelimuti keluarga Rafi Catur Okta Mulya (17), satu di antara 66 korban meninggal dunia dalam tragedi runtuhnya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Remaja itu seharusnya tengah menantikan hari ulang tahunnya yang ke-18 pada Rabu, 8 Oktober 2025, hanya sehari setelah peristiwa tragis itu terjadi.
Namun takdir berkata lain, sebelum sempat merayakan hari bahagianya, Rafi justru dipanggil lebih dulu oleh Sang Pencipta.
Kabar kepergian Rafi meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang sudah menyiapkan kejutan kecil untuk hari ulang tahunnya.
Keluarga besarnya mengaku masih sulit menerima kenyataan bahwa remaja yang dikenal ceria itu kini telah tiada.
Diketahui, Rafi, santri kelahiran 8 Oktober 2008, baru saja memulai perjalanan barunya di Ponpes Al Khoziny pada bulan Agustus 2025.
Ia memilih untuk menimba ilmu agama lebih dalam setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP.
Keputusan itu disambut bangga oleh keluarganya yang menganggap Rafi sebagai anak yang taat dan berbakti.
Sang kakak, Novita Tri Endah (26), menceritakan bahwa dirinya dan keluarga telah merencanakan untuk menjenguk Rafi sekaligus memberi kejutan ulang tahun.
“Niatku Oktober mau jenguk adikku ke sana. Nabung sama mbakku karena 8 Oktober besok ini adikku ulang tahun,” kata Novita saat ditemui di rumah duka, Surabaya, Senin (6/10/2025).
Namun rencana sederhana yang penuh kasih itu harus kandas seketika setelah keluarga menerima kabar duka yang tak disangka.
Baca juga: 14 Santri Tewas, 49 Masih Dicari Usai Pondok di Sidoarjo Ambruk, Keluarga Berharap Mukjizat Datang

Novita mengaku dirinya sangat terkejut saat mengetahui bahwa Rafi menjadi salah satu korban dari ambruknya mushala tiga lantai di lingkungan pesantren.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Senin (29/9/2025) sore, tepat ketika para santri tengah melaksanakan salat ashar berjamaah.
“Ulang tahun aku pengen kasih (Rafi) surprise atau apa, pengen beliin kue tart atau ke pondok apa begitu, lah kok dikasih kabar (tragedi Ponpes Al Khoziny) ini dulu. (Usia) 18 tahun,” ucapnya lirih.
Air mata tak terbendung saat ia mengingat impian kecil untuk melihat sang adik meniup lilin di hari ulang tahunnya yang kini tak akan pernah terjadi.
Lebih lanjut, Novita juga mengenang momen terakhir ketika Rafi sempat pulang ke rumah di Kecamatan Sawahan pada September 2025 lalu.
Dalam kunjungan singkat itu, Rafi tampak ceria dan sempat meminta beberapa hal kecil kepada keluarganya.
“Jadi dia balik pukul 09.00 WIB, terus pukul 08.00 WIB minta foto sama mbak sama anakku, aku bilang ‘gak usah aneh-aneh’. (Kata Rafi) nanti kalau mbak kangen aku, bisa lihat foto ini,” ujarnya mengenang.
Tak disangka, foto itu menjadi kenangan terakhir antara Rafi dan keluarganya sebelum tragedi menimpa.
Novita juga masih mengingat jelas pakaian terakhir yang dikenakan Rafi saat ditemukan oleh petugas.
“Dia foto terakhir pakai sarung merah yang ditemukan itu, saya yang sebelumnya membelikan. Sarungnya itu sering tak cuci, tak lipetin, jadi aku tahu hafal, aku tahu jasadnya,” tambahnya sambil menahan tangis.
Petugas menemukan jasad Rafi dalam posisi sujud di antara reruntuhan bangunan yang roboh.
Yang membuat haru, posisi tangan Rafi tampak melingkar seolah melindungi teman di sebelahnya yang berhasil selamat, Syehlendra Haical (13).
Kisah itu membuat keluarga Rafi sekaligus masyarakat sekitar merasa bangga sekaligus berduka karena keberanian dan ketulusan sang santri muda.
“Awalnya syok, enggak terima, kenapa harus adikku, adikku? Apalagi dia nyelametin anak juga. Kalau sekarang dari keluarga sendiri sama bapak sudah ikhlas, tapi jangan terjadi lagi,” tutup Novita dengan nada penuh haru.
Tragedi yang merenggut puluhan nyawa santri itu menjadi salah satu peristiwa paling menyedihkan di tahun 2025.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun menyebut bahwa jumlah korban jiwa kali ini termasuk yang terbesar sepanjang tahun tersebut.
“Korban kali ini di sepanjang tahun 2025 adalah korban cukup besar menurut BNPB,” ujar Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, Senin (6/10/2025).

Baca juga: Sosok Abdul Hannan, Ayah Santri Al Khoziny yang Ikut Viral, Ternyata Kyai, Punya Ponpes Sendiri
Budi juga membandingkan bahwa bencana-bencana sebelumnya, seperti gempa bumi di Poso, Sulawesi Tengah dan banjir bandang di Bali, tidak menelan korban jiwa sebanyak tragedi ini.
“Dari bencana-bencana alam yang terjadi, baik gempa bumi di Poso, di tempat lain, lalu banjir di Bali semuanya korbannya hanya sedikit, ini cukup banyak 50 orang,” katanya menjelaskan.
Tragedi di Ponpes Al Khoziny kini menjadi pengingat betapa pentingnya perhatian terhadap keamanan dan kelayakan bangunan, terutama di lingkungan pendidikan keagamaan.
Sementara itu, keluarga Rafi berharap agar kejadian memilukan ini menjadi yang terakhir dan tidak kembali terulang di masa mendatang.
66 Korban Meninggal
Proses evakuasi korban dan pengangkatan runtuhan mushala Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur memasuki hari kedelapan.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menegaskan bahwa tim SAR gabungan akan memaksimalkan evakuasi selama 24 jam.
“Saat ini operasi tetap kita laksanakan seperti yang terlihat 24 jam kita laksanakan,” kata Syafii di lokasi kejadian, Senin (6/10/2025).
Tim Basarnas belum dapat memastikan kapan proses evakuasi ini akan berakhir berdasarkan hitungan hari.
Sebab, Basarnas akan menutup operasi apabila seluruh area benar-benar dinyatakan bersih.
“Kita menyatakan bahwa operasi ini selesai setelah tempat itu yakin mulai dari reruntuhan bisa kita pisahkan dan kita bisa mendeteksi semua,” ungkapnya.
SAR gabungan akan berupaya memaksimalkan proses evakuasi pengangkatan runtuhan bangunan selesai pada hari ini.
“Dan pada saat itu kalau memang benar-benar bahwa lokasi sudah bisa kita clear-kan. Saat itu kita dari Basarnas sudah bisa mendeklarasi bahwa operasi yang dilaksanakan oleh Basarnas bisa dinyatakan selesai,” terangnya.
Dari hasil pencarian korban dan evakuasi pengangkatan runtuhan bangunan Ponpes Al Khoziny yang telah berlangsung delapan hari, ada 66 korban meninggal dunia ditemukan.
Pada hari ke delapan, Senin (6/10/2025) jumlah korban meninggal dunia yang ditemukan sebanyak 13 korban dan dua bagian tubuh.
“Total terdapat 13 korban dan dua body part berhasil diekstrikasi dan dilanjutkan evakuasi pada hari ke delapan,” kata Direktur Operasi Basarnas, Laksamana TNI Yudhi Bramantyo.
Belasan korban meninggal dunia yang ditemukan kemarin satu berada di sektor A3, sisanya di sektor A2.
Korban terakhir ditemukan pukil 21.03 WIB yakni bagian tubuh.
“Proses evakuasi masih terus berlangsung. Pembersihan puing difokuskan ke sisi utara pada bagian yang tidak terintegrasi dengan struktur utama,” terangnya.
Artinya, berjalan selama delapan hari evakuasi sudah ada 170 korban terevakuasi, tujuh di antaranya bagian tubuh.
Korban selamat sebanyak 104 orang, sementara yang dinyatakan meninggal dunia 66 orang (termasuk 7 bagian tubuh).
Seluruh korban telah dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi.
Tragedi ini terjadi karena bangunan tiga lantai yang difungsikan sebagai mushala di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Kronologi
Bangunan tiga lantai yang baru terbangun di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo ambruk, Senin (29/8/2025) sore.
Informasi yang dihimpun bangunan lantai tiga pesantren di Desa/Kecamatan Buduran itu ambruk, sementara pada saat bersamaan ratusan santri sedang melaksanakan salat Ashar berjamaah di lantai satu gedung tersebut.
Rizki Ramadhan (19) salah satu santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, tak bisa melupakan detik-detik saat musala yang sedang dibangun tiba-tiba runtuh pada Senin (29/9/2025).
Saat itu Rizky bersama beberapa santri lain dan sejumlah pekerja tengah melakukan pengecoran lantai lima di atas musala.
Bangunan yang baru digarap itu tiba-tiba ambruk ke bawah. Pada saat bersamaan, para santri laki-laki di musala sedang melaksanakan Salat Ashar.
“Saya tidak tahu persis siapa saja yang tertimpa bangunan, soalnya waktu itu saya berada di atas ikut kerja. Anak-anak di musala sedang Salat Ashar, tiba-tiba bangunannya ambruk,” ujar Rizki saat ditemui di Rumah Sakit Siti Hajar, Sidoarjo pada Senin malam, dilansir dari Surya.co.id.
Rizki tidak bisa berbicara banyak akibat luka robek di bagian dagu ketika ditemui di Rumah Sakit Siti Hajar, Sidoarjo, Senin (29/9).
Luka yang dialami santri yang sudah tujuh tahun mondok di kawasan Buduran itu tergolong ringan.
Selain robek di bagian dagu, ia juga menderita luka pada dahi serta pipi kiri.
Tak ada luka cidera, sehingga diperbolehkan istirahat total secara mandiri di rumah.
Penjelasan Pengasuh Ponpes
Sementara, Pengasuh Ponpes Al Khoziny KH R Abdus Salam Mujib angkat bicara soal peristiwa ambruknya bangunan tiga lantai di pondoknya.
Menurut kiai Salam, pembangunan musala tersebut sudah berjalan sekira sembilan hingga sepuluh bulan.
Bagian bawah difungsikan untuk mushola dan lantai atas bakal difungsikan untuk hall atau pusat kegiatan santri.
“Masih pengerjaan. Ini sedang pengerjaan lantai terakhir. Pagi tadi dilakukan pengecoran di lantai atas,” kata kiai Salam, Senin (29/9/2025).
Saat bangunan tiga lantai itu ambruk, disebutnya ada sejumlah santri sedang jemaah salat Ashar.
Tapi dia juga tidak bisa memastikan berapa jumlah santri yang sedang berjamaah itu.
Yang jelas tidak semua santri. Karena sebagian sebagian lainnya sedang beristirahat di luar dan sebagian lagi ada yang masih mengikuti kegiatan sekolah di lantai bawah.
“Saya kurang tahu pastinya kalau jumlahnya berapa. Tapi seluruh santri yang berada di musala adalah santri putra,” lanjutnya.
Akibat peristiwa itu, pihak pondok memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh kegiatan pesantren hingga kondisi benar-benar aman.
“Kami anggap ini sebagai takdir dari Allah. Kami minta semua wali santri dan santri bersabar menunggu proses evakuasi. Semoga diberi ganti oleh Allah yang lebih baik, diberi pahala yang tak bisa diutarakan,” ujarnya.
(TribunNewsmaker.com/ TribunSumsel)