Breaking News:

Sosok

Sosok Amien Rais Eks Ketua MPR RI Digugat 34 Kader Partai Ummat Rp24 M, Ini Deretan Kontroversinya

Inilah sosok Amien Rais mantan ketua MPR RI digugat 34 Kader Partai Ummat Rp24 M, ini deretan kontroversinya.

Youtube Amien Rais Official
AMIEN RAIS- Inilah sosok Amien Rais mantan ketua MPR RI digugat 34 Kader Partai Ummat Rp24 M, simak deretan kontroversinya. 
Ringkasan Berita:
  • Amien Rais, kini berada di tengah sorotan publik setelah 34 kader Partai Ummat menggugat dirinya sebesar Rp24 miliar.
  • Tidak hanya menggugat Amien Rais, para kader itu juga memasukkan nama Ridho Rahmadi, sang menantu yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Ummat, sebagai tergugat dalam perkara tersebut.
  • Selain Ridho, dua petinggi lainnya yakni Ansfuri Idrus Sambo selaku Sekretaris Majelis Syura dan Taufik Hidayat sebagai Sekjen Partai Ummat turut terseret dalam gugatan.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mantan Ketua MPR RI, Amien Rais, kini berada di tengah sorotan publik setelah 34 kader Partai Ummat menggugat dirinya sebesar Rp24 miliar karena diduga melakukan perbuatan melanggar hukum.

Gugatan bernilai fantastis tersebut resmi terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan nomor perkara 1247/PDt.Sus-Parpol/2025/PN JKT.Sel, membuat kasus ini langsung mencuri perhatian.

Perkara tersebut tercatat telah teregister sejak Kamis (13/11/2025), menandai dimulainya langkah hukum panjang antara mantan tokoh reformasi itu dengan para kader partainya sendiri.

Tidak hanya menggugat Amien Rais, para kader itu juga memasukkan nama Ridho Rahmadi, sang menantu yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Ummat, sebagai tergugat dalam perkara tersebut.

Selain Ridho, dua petinggi lainnya yakni Ansfuri Idrus Sambo selaku Sekretaris Majelis Syura dan Taufik Hidayat sebagai Sekjen Partai Ummat turut terseret dalam gugatan.

Kasus ini secara tidak langsung membuat publik kembali menyoroti rekam jejak dan perjalanan panjang sosok Amien Rais di dunia politik Indonesia.

Pria dengan nama lengkap Muhammad Amien Rais itu lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 26 April 1944, dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kental dengan aktivitas organisasi Islam.

Ibunya, Sudalmijah Suhud Rais, dikenal aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta sebagai Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah pada era 1942–1952, sehingga pengaruh organisasi Islam itu begitu kuat melekat pada sosok Amien.

Sejak muda, Amien terkenal memiliki ketertarikan besar terhadap ilmu pengetahuan hingga menempuh pendidikan S1 di UGM dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ia kemudian melanjutkan studi ke luar negeri, memperoleh gelar magister pada 1974 dari Universitas Notre Dame, dan meraih gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, salah satu kampus bergengsi di Amerika Serikat.

Kembali ke tanah air pada 1984, Amien langsung melanjutkan kiprah akademisnya sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada, tempat ia mengajar selama bertahun-tahun.

Nama Amien Rais melonjak ke publik ketika ia vokal mengkritik berbagai kebijakan pemerintah menjelang runtuhnya rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

Perannya sebagai figur oposisi saat itu membuatnya dikenal luas sebagai motor gerakan reformasi.

TUDING JOKOWI - Ketua Majelis Syura Partai Ummat Amien Rais menuding bahwa insiden kecelakaan putra sulungnya, Ahmad Hanafi Rais pada tahun 2020 silam didalangi oleh Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Hal ini disampaikannya di kanal YouTube miliknya pada Jumat (27/6/2025) lalu.
TUDING JOKOWI - Ketua Majelis Syura Partai Ummat Amien Rais menuding bahwa insiden kecelakaan putra sulungnya, Ahmad Hanafi Rais pada tahun 2020 silam didalangi oleh Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Hal ini disampaikannya di kanal YouTube miliknya pada Jumat (27/6/2025) lalu. (Youtube Amien Rais Official)

Baca juga: Sosok & Profil Amien Rais, Pendiri Partai Ummat Tuduh Jokowi Dalang Kecelakaan Putra Sulungnya

Pada 1998, momentum reformasi membuat Amien memilih mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai wadah perjuangan politiknya bersama sejumlah tokoh nasional.

Meskipun perolehan suara PAN di Pemilu 1999 tidak terlalu tinggi, Amien tetap berhasil menduduki kursi strategis di MPR RI.

Ia kemudian dipercaya menjadi Ketua MPR RI, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh pada masa transisi demokrasi.

Pada Pilpres 2004, ia maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Siswono Yudo Husodo, namun gagal melaju karena hanya memperoleh kurang dari 15 persen suara.

Terus aktif dalam dunia politik, pada 2021 Amien kembali melahirkan partai baru bernama Partai Ummat, sebuah partai yang dibangunnya bersama pendukung loyal dan sejumlah tokoh politik.

Di Partai Ummat, ia menduduki posisi penting sebagai Ketua Majelis Syuro, figur tertinggi dalam struktur partai tersebut.

Amien mengaku keluar dari PAN karena menilai partai yang ia dirikan itu telah berubah arah dan tidak lagi sejalan dengan asas serta gagasan awal perjuangannya.

Perjalanan panjangnya di dunia politik kerap diwarnai sikap dan pernyataan kontroversial, yang membuat dirinya selalu menjadi sosok yang memicu pro dan kontra.

Kini, gugatan besar yang dilayangkan oleh kader-kader Partai Ummat seolah menambah babak baru dalam perjalanan panjang karier politiknya.

Perseteruan internal ini menjadi ironi tersendiri, mengingat Amien adalah pendiri sekaligus inspirator dari partai tersebut.

Publik pun kini menanti kelanjutan kasus ini, termasuk bagaimana Amien Rais dan para petinggi partai lainnya akan menanggapi gugatan senilai Rp24 miliar itu di pengadilan.

Politisi Amien Rais.
Politisi Amien Rais. (KOMPAS.com/Haryantipuspasari)

Baca juga: 8 Tudingan Amien Rais ke Jokowi, Tuduh Dalang Kecelakaan Anaknya, Sebut Punya Bunker di Rumah Solo

Kontroversi Amien Rais

Amien Rais dikenal kerap menyampaikan kritik pedas dengan ungkapan-ungkapan tajam dalam dinamika politik Indonesia.

Pada 2018, Amien Rais pernah mengelompokkan partai ke dalam dua kubu, yakni Hizbullah (Partai Allah) yang membela agama Allah, di mana ia mengasosiasikan PAN, PKS, Gerindra, dan Hizbusy Syaithan (Partai Setan) untuk kelompok yang anti-Tuhan.

Pernyataan tersebut lantas menuai kritik tajam dari berbagai elemen.

Amien Rais kemudian mengklarifikasi bahwa itu adalah cara berpikir dan bukan bagian dari aktivitas politik praktis.

Meski begitu, penjelasan itu tetap menuai kritik luas dan Amien Rais dianggap melakukan ujaran kebencian.

Amien Rais juga pernah menyebut Indonesia sebagai bangsa yang "pekok" atau bodoh. Ia menilai negara ini tidak mampu mengelola sumber daya alamnya sendiri dan tunduk pada undang-undang (UU) yang dianggap pro-asing.

Pada Pemilu 2019, Amien Rais meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar tidak menggelar rekapitulasi suara di Hotel Borobudur, Jakarta.

Hal ini dikarenakan, pada Pilpres 2014 lalu, KPU juga melaksanakan rekapitulasi di hotel tersebut.

"Selain DPT harus segera dibenahi, besok perhitungan hasil pemilu jangan pernah di Hotel Borobudur," kata Amien Rais seusai diskusi masalah Daftar Pemilih Tetap, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Alasannya, menurut mantan anggota Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu, di Hotel Borobudur banyak jin dan genderuwonya.

Selain itu, kata Mantan Ketua MPR itu, di hotel yang terletak di Jakarta Pusat tersebut, banyak peretas alias hacker.

"Mereka banyak jin, banyak genderuwo di sana. Sekali-kali jangan di Hotel Borobudur, banyak sekali hacker," tuturnya.

Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Amien Rais sering memberikan pernyataan yang kontroversial.

Bahkan ia menyebutnya sebagai "rezim Jokowi-Luhut" yang dinilai ugal-ugalan.

Tak sampai di situ, Amien Rais juga pernah menyebut Jokowi sebagai dalang di balik insiden kecelakaan yang dialami oleh putra sulungnya, Ahmad Hanafi Rais, yang terjadi pada 18 Oktober 2020 lalu.

Pernyataan itu disampaikan Amien Rais kanal YouTube miliknya. 

“Keluarga saya termasuk yang dizalimi oleh Jokowi. Anak sulung saya, Ahmad Hanafi Rais, oleh rezim Jokowi, pernah mau dibunuh dengan ploting yang cukup rapi,” ujar Amien.

Amien Rais pun menyebut kala itu Hanafi tengah melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Namun, disebut-sebut terdapat kejanggalan karena mobil Hanafi diikuti oleh pengendara mobil tak dikenal.

“Bila mobil Hanafi berjalan cepat, dua sedan misterius itu juga berjalan cepat. Bila mobil Hanafi pelan, dua sedan itu juga ikut pelan. Rupanya, di Tol Cipali, km 112 sudah menunggu dua truk besar yang siap menyergap mobil Hanafi. Tentu dua sedan yang dinaiki oleh manusia Iblis itu, sudah berkomunikasi dengan manusia iblis yang lain yang mengendarai dua truk besar dan siap membunuh anak sulung saya,” ujar Amien. 

Namun, tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa Jokowi merupakan dalang di balik kecelakaan tersebut.

Amien Rais juga pernah menuding Jokowi sebagai perencana penembakan yang menyasar pada dirinya.

Ia menyebut bahwa upaya teror penembakan itu dialaminya pada 2014 silam.

Saat itu Amien mengatakan bahwa mobil miliknya sempat ditembak oleh orang tak dikenal (OTK).

Ia menuduh Jokowi menjadi otak adanya teror penembakan tersebut.

Amien menyampaikan, penembakan tersebut dilakukan dalam rangka untuk mempermalukan dirinya.

Sosok yang dituding akan mempermalukannya adalah Jokowi.

Kalau membunuh saya (Jokowi) mungkin masih pikir-pikir, jadi saya mau dipermalukan. Caranya dia kirim seorang anak muda di malam hari untuk menembak tangki mobil saya supaya ledakan dan kebakaran hebat agar orang sekampung geger," katanya, dikutip dari kanal YouTube miliknya, Selasa (1/7/2025).

Di sisi lain, penembakan terhadap mobil Amien terjadi pada 6 November 2014 di kediamannya di Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Mantan Wakil Ketua Umum PAN, Drajad Wibowo menjelaskan, menurut keterangan dari satpam rumah, pelaku langsung kabur setelah melakukan penembakan dengan mengendarai sepeda motor.

Selain itu, nama Amien Rais juga sempat disebut oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK dalam persidangan tindak pidana korupsi alat kesehatan (alkes) terhadap mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari pada 2017.

Disebutkan bahwa rekening Amien Rais menerima transfer uang sebesar Rp 600 juta secara bertahap pada tahun 2007.

Dana tersebut diduga berasal dari PT Mitra Medidua (suplier Alkes) yang disalurkan melalui rekening Yayasan Sutrisno Bachir Foundation (SBF).

Namun, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Amien Rais menerima uang tersebut dan ia tidak ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

(Tribunnewsmaker.com/ Tribunnews)

 

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Amien RaisMPRPartai Ummat
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved