Sentilan SBY Untuk yang 'Nafsu' Berkuasa di 2024, Tak Etis Apalagi Pemerintahan Jokowi Baru Mulai
SBY berikan sentilan kepada mereka yang 'nafsu' berkuasa di 2024, tak etis karena pemerintahan Jokowi baru mulai.
Editor: Desi Kris
Tahun 2019 telah memberikan pengalaman dan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Di tahun ini, rakyat kita baru saja mengikuti pemilihan umum. Banyak hal baru yang kita dapatkan, baik yang positif maupun yang negatif. Yang baik maupun yang buruk.
Yang buruk, pertama kali dalam sejarah, pemilu kita diwarnai oleh politik identitas yang melebihi takarannya. Juga pertama kali terjadi banyak korban jiwa, baik karena kekerasan maupun bukan.
Kabar baiknya adalah, ketika bangsa kita berada di ambang perpecahan dan bahkan benturan fisik pasca pemungutan suara, kita semua sadar dan terpanggil. Terpanggil untuk menahan diri dan tetap menjaga keutuhan kita.
Alhamdulillah, mimpi buruk itu tidak terjadi. Kita memilih persatuan, bukan perpecahan Karenanya, evaluasi menyeluruh tentang sistem, undang-undang dan penyelenggaraan pemilu perlu kita lakukan. Terutama bagi pihak pemerintah, parlemen dan penyelenggara pemilu.
Tujuannya, pemilu di masa mendatang bisa berlangsung lebih baik. Yang sudah baik kita pertahankan, yang belum baik kita perbaiki. Itulah harapan Partai Demokrat. Saya yakin itu pula harapan rakyat kita. Pemilihan umum, sebuah kontestasi politik untuk sebuah kekuasaan, telah usai.
Sementara, pemilu mendatang masih jauh, 5 tahun lagi. Tak baik dan malu kepada rakyat, kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru. Apalagi jika semangat dan nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024. Juga tidak etis, karena pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua, baru mulai melaksanakan tugasnya.
Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita. Partai Demokrat berpendapat, saatnya kita menghentikan suasana permusuhan. Saatnya kita menghentikan politik yang membelah dan memisahkan. Saatnya pula, kita kembali membangun hubungan antar kekuatan politik yang lebih damai dan menyatukan. Hubungan yang bernuansa kawan dan lawan harus kita ganti dengan hubungan antar mitra.
Kemitraan untuk membangun bangsa. Kemitraan dan kebersamaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi rakyat. Rakyat menghormati negara dan pemimpinnya. Negara dan pemimpin sabar dan mengayomi rakyat dengan adil dan penuh rasa kasih sayang. Bersatu kita teguh. Bersama kita lebih kuat. Together we are stronger. Inilah ajakan Partai Demokrat. Bersama negara dan pemerintah, kita harus berbuat dan bekerja sekuat tenaga untuk rakyat kita.
Meskipun saat ini Partai Demokrat berada di luar pemerintahan pusat, komitmen kami tak berubah. Kami ingin pemerintah sukses dalam melaksanakan tugasnya. Kalau pemerintah sukses, rakyatlah yang akan mendapatkan manfaatnya. Demokrat akan mendukung penuh keputusan dan kebijakan pemerintah yang tepat, dan sesuai keinginan rakyat.
Namun, Demokrat akan mengkritisi keputusan dan kebijakan yang kami pandang keliru, dengan harapan dapat dilakukan koreksi dan perbaikan. Inilah tanggung jawab moral, sosial dan politik Partai Demokrat yang harus kami jaga dan laksanakan. Melalui pidato politik ini, Demokrat mengajak semua pihak untuk memahami tahun 2020 yang akan datang. Dengan memahami peluang dan tantangan yang akan kita hadapi, kita akan lebih siap.
Jika hendak berkontribusi untuk meraih sukses di masa depan, kitapun tahu apa yang harus kita lakukan. Sebelum Demokrat menyampaikan pandangan dan harapan-harapannya, kami telah mempelajari apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Termasuk pula apa yang diinginkan oleh Presiden Jokowi. Di sisi lain, kami juga mempelajari keadaan dan persoalan yang dihadapi rakyat kita.
Termasuk perasaan dan harapan-harapan mereka. Semangat Demokrat adalah apa yang telah menjadi kebijakan dan program pemerintah, termasuk APBN tahun 2020, diharapkan bisa dicapai. Sekali lagi kami ingin pemerintah kita sukses. Satu lagi, kami juga mempelajari dinamika dan perkembangan dunia, yang kita tahu akan berpengaruh kepada negara kita, Indonesia. Baik yang menyangkut ekonomi, geopolitik dan gerakan-gerakan sosial yang tengah marak saat ini.
Kita tak boleh lupa, Indonesia pernah kena dampak prahara global di tahun 1998, dan juga di tahun 2008. Tahun 1998 kita tidak selamat dan terjatuh dalam krisis yang dalam. Tahun 2008, alhamdulillah kita selamat. Kita bisa mengurangi dampak krisis ekonomi global waktu itu. Dalam pidato ini, saya akan memfokuskan pada persoalan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Meskipun isu-isu lain juga penting, dalam kesempatan ini kami tidak bermaksud menyampaikannya.
Misalnya isu tentang politik dan demokrasi, tentang hukum dan keadilan, serta tentang persatuan dan kerukunan bangsa. Saudara-saudara, Kita mengetahui bahwa permasalahan dan tantangan yang mengemuka saat ini adalah ekonomi. Kita harus sungguh memberikan perhatian dan berupaya sekuat tenaga untuk mengatasinya. Mengapa? Jika ekonomi menurun, apalagi memburuk, rakyatlah yang paling terkena dampaknya.
Terutama rakyat golongan miskin dan kurang mampu, yang jumlahnya puluhan juta di negeri kita. Sebaliknya, jika ekonomi kita meningkat, taraf hidup rakyat akan meningkat pula. Kami mengetahui, pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk mengatasi permasalahan ekonomi kita. Termasuk menjaga pertumbuhan, fundamental dan aspekaspek ekonomi makro lainnya. Kami amati, sebagian upaya itu berhasil dengan baik, sebagian belum.