Korban Tragedi Susur Sungai Sebut Pembina Lakukan Rapat Online Mendadak, Tak Bahas Perlengkapan
Kesaksian korban tragedi susur sungai: Pembina lakukan rapat online mendadak, tak bahas perlengkapan.
Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kesaksian korban tragedi susur sungai: Pembina lakukan rapat online mendadak, tak bahas perlengkapan.
Seorang siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman, Yogyakarta, mengungkap kisah lain sebelum tragedi susur sungai terjadi.
Siswa bernama Abisa ini membeberkan detik-detik sebelum tragedi itu terjadi.
Seperti yang diketahui, Jumat 21 Februari 2020, 10 siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman, Yogyakarta, meninggal dunia.
Mereka meregang nyawa setelah hanyut terbawa arus Sungai Sempor, Sleman.
Saat itu para siswa sedang menyusuri Sungai Sempor.

Tiba-tiba saja arus menjadi deras hingga menghanyutkan puluhan siswa.
Teriakan dan tangis histeris para siswa yang hanyut mulai terdengar.
Beberapa siswa yang selamat mencoba menolong teman-teman mereka yang hanyut.
Atas tragedi tersebut, Polda DIY menetapkan 3 tersangka yang merupakan guru dan pembina pramuka.
Menurutnya, acara susur sungai kegiatan Pramuka diputuskan dan diberitahukan lewat layanan pesan grup, Kamis (20/2/2020), atau malam sebelum acara digelar.
• 3 Tersangka Susur Sungai Sampai Digunduli, Terungkap Chat WA Sehari Sebelum Kejadian
• Solidaritas Guru untuk Tersangka Tragedi Susur Sungai, Ajukan Penangguhan, Diharapkan Mengajar Lagi
• Fakta Tersangka Tragedi Susur Sungai, Tolak Penangguhan Penanganan, Keluarga Alami Perundungan
“Pemberitahuan oleh guru pembina, lewat grup WA, lalu dilanjutkan rapat online,” kata Abisa kepada Tribunjogja.com di sebuah tempat di bilangan Sidomulyo, Tegalrejo, Kota Yogya, Jumat (28/2/2020) malam.
Saat wawancara Abisa didampingi ayahnya, Kristianto Yonatan, serta dua sahabat ayah Abisa, Teddy Pitrasari dan Santhi Ratnaningsih.
Pasangan suami istri warga Condongcatur, Sleman, ini bahu membahu membantu Kristianto memulihkan psikologis Abisa yang sempat
terguncang.
Kristianto mengizinkan wawancara dan publikasi hasilnya, setelah Abisa juga tidak keberatan.
Kristianto terlihat antusias, karena ia juga ingin berbagi kisah dan melepas beban moral.
Obrolan di warung angkringan itu menguak banyak cerita yang selama seminggu terakhir belum banyak diketahui orang.
Rapat online, tak bahas perlengkapan
Menurut Abisa, sebelum agenda susur sungai dilaksanakan, terkuak adanya "rapat online".
Sebutan itu merujuk pada sebuah pembahasan yang dilakukan melalui aplikasi atau daring.
Dalam rapat online tersebut, guru pembina memberitahukan penyelenggaraan agenda susur sungai secara mendadak.
Malam sebelum acara digelar atau Kamis (20/2/2020), guru pembina menulis:
"Disampaikan aja kls 7 dan 8 bsk susur sungai. Wajib bersepatu, warna bebas."
Pemberitahuan itu disahut dengan beberapa pertanyaan dari anggota grup.
Namun, guru pembina menjawab singkat, "Nanti kita bahas."
Dua jam setelah jawaban itu, pembina baru memberitahukan mengenai rute yang harus mereka tempuh.
"Besok rutenya mulai outbond sempor, naik sebelum bendungan kembangarum," demikian tertulis di grup tersebut.
Abisa menerangkan, hanya itu yang tertulis. Tak ada pembicaraan lainnya, termasuk mengenai alat pengamanan.
Sebelum tragedi susur sungai terjadi, Abisa memberanikan diri bertanya kepada guru pembina.
Kecemasan akan kondisi cuaca mendorong Abisa menanyakan hal tersebut.
"Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-hentinya terdengar di utara."
"Saya tanya, 'Pak, cuaca begini apa tetap mau diteruskan?'," ungkap Abi.
Abisa menirukan jawaban guru pembina, "Cuaca seperti ini adalah hal biasa."
Benar saja, arus deras tiba-tiba menerjang saat para siswa berada di tengah sungai.
Abisa sebisa mungkin meraih tangan teman-temannya.
• Siswa Bocorkan Rapat Online Sebelum Tragedi Susur Sungai, Sempat Ingatkan Soal Cuaca, Guru Ngeyel
• 3 Tersangka Susur Sungai Sampai Digunduli, Terungkap Chat WA Sehari Sebelum Kejadian
• Solidaritas Guru untuk Tersangka Tragedi Susur Sungai, Ajukan Penangguhan, Diharapkan Mengajar Lagi
“Saat itu saya tidak tahu berapa yang hanyut, hilang, dan ada yang meninggal atau tidak, kita semua belum tahu,” akunya.
Akhirnya ia mengetahui, 10 temannya tewas dalam peristiwa itu. Sementara Abisa mengaku sempat mengalami trauma. (TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Abi Ungkap 'Rapat Online' Jelang Petaka Air Bah Susur Kali Sempor SMPN 1 Turi.