Virus Corona
Benarkah Virus Corona Bisa Mati dengan Sendirinya? Simak Penjelasan Pakar IDI Berikut Ini
Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Abidinsyah Siregar angkat bicara soal potensi virus corona bisa mati sendiri.
Editor: Irsan Yamananda
Sejauh ini, infeksi virus corona tanpa gejala telah ditemukan di banyak negara.
Terbaru, sejumlah atlet dunia yang dinyatakan positif Covid-19 mengakui hal itu.

• Waspada Virus Corona, 8 Artis Pamer Berjemur di Bawah Matahari, Nagita Slavina Hingga Ayu Ting Ting
• Terpaksa Pisah Ranjang karena Corona, 6 Artis Ini Curhat Kangen Setengah Mati pada Pasangannya
Para ahli masih mencoba untuk mencari tahu sejauh mana orang-orang yang terinfeksi dalam kategori ini berkontribusi dalam penyebaran virus.
Pada Minggu (22/3/2020), SCMP melaporkan, sepertiga dari pasien positif virus corona di China baru menunjukkan gejala setelah dikonfirmasi positif. Sebelumnya, mereka tidak merasakan gejala sama sekali.
Kasus asimptomik atau tanpa gejala ditemukan di antara orang-orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif, klaster, dan melalui pelacakan kontak.
Beberapa ahli memperingatkan bahwa pasien tanpa gejala dapat membuat rute transmisi baru setelah penguncian diredakan.
"Ini memprihatinkan, mengingat banyak negara belum menerapkan tingkat pengujian komunitas yang cukup luas," kata Adam Kamradt-Scott, seorang spesialis kesehatan masyarakat di University of Sydney, dilansir dari Reuters.
• Heboh Ayah & Anak ODP Corona di Bali Kabur, Nana Mirdad Beberkan Fakta Sebenarnya: Saya Miris
2. Tak menunjukkan gejala selama perawatan
Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan Jung Eun-Kyeong mengatakan, sekitar 20 persen dari pasien positif virus corona di Korea Selatan tidak menunjukkan gejala sama sekali selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Melansir Bloomberg, di Islandia, menurut Kepala Ahli Epidemiologi Thorolfur Gudnason, separuh dari jumlah pasien positif tidak memiliki gejala.
Satu analisis dari wabah kapal pesiar Diamond Princess menunjukkan, 33 dari 104 penumpang yang terinfeksi tetap tanpa gejala bahkan setelah rata-rata 10 hari pengamatan di rumah sakit.
3. Screening di bandara tak efektif
Yale Scool of Public Health menyebutkan, keberadaan pasien asimptomik mengindikasikan bahwa screening di bandara dan tempat masuk lainnya tak cukup efektif.
"Gambaran nyata hanya akan terungkap ketika kami memiliki tes serologis untuk mengetahui siapa yang telah terinfeksi," kata Ian Henderson, Direktur Institute for Molecular Bioscience di Queensland University.
Sejauh ini, screening di bandara masih menjadi andalan utama bagi banyak negara untuk mendeteksi penumpang yang mungkin telah terpapar virus corona.