Ini Reaksi Berbagai Negara Dunia Atas Kerusuhan yang Terjadi di AS Akibat Kematian George Floyd
Reaksi berbagai negara atas kerusuhan yang terjadi karena kematian George Floyd, negara mana saja?
Editor: Talitha Desena
Tapi baru tiga hari terjadi kekacauan di Minnesota, Trump secara terbuka mengancam penggunaan senjata api dan menyiratkan akan mengerahkan pasukan militer."
Situs surat kabar itu telah mengunggah tangkapan layar dari pesan-pesan di Twitter, konon berasal dari "perusuh" anonim Hong Kong - menawarkan pengunjuk rasa AS "tutorial daring" tentang pengaturan penghalang jalan dan menghindari polisi. Twitter diblokir di daratan China.
"Tampaknya AS mendorong protes di Hong Kong dan bagian dunia lainnya," tulis surat kabar tersebut, "Ayam-ayam (pengunjuk rasa) itu telah pulang untuk bertengger di AS."
AS sebelumnya sangat kritis akan perlakuan China terhadap Hong Kong, setelah gelombang demonstrasi pro-demokrasi terjadi sejak 2014.
Baru-baru ini, terjadi demonstrasi di teritori oti setelah Beijing berencana untuk memberlakukan rancangan Undang-undang keamanan baru terhadap wilayah itu, memicu kekhawatiran bahwa penduduk Hong Kong akan kehilangan kebebasan mereka.
AS mendukung penuh para pengunjuk rasa ini, yang oleh pemerintah China disebut sebagai 'pengacau', dan mendesak pemerintah China menghormati hak mereka untuk didengar.
Demonstrasi atas kematian George Floyd menyebar luas di platform media sosial China, Weibo, yang sangat ketat dikontrol pemerintah.
Dalam salah satu utas, pengguna membuat lelucan tentang Presiden Trump yang berlindung di bungker Gedung Putih pada 29 Mei lalu di tengah demonstrasi yang memanas.
"Anda presiden yang dipilih oleh banyak orang, kenapa Anda khawatir akan rakyat Anda," ujar salah satu komentar di utas itu, yang disukai oleh hampir 85.000 pengguna.
"Adegan-adegan yang terjadi di Hong Kong, akhirnya muncul di negara Anda," ujar pengguna yang lain.

IRAN
Beberapa negara memiliki hubungan yang tegang dengan AS, seperti Iran - negara yang berselisih dengan Washington sejak Revolusi Islam 1979 dan dikenai sanksi keras dari AS.
Segera setelah demonstrasi atas kematian George Floyd dimulai di AS, kantor berita Iran, Fars, menerbitkan komentar yang menyerukan Presiden Trump untuk menegakkan kewajiban Amerika di bawah hukum internasional untuk melindungi komunitas kulit hitamnya.
"AS mencaci negara-negara lain atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia," demikian bunyi artikel itu, "tetapi secara konsisten dan sengaja menolak mengakui dan menangani sejarah suramnya sendiri atas pelanggaran hak asasi manusia."
Media penyiaran Iran juga secara luas melaporkan cuitan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, di mana ia menyamakan kebrutalan polisi AS terhadap orang Amerika keturunan Afrika dengan sanksi terhadap Iran.